Kaskus

Story

RifanNazhifAvatar border
TS
RifanNazhif
Teror Genting Yang Menyeramkan
Teror Genting Yang Menyeramkan
pixabay
Genting Yang Menyeramkan

Di antara rimbun pohon beringin, cerita itu selalu meremangkan bulu roma. Siapa saja yang melintas di sana saat malam kelam, seakan mendengar tangis menyayat. Dan bau bunga melati menyegap takut. Bau kematian yang sangit.

Tempat itu sering disebut Genting. Apakah karena suasananya membuat begitu merinding, gua juga tak tahu. Tapi di sana seringkali dijadikan tujuan memasang buhul untuk membunuh diri.

Maka tak boleh sesiapapun yang sedang putus asa merenung di sana. Seolah para pembisik bergentayangan. "Bunuh diri! Bunuh diri!" Gaung itu memutus asa, menghilangkan ceria.

Suatu malam selepas menonton dangdutan di pucuk bukit, gua dan rombongan; Bahari, Misnan, dan Faris, berjalan pulang.

Tak dapat tidak, jalan menuju dusun pucuk bukit, haruslah melintasi Genting. Berhubung kami ke sana menjelang senja, rasa takut itu tidak kentara. Bagaimana kalau malam semakin larut?

Kami tak banyak bicara, seolah ingin menyembunyikan rasa takut. Tapi Bahari, entah kenapa, mengungkap ceita, bahwa Genting itu akan semakin menyeramkan. Dahan beringin di sana seakan menjelma cakar-cakar yang siap mencabik mangsanya.

Bahari menyarankan, kalau sedang melewati Genting, kami harus bercerita apa saja. Kami tak boleh berdiam diri, karena saat itulah roh-roh berkesempatan hadir dalam keterdiaman.

Pantangan juga berpaling ke arah Genting bila terdengar suara tangisan yang menyayat. Apalagi ada yang memanggil-manggil.

Gua sarankan agar Bahari mengganti cerita yang asyik-asyik. Apa saja. Boleh tentang rencana menembak si anu yang bahenol lagi galak. Boleh tetang kuliah, juga rencana akhir menjadi mahasiswa abadi. Sebab otak sudah majal untuk memacul ilmu pengetahuan. Malahan otak sudah sangat gatal memacul, maaf, peranakan.

Sesekali kami tertawa di buat-buat. Namun ketika akan melintasi Genting, punahlah rencana bercerita ngalor-ngidul, tak perduli pangkal dan ujung.

Tiba-tiba Bahari mengatakan seperti mendengar ada yang memanggil. Gua tekankan kepada dia, jangan berpaling. Sementara selangkangan gua mulai basah.

Anehnya, bukan hanya Bahari yang berpaling, tapi kami semua.

Gua melihat seolah ada bayangan putih dengan leher terikat di salah satu dahan. Dia melambai-lambaikan tangan meminta tolong. Bau melati pun mencekam.

Tak ada pilihan, satu, dua, tiga, gerak. Kami berlari saling mendahului. Jalan yang waktu itu masih belum diaspal, kecuali dilapis sirtu, menjadi licin selepas hujan. Menjadi lebih licin karena kami sedang berlari menuruni bukit.

Saat seorang di antara kami terpeleset, sontak yang lain ikutan. Akhirnya kami bagaikan kain gombal terhempas ke ceruk lembah. Kami timpa-menimpa.

Tubuh kami dilumuri tanah liat, hingga kami terlihat lucu. Tapi yakinlah tak ada di antara kami yang bisa tertawa. Tersenyum pun tak.

Akan hal Genting, sejak saat itu semakin genting sesuai namanya. Entah sampai sekarang tetap genting, gua sendiri tak tahu.

---selesai---
Diubah oleh RifanNazhif 17-01-2020 10:03
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
User telah dihapus
User telah dihapus dan 16 lainnya memberi reputasi
15
1.7K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan