

TS
dwianggieprase
Menepati Janji Pertaruhan Sebelum pertandingan
(Reine View)
Bel pulang sekolah telah berbunyi aku segera mengambil tasku dan berlari keluar kelas untuk segera mencegat Levei pulang. Aku menunggunya di depan gerbang sekolah sendirian. Terlihat levei bersama 3 temannya sedang berjalan keluar sekolah. Kulihat mereka sedang berjalan smbil bercanda dan tertawa terbahak2. Sperti biasa Levei hanya tertwa sedikit sekali dibanding ke 3 temannya. Yah memang seperti itulah dia.
Levei : hai Rein, belum balik?
Aku : nungguin kamu kan, kan aku kalah taruhan tadi.
Levei : oh iy yak. Ayo kita pulang. Sorri y temen gw ada urusan dikit ama Reine.
Anton : y udah tahu gw mah. Yok kita balik duluan guys...
Nevil : taruhan apaan nih kok kita gk dikasih tau.... cie cie...
Tony : dah biarin aja urusan mereka kita cabut aja yok!
Aku dan Leveipun berjalan menuju halte bis yg akan mengantarkan kami pulang.
Levei : Satu minggu ya Reine ? heheh mang kmu dah bilang ke supir kamu?
Aku : udah kok Leiv! Iya kan emang sesuai perjanjian kita kan.
Levei : Yah coba aja selamanya....
Aku : kenapa Lev?
Lvei: gpp Rein aku gk ngomong apa2 koq. Btw mang kamu gpp semingu naik bis terus? Kan gk enak.
Aku : y gimna lagi. Aku kan dah kalah taruhan jadi aku harus nepatin janji aku dong.
Levei : hehehehe iya Rein, makasih yk. Eh kita mmpir dulu ke kafe yuh bntar. Aku yg traktir dah.
Aku : hhhmm boleh deh.
Sebelum menuju halte kamipun mampir dulu di kafe dekat halte untuk sekedar meminum cofee dan cemilan disana. Kami sengaja memilih duduk dilantai 2 di bangku yg berada di luar sehingga kami bisa langsung merasakan terpaan angin sore. Hmmm indahnya sore di kota ini gumamku dalam hati. Aku bener2 merasa nyaman bersama Levei sperti ini. Saat akan mengeluarkan dompet dari tasnya, Levei menjatuhkan sebuah coklat batangan berpita seperti hadiah.
Aku : Punya kamu Leiv? (sambil memungut coklat tersebut)
Levei : iya Reine.
Aku : mau kamu kasih ke siapa? Kok bentuknya kya hadiah gitu?
Leive : gak kok ini aku dapat dari anak kelas 1 si Ashley.
Teggg.... entah kenapa hatiku tiba2 merasakan sesak di dalam dada bagaikan ditekan oleh sebuah benda yg sangat berat. Perasaan yg hampir sama kurasakan ketika mengetahui alek menyukai Annabelle.
“Gak Boleh!” dengan tanpa kusadari tiba saja aku mengucapkan kalimat tersebut.
Levei : gak boleh gimana Reine?
Aku : ya pokoknya gk boleh! (aku mempertegas kata2ku)
Levei : hmmmmzt, yaudah nanti aku kembaliin ke dia coklatnya.
Aku : ehh, jangan juga ntar Ashley sakit hati
Levei : terus gimana ?
Aku benar2 tidak menyangka kalau Levei mau menuruti perkataanku yg terkesan sangat egois itu. Dan perasaankupun benar2 menjadi sangat lega.
Aku : yudah gmana klo kita makan bareng aja dsini.
Levei : y oke deh ini! Kita bagi 2 yak.
Disatu sisi aku merasa senang karena sepertinya Levei tidak tertarik dengan Ashley dan mau menuruti semua saranku. Tapi di sisi lain aku merasa menjadi orang yg jahat. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ashley klo dia tahu coklat yg dia hadiahkan untuk Levei, Aku yg memakannya.
Aku : pokoknya kamu gk boleh, pacaran sama siapun dulu karena itu bisa mengggu fokus kmu untuk turnamen bulan September nanti!!
Levei : hmmm gitu yak. Siapapun ?
Aku : iya siapapun!!
Levei : Baiklah bu menejer aku janji!
Aku tidak menyangka kalo dia bner2 mau mendengarkan semua nasihatku. Apakah mungkin karena dia menyukaiku ataukah hanya demi basket yg sudah pasti dia cintai? Entahlah aku juga tidak tahu. Aku sendiri juga tidak tahu pasti bagaimana perasaanku terhadapnya, tapi yg pasti aku tidak suka atau lebih tepatnya merasa cemburu kalo Levei didekati siswa perempuan lain disekolah selain aku. Tapi Levei sangat berbeda dengan Alek, dia sepertinya tidak mempunyai teman akrab perempuan di sekolah paling hanya sebatas teman jika ada suatu kepentingan saja. Dan menurut teman2ku Levei hanya deket dengan satu teman perempuanya saja yaitu aku sendiri. Kurasa aku adalah orang yg paling egois disini. Andai saja aku bisa tahu isi hati orang lain ?
Levei (View)
Siapa sangka setelah aku masuk ke extrakurikuler basket sekolah aku bisa menjadi sangat dekat dengan Reine. Sosok yg pada awalnya aku hanya merasa penasaran denganya perlahan berubah menjadi ketertarikan dan sekarang berubah menjadi rasa suka. Entah apkah mungkin akan berubah menjadi rasa sayang di kemudian hari??. Perlahan aku mulai menemukan segenap semangat hidupku kembali karena 2 hal yaitu Reine dan Basket. Mungkin saat ini bisa dibilang aku sudah benar2 menyukai Reine. Sosoknya sekilas mengingatkanku pada Ibuku dulu. Galak, Rewel, Tegas, Peduli dan Penuh Perhatiaan. Aku juga masih penasaran setelah hatinya dipatahkan oleh Alek beberapa bulan lalu, apakah dia sudah bner2 telah move on ataukah masih berharap pada Alek. Tapi menurutku keceriaannya yg dulu sempat hilang kini sudah bener2 kembali lagi.
Kami sudah tidak melakukan latihan khusus berdua lagi karena sekarang aku sudah hampir menghilangkan semua rasa traumaku dan kemapuanku yg dulu spertinya sudah kembali. Meskipun demikian hubunganku dengan Reine justru malah semakin mendekat. Beberapa hari ini kami berangkat dan pulang sekolah bersama terus menggunakan bis. Yah itu karena sebelumnya Reine kalah taruhan denganku. Tapi bahkan ketika jadwal pulang kelas kami tidak bareng Reine masih senantiasa menugguku untuk pulang bersama. Dia bilang itu kareana sudah perjanjianya padahal aku sendiri sudah bilang padanya untuk pulang duluan saja pun tidak apa2 tapi bukan Reine kalo tidak keras kepala dan memaksa.
Hari itu adalah hari sabtu. Umumnya kelas kami dipulangkan bersama jam 13.00 tapi karena pada hari senin nanti kelas kami bertugas sebagai petugas upacara jadi kelasku harus ikut latihan upacara dulu. “Reine kamu pulang duluan aja yak aku ada latihan upacara nih sampe jam 2” smsku ke Reine.
“y gpp aku tungguin Cuma sebentar doang kan” balas sms Reine. “beneran gk pa2 nih?” jwbku.
“iya gk pa2 sanah fokus latihan!” jwab sms Reine. “Ok Siap Mak” sms terkirim ke Reine.
Dan sepertinya Reine tidak membalas lagi pesanku, mungkin dia takut menggangu latihanku kali.
Aku dan teman2 sekelaskupun memulai latihan upacara yang sejak awal direncanakan akan selesai jam 2 siang ini tapi kenyataanya tidak.
Arlojiku menunjukan jam 2.15 sore kami pun selesai latihan upacara. Aku langsung bergegas menuju tasku di bawah pohon dan mengambil ponselku. “shit” pikirku. Ponselku ternyata mati karena kehabisan baterai. Saat aku hendak begegas pulang menuju Taman Sekolah dimana Reine menugguku, tiba2 wali kelas kami memberikan pengumuman dadakan bahwa latihan akan diperpanjang sampai sore hari. Dengan perasaan jengkel dan tidak tenang akupun mengikuti perintah wali kelasku. Pikranku tidak tenang saat latihan. Semuanya hanya ada “Reine yg sedang menuggu di Taman” dalam otakku. “Kenapa disaat sperti ini hpku malah mati? Benar2 menjengkelkan” pikirku.
Kutengok lagi arlojiku menunjukan pukul 04.00 sore. Aku mencoba menenangkan pikiranku dengan berpikiran positif “paling2 Reine sudah pulang dari tadi”. Latihan upacarapun selesai tepat pukul 04.20 sore. Aku langsung bergegas menuju taman sekolah sambil sangat berharap Reine sudah pulang tidak lagi berada disana. Tapi dugaanku salah aku sangat terkejut ketika sampai di taman sekolah melihat Reine yg ternyata masih menugguku disna. Kulihat wajahnya yg lesu sambil memegangi sebuah novel, sepertinya dia menghabiskan waktu menugguku selama itu dengan membaca sebuah novel yg apa entah judulnya. Disekitarnya juga ada beberapa bungkus makanan ringan dan segelas kopi kemasan kesukaanya. Aku bner2 terkejut dengan keteguhan hatinya untuk tetap menungguiku pulang latihan.
“Pasti sebentar lagi kali ini aku bakalan kena omelan Reine sebanyak buih di lautan" pikirku.
Reine : Leivei ? udah selesai Latihannya...
Aku : a...emm.. iya udah ko Reine. Aku minta maaf banget yak hpku lowbat tadi jadi gak bisa kasih tahu kamu kalo latihanya diperpanjang.
Reine : Aku tahu kok Leiv. Tadi kan aku ke Lapangan ngeliat kamu latihan.
Aku : jadi kamu udah tahu dari tadi?? Tapi .....
Reine : iya aku emang sengaja nungguin kamu sampe selesai latihan walaupun sampe sore gini.
Aku : emang kamu gk pa2 nunggu berjam2??
Reine : Gpp kok Leive! Inikan udah perjanjian kita dan kemauan aku sendiri. J yaudah kita pulang sekarang yuk! Dah mau jam 5 nih...
Aku : makasih banget yak Reine! (sambil menjulurkan tanganku ke arah Reine)
Reine : apaan nih maksudnya ?
Aku : ayo aku bantu berdiri.
Reine : apaan emang aku udah jompo apa?
Aku : udah ayo lama....(menggandeng paksa tanggan Reine)
Reine : eh iya tunggu sebentar.
Akupun menggandeng tangan Reine dengan sedikit memaksa tapi Reine sama sekali tidak menunjukan gelagat penolakan. Dia hanya tersipu dan terdiam tidak sperti biasanya yg cerewet.
“kita naik kincir angin dulu yak! Jam segini pemandanganya pasti keren kaya wktu itu Reine. Maukan? Aku yg traktir dah” tanyaku.“hhmmm iya deh aku mau” jawab Reine dengan suara yg lirih. Entah dari mana keberanianku datang, sore itu selama perjalanan aku terus menggandeng tanganya hingga Taman Wahana Kota. Reine kali inipun cenderung jauh lebih pendiam tidak seperti biasanya. Kamipun berada di ujung tertinggi kincir angin saat kota kelahiran kami ini sedang diselimuti senja yg indah. Sungguh pemandangan yg menakjubkan seperti pada saat itu. Kami juga sempat mengambil beberapa gambar saat diatas.
REINE (view)
Seperti hari2 sebelumnya pagi ini pun aku bangun pukul 04.30 subuh. Entah saat baru tersadar dari tidur tiba2 hati ku merasa senang ketika memikirkan kalo hari ini aku akan berangkat dan pulang sekolah bersama Levei lagi menggunakan bis kota. Stelah membereskan kamar dan sholat subuh aku bergegas menyiapkan segala perlengkapan sekolah dengan penuh semangat. Aku benar2 tidak sabar untuk berangkat sekolah hari ini.
“ Leive aku udah di dalam bis nih. Kmu udah di halte deket rumah kan?” isi smsku ke Levei saat duduk di dalam bis. Supir yg berusia hampir sebaya dengan ayahku itu mulai menginjak pedal gas dan perlahan bus pun melaju dengan kecepatan sedang. Aku duduk dekat jendela sambil memandangi jalanan di kotaku yg mulai terlihat ramai oleh orang2 yg hendak beraktivitas. Lalulintas di kotaku ini cukup padat meskipun tidak sepadat ibu kota tentunya. Selang beberapa menit bis berjalan ponselku berbunnyi petanda ada sebuah sms masuk dari Levei. Aku memang sengaja memberikan nada yg berbeda untuk sms dari Levei. “iya Reine aku udah di halte ni” bales Leivei. “ok’’ jawabku singkat.
Siang harinya saat istirahat kedua Levei datang ke kelasku sendirian. Aku yg pada saat itu sedang berbincang2 dengan teman2 bergegas menghampirinya.
Aku : tumben kamu ke kelasku Leiv? Ada ap?
Cherril : kangen kali dia tuh jadi pgin cpet2 pulang bareng!
Aku : sssstt..diem deh!!
Levei lalu mengajaku untuk berbicara diluar kelas mungkin dia merasa risih dengan teman2ku yg meledeknya tadi.
Levei : Reine ntar kamu pulang duluan aja yk! Hari aku mau latihan upacara bendera sampe jam 2 an gitu.
Akupun mengatakan padanya bahwa aku akan menungguinya sampe selesai latihan. Leveipun mengiyakan keinginanku meskipun pada awalnya dia menolaknya. Tapi seperti itulah dia selalu mengalah jika berbeda pendapat denganku. Kurasa dia adalah tipe orang yg malas untuk meributkan hal2 kecil yg tidak terlalu penting,
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi akupun menuju taman sekolah yang letaknya di belakang sekolah kami. Aku sempatkan membeli beberapa cemilan dan satu cup kopi di kantin tadi untuk menemaniku siang ini. Aku juga sempat meminjam sebuah novel diperpusatakaan sekolah tadi. Novel yg menurutku cukup menarik perhatian dengan judul “100 tahun setelah aku mati” yg merupakan kisah yg diangkat dari situs Kaskus.
Levei sempat mengirim sms kepadaku untuk pulang duluan saja. Tapi aku tetap pada pilihanku untuk menugguinya pulang dan akhirnya diapun mengiykannya lagi. “Ok Mak” sms terakhir Levei kepadku. Aku sengaja tidak membalasnya karena tidak ingin mengganggu konsentrasi latihanya. Kuletakan ponselku ke dalam tas dan mulai membaca Novel yg sedari tadi ada di genggamanku yg seolah-olah menugguku dari tadi untuk membacanya.
Tanpa terasa sudah 1 jam aku berada di Taman Sekolah sambil membaca Novel itu. Beberapa cemilan dan satu cup kopi pun telah aku habiskan. Kulihat arlojiku menunjukan pukul 02.10 siang. Ku ambil ponsel di dalam tasku dan melihatnya. Berharap ada pesan baru dari Levei yg memberitahu kalo latihanya telah usai. Ternyata tidak ada pesan darinya sama sekali. “kok dia gk sms aku? Apa dia pulang sendirian ?” pikirku. “Apakah Levei sebenarnya tidak suka aku tunggui hari ini? Atau apa dia sebenarnya tidak senang berangkat dan pulang sekolah bersamaku setiap hari?” Mungkin dia lebih senang pulang bersama teman2nya daripada denganku?” berbagai pikiran negative pun menyelimuti pikiranku. Tapi aku berusaha tetap tenang dan tetep menunggunya.
Aku sempat berpikiran untuk pulang ketika waktu menujukan jam 3 sore dan tidak ada sms darinya sama sekali. Tapi aku mengurungkan niatku. Aku menutup novel yg sedang kubaca meskipun ceritanya menarik tapi karena pikiran saat ini sedang tidak tenang jadi tidak bisa fokus membacanya. Kuputuskan untuk melihatnya ke Lapangan Upacara. Ketika berjalan menuju Lapangan upacara yg letaknya cukup berjauhan dengan Taman Sekolah, aku sempat berpapasan dengan beberapa siswa. Akupun bertanya apakah latihan upacara masih berlangsung?. Perasaanku sedikit lega ketika mendengar jawaban mereka bahwa latihan upacara di perpanjang sampe sekitar pukul 04.00 sore ini. “hhhmmm, jadi diperpanjang yak..tapi kenapa Levei tidak memberitahuku lewat sms?.
Aku mengurungkan niatku untuk menuju lapangan. Aku memutuskan menuju ke ruang kelas 3 Ipa dilantai 3 sekolah kami. Karena dari sana aku bisa melihat langsung ke lapangan upacara dari ketinnggian. Aku sengaja ingin melihatnya dari atas agar Levei tidak tahu kalo aku sedang memperhatikanya karena aku tidak mau menggangu konsentrasinya. Pede banget yk gw. Hampir stengah jam aku melihatnya latihan dari atas. Kupun merasa bosen dan memutuskan kembali ke Taman Sekolah. Disana aku melanjutkan bacaan novelku yg tadi. Sekarang aku sudah bisa berkonsentrasi lagi membacanya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 4.20 sore. Ku mendengar suara langkah kaki yg mendekat kearahku. Kurasa itu adalah Levei. Kualihkan pandangan dari novel kearahnya. Dia hanya berdiri mematung bebrapa meter dariku smbil memandang kearahku dengn pandangan terheran2. Levei sepertinya terkejut karena aku masih menugguinya sampai sesore ini. Aku sendiri juga terheran kenapa aku mau2nya menunggu levei pulang sampe sesore ini. Apakah ini pertanda bahwa aku benar2 menyukainya ??
Tidak sperti biasanya Levei tiba2 saja mengulurkan tanganya kemudian menarik tanganku. Dia bilang ingin mengajakku ke Taman Wahana Kota untuk naik kincir angin. Akupun menangagukan kepala sambil bilang ”iya” pelan kepadanya. Karena sikapnya yg sedikt lebih agresif dari biasanya itu membuatku tiba2 saja menjadi pemalu.
Sepanjang perjalan levei terus menggandeng tanganku tindakannya itu benar2 sukses membuatku mendadak menjadi seorang yang pemalu dan hanya terdiam saja sambil terus mengikuti langkahnya pergi bagai kerbau yg dicucuk hidungnya. Ditengah perjalanan Levei tiba2 menghadap ke arahku dan bertannya “Kamu udah laper lom Reine??”. “yaa... sedikit sih!”jwbku pelan. “ “Kamu tahan sebentar yk! Soalnya kalo mampir makan dulu entar gak keburu kita lihat senjanya! Gk papa kan Reine?” Levei. “iya gpp kok Leve tenang aja aku lom laper banget” jwbku pelan. “ok makasih y Reine” Levei.
Aku dan Leveipun menaiki kincir angin tepat disaat senja menyelimuti kota kelahiran kami ini. Benar2 pemandanagan yg menakjubkan seperti waktu itu. Aku bener2 ingin waktu berhenti saat ini juga dan ingin selamanya berada di kincir angin ini bersama Levei. Aku penasaran apakah Levei juga merasakan hal yg sama sepertiku?
Bel pulang sekolah telah berbunyi aku segera mengambil tasku dan berlari keluar kelas untuk segera mencegat Levei pulang. Aku menunggunya di depan gerbang sekolah sendirian. Terlihat levei bersama 3 temannya sedang berjalan keluar sekolah. Kulihat mereka sedang berjalan smbil bercanda dan tertawa terbahak2. Sperti biasa Levei hanya tertwa sedikit sekali dibanding ke 3 temannya. Yah memang seperti itulah dia.
Levei : hai Rein, belum balik?
Aku : nungguin kamu kan, kan aku kalah taruhan tadi.
Levei : oh iy yak. Ayo kita pulang. Sorri y temen gw ada urusan dikit ama Reine.
Anton : y udah tahu gw mah. Yok kita balik duluan guys...
Nevil : taruhan apaan nih kok kita gk dikasih tau.... cie cie...
Tony : dah biarin aja urusan mereka kita cabut aja yok!
Aku dan Leveipun berjalan menuju halte bis yg akan mengantarkan kami pulang.
Levei : Satu minggu ya Reine ? heheh mang kmu dah bilang ke supir kamu?
Aku : udah kok Leiv! Iya kan emang sesuai perjanjian kita kan.
Levei : Yah coba aja selamanya....
Aku : kenapa Lev?
Lvei: gpp Rein aku gk ngomong apa2 koq. Btw mang kamu gpp semingu naik bis terus? Kan gk enak.
Aku : y gimna lagi. Aku kan dah kalah taruhan jadi aku harus nepatin janji aku dong.
Levei : hehehehe iya Rein, makasih yk. Eh kita mmpir dulu ke kafe yuh bntar. Aku yg traktir dah.
Aku : hhhmm boleh deh.
Sebelum menuju halte kamipun mampir dulu di kafe dekat halte untuk sekedar meminum cofee dan cemilan disana. Kami sengaja memilih duduk dilantai 2 di bangku yg berada di luar sehingga kami bisa langsung merasakan terpaan angin sore. Hmmm indahnya sore di kota ini gumamku dalam hati. Aku bener2 merasa nyaman bersama Levei sperti ini. Saat akan mengeluarkan dompet dari tasnya, Levei menjatuhkan sebuah coklat batangan berpita seperti hadiah.
Aku : Punya kamu Leiv? (sambil memungut coklat tersebut)
Levei : iya Reine.
Aku : mau kamu kasih ke siapa? Kok bentuknya kya hadiah gitu?
Leive : gak kok ini aku dapat dari anak kelas 1 si Ashley.
Teggg.... entah kenapa hatiku tiba2 merasakan sesak di dalam dada bagaikan ditekan oleh sebuah benda yg sangat berat. Perasaan yg hampir sama kurasakan ketika mengetahui alek menyukai Annabelle.
“Gak Boleh!” dengan tanpa kusadari tiba saja aku mengucapkan kalimat tersebut.
Levei : gak boleh gimana Reine?
Aku : ya pokoknya gk boleh! (aku mempertegas kata2ku)
Levei : hmmmmzt, yaudah nanti aku kembaliin ke dia coklatnya.
Aku : ehh, jangan juga ntar Ashley sakit hati
Levei : terus gimana ?
Aku benar2 tidak menyangka kalau Levei mau menuruti perkataanku yg terkesan sangat egois itu. Dan perasaankupun benar2 menjadi sangat lega.
Aku : yudah gmana klo kita makan bareng aja dsini.
Levei : y oke deh ini! Kita bagi 2 yak.
Disatu sisi aku merasa senang karena sepertinya Levei tidak tertarik dengan Ashley dan mau menuruti semua saranku. Tapi di sisi lain aku merasa menjadi orang yg jahat. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ashley klo dia tahu coklat yg dia hadiahkan untuk Levei, Aku yg memakannya.
Aku : pokoknya kamu gk boleh, pacaran sama siapun dulu karena itu bisa mengggu fokus kmu untuk turnamen bulan September nanti!!
Levei : hmmm gitu yak. Siapapun ?
Aku : iya siapapun!!
Levei : Baiklah bu menejer aku janji!
Aku tidak menyangka kalo dia bner2 mau mendengarkan semua nasihatku. Apakah mungkin karena dia menyukaiku ataukah hanya demi basket yg sudah pasti dia cintai? Entahlah aku juga tidak tahu. Aku sendiri juga tidak tahu pasti bagaimana perasaanku terhadapnya, tapi yg pasti aku tidak suka atau lebih tepatnya merasa cemburu kalo Levei didekati siswa perempuan lain disekolah selain aku. Tapi Levei sangat berbeda dengan Alek, dia sepertinya tidak mempunyai teman akrab perempuan di sekolah paling hanya sebatas teman jika ada suatu kepentingan saja. Dan menurut teman2ku Levei hanya deket dengan satu teman perempuanya saja yaitu aku sendiri. Kurasa aku adalah orang yg paling egois disini. Andai saja aku bisa tahu isi hati orang lain ?
Levei (View)
Siapa sangka setelah aku masuk ke extrakurikuler basket sekolah aku bisa menjadi sangat dekat dengan Reine. Sosok yg pada awalnya aku hanya merasa penasaran denganya perlahan berubah menjadi ketertarikan dan sekarang berubah menjadi rasa suka. Entah apkah mungkin akan berubah menjadi rasa sayang di kemudian hari??. Perlahan aku mulai menemukan segenap semangat hidupku kembali karena 2 hal yaitu Reine dan Basket. Mungkin saat ini bisa dibilang aku sudah benar2 menyukai Reine. Sosoknya sekilas mengingatkanku pada Ibuku dulu. Galak, Rewel, Tegas, Peduli dan Penuh Perhatiaan. Aku juga masih penasaran setelah hatinya dipatahkan oleh Alek beberapa bulan lalu, apakah dia sudah bner2 telah move on ataukah masih berharap pada Alek. Tapi menurutku keceriaannya yg dulu sempat hilang kini sudah bener2 kembali lagi.
Kami sudah tidak melakukan latihan khusus berdua lagi karena sekarang aku sudah hampir menghilangkan semua rasa traumaku dan kemapuanku yg dulu spertinya sudah kembali. Meskipun demikian hubunganku dengan Reine justru malah semakin mendekat. Beberapa hari ini kami berangkat dan pulang sekolah bersama terus menggunakan bis. Yah itu karena sebelumnya Reine kalah taruhan denganku. Tapi bahkan ketika jadwal pulang kelas kami tidak bareng Reine masih senantiasa menugguku untuk pulang bersama. Dia bilang itu kareana sudah perjanjianya padahal aku sendiri sudah bilang padanya untuk pulang duluan saja pun tidak apa2 tapi bukan Reine kalo tidak keras kepala dan memaksa.
Hari itu adalah hari sabtu. Umumnya kelas kami dipulangkan bersama jam 13.00 tapi karena pada hari senin nanti kelas kami bertugas sebagai petugas upacara jadi kelasku harus ikut latihan upacara dulu. “Reine kamu pulang duluan aja yak aku ada latihan upacara nih sampe jam 2” smsku ke Reine.
“y gpp aku tungguin Cuma sebentar doang kan” balas sms Reine. “beneran gk pa2 nih?” jwbku.
“iya gk pa2 sanah fokus latihan!” jwab sms Reine. “Ok Siap Mak” sms terkirim ke Reine.
Dan sepertinya Reine tidak membalas lagi pesanku, mungkin dia takut menggangu latihanku kali.
Aku dan teman2 sekelaskupun memulai latihan upacara yang sejak awal direncanakan akan selesai jam 2 siang ini tapi kenyataanya tidak.
Arlojiku menunjukan jam 2.15 sore kami pun selesai latihan upacara. Aku langsung bergegas menuju tasku di bawah pohon dan mengambil ponselku. “shit” pikirku. Ponselku ternyata mati karena kehabisan baterai. Saat aku hendak begegas pulang menuju Taman Sekolah dimana Reine menugguku, tiba2 wali kelas kami memberikan pengumuman dadakan bahwa latihan akan diperpanjang sampai sore hari. Dengan perasaan jengkel dan tidak tenang akupun mengikuti perintah wali kelasku. Pikranku tidak tenang saat latihan. Semuanya hanya ada “Reine yg sedang menuggu di Taman” dalam otakku. “Kenapa disaat sperti ini hpku malah mati? Benar2 menjengkelkan” pikirku.
Kutengok lagi arlojiku menunjukan pukul 04.00 sore. Aku mencoba menenangkan pikiranku dengan berpikiran positif “paling2 Reine sudah pulang dari tadi”. Latihan upacarapun selesai tepat pukul 04.20 sore. Aku langsung bergegas menuju taman sekolah sambil sangat berharap Reine sudah pulang tidak lagi berada disana. Tapi dugaanku salah aku sangat terkejut ketika sampai di taman sekolah melihat Reine yg ternyata masih menugguku disna. Kulihat wajahnya yg lesu sambil memegangi sebuah novel, sepertinya dia menghabiskan waktu menugguku selama itu dengan membaca sebuah novel yg apa entah judulnya. Disekitarnya juga ada beberapa bungkus makanan ringan dan segelas kopi kemasan kesukaanya. Aku bner2 terkejut dengan keteguhan hatinya untuk tetap menungguiku pulang latihan.
“Pasti sebentar lagi kali ini aku bakalan kena omelan Reine sebanyak buih di lautan" pikirku.
Reine : Leivei ? udah selesai Latihannya...
Aku : a...emm.. iya udah ko Reine. Aku minta maaf banget yak hpku lowbat tadi jadi gak bisa kasih tahu kamu kalo latihanya diperpanjang.
Reine : Aku tahu kok Leiv. Tadi kan aku ke Lapangan ngeliat kamu latihan.
Aku : jadi kamu udah tahu dari tadi?? Tapi .....
Reine : iya aku emang sengaja nungguin kamu sampe selesai latihan walaupun sampe sore gini.
Aku : emang kamu gk pa2 nunggu berjam2??
Reine : Gpp kok Leive! Inikan udah perjanjian kita dan kemauan aku sendiri. J yaudah kita pulang sekarang yuk! Dah mau jam 5 nih...
Aku : makasih banget yak Reine! (sambil menjulurkan tanganku ke arah Reine)
Reine : apaan nih maksudnya ?
Aku : ayo aku bantu berdiri.
Reine : apaan emang aku udah jompo apa?
Aku : udah ayo lama....(menggandeng paksa tanggan Reine)
Reine : eh iya tunggu sebentar.
Akupun menggandeng tangan Reine dengan sedikit memaksa tapi Reine sama sekali tidak menunjukan gelagat penolakan. Dia hanya tersipu dan terdiam tidak sperti biasanya yg cerewet.
“kita naik kincir angin dulu yak! Jam segini pemandanganya pasti keren kaya wktu itu Reine. Maukan? Aku yg traktir dah” tanyaku.“hhmmm iya deh aku mau” jawab Reine dengan suara yg lirih. Entah dari mana keberanianku datang, sore itu selama perjalanan aku terus menggandeng tanganya hingga Taman Wahana Kota. Reine kali inipun cenderung jauh lebih pendiam tidak seperti biasanya. Kamipun berada di ujung tertinggi kincir angin saat kota kelahiran kami ini sedang diselimuti senja yg indah. Sungguh pemandangan yg menakjubkan seperti pada saat itu. Kami juga sempat mengambil beberapa gambar saat diatas.
REINE (view)
Seperti hari2 sebelumnya pagi ini pun aku bangun pukul 04.30 subuh. Entah saat baru tersadar dari tidur tiba2 hati ku merasa senang ketika memikirkan kalo hari ini aku akan berangkat dan pulang sekolah bersama Levei lagi menggunakan bis kota. Stelah membereskan kamar dan sholat subuh aku bergegas menyiapkan segala perlengkapan sekolah dengan penuh semangat. Aku benar2 tidak sabar untuk berangkat sekolah hari ini.
“ Leive aku udah di dalam bis nih. Kmu udah di halte deket rumah kan?” isi smsku ke Levei saat duduk di dalam bis. Supir yg berusia hampir sebaya dengan ayahku itu mulai menginjak pedal gas dan perlahan bus pun melaju dengan kecepatan sedang. Aku duduk dekat jendela sambil memandangi jalanan di kotaku yg mulai terlihat ramai oleh orang2 yg hendak beraktivitas. Lalulintas di kotaku ini cukup padat meskipun tidak sepadat ibu kota tentunya. Selang beberapa menit bis berjalan ponselku berbunnyi petanda ada sebuah sms masuk dari Levei. Aku memang sengaja memberikan nada yg berbeda untuk sms dari Levei. “iya Reine aku udah di halte ni” bales Leivei. “ok’’ jawabku singkat.
Siang harinya saat istirahat kedua Levei datang ke kelasku sendirian. Aku yg pada saat itu sedang berbincang2 dengan teman2 bergegas menghampirinya.
Aku : tumben kamu ke kelasku Leiv? Ada ap?
Cherril : kangen kali dia tuh jadi pgin cpet2 pulang bareng!
Aku : sssstt..diem deh!!
Levei lalu mengajaku untuk berbicara diluar kelas mungkin dia merasa risih dengan teman2ku yg meledeknya tadi.
Levei : Reine ntar kamu pulang duluan aja yk! Hari aku mau latihan upacara bendera sampe jam 2 an gitu.
Akupun mengatakan padanya bahwa aku akan menungguinya sampe selesai latihan. Leveipun mengiyakan keinginanku meskipun pada awalnya dia menolaknya. Tapi seperti itulah dia selalu mengalah jika berbeda pendapat denganku. Kurasa dia adalah tipe orang yg malas untuk meributkan hal2 kecil yg tidak terlalu penting,
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi akupun menuju taman sekolah yang letaknya di belakang sekolah kami. Aku sempatkan membeli beberapa cemilan dan satu cup kopi di kantin tadi untuk menemaniku siang ini. Aku juga sempat meminjam sebuah novel diperpusatakaan sekolah tadi. Novel yg menurutku cukup menarik perhatian dengan judul “100 tahun setelah aku mati” yg merupakan kisah yg diangkat dari situs Kaskus.
Levei sempat mengirim sms kepadaku untuk pulang duluan saja. Tapi aku tetap pada pilihanku untuk menugguinya pulang dan akhirnya diapun mengiykannya lagi. “Ok Mak” sms terakhir Levei kepadku. Aku sengaja tidak membalasnya karena tidak ingin mengganggu konsentrasi latihanya. Kuletakan ponselku ke dalam tas dan mulai membaca Novel yg sedari tadi ada di genggamanku yg seolah-olah menugguku dari tadi untuk membacanya.
Tanpa terasa sudah 1 jam aku berada di Taman Sekolah sambil membaca Novel itu. Beberapa cemilan dan satu cup kopi pun telah aku habiskan. Kulihat arlojiku menunjukan pukul 02.10 siang. Ku ambil ponsel di dalam tasku dan melihatnya. Berharap ada pesan baru dari Levei yg memberitahu kalo latihanya telah usai. Ternyata tidak ada pesan darinya sama sekali. “kok dia gk sms aku? Apa dia pulang sendirian ?” pikirku. “Apakah Levei sebenarnya tidak suka aku tunggui hari ini? Atau apa dia sebenarnya tidak senang berangkat dan pulang sekolah bersamaku setiap hari?” Mungkin dia lebih senang pulang bersama teman2nya daripada denganku?” berbagai pikiran negative pun menyelimuti pikiranku. Tapi aku berusaha tetap tenang dan tetep menunggunya.
Aku sempat berpikiran untuk pulang ketika waktu menujukan jam 3 sore dan tidak ada sms darinya sama sekali. Tapi aku mengurungkan niatku. Aku menutup novel yg sedang kubaca meskipun ceritanya menarik tapi karena pikiran saat ini sedang tidak tenang jadi tidak bisa fokus membacanya. Kuputuskan untuk melihatnya ke Lapangan Upacara. Ketika berjalan menuju Lapangan upacara yg letaknya cukup berjauhan dengan Taman Sekolah, aku sempat berpapasan dengan beberapa siswa. Akupun bertanya apakah latihan upacara masih berlangsung?. Perasaanku sedikit lega ketika mendengar jawaban mereka bahwa latihan upacara di perpanjang sampe sekitar pukul 04.00 sore ini. “hhhmmm, jadi diperpanjang yak..tapi kenapa Levei tidak memberitahuku lewat sms?.
Aku mengurungkan niatku untuk menuju lapangan. Aku memutuskan menuju ke ruang kelas 3 Ipa dilantai 3 sekolah kami. Karena dari sana aku bisa melihat langsung ke lapangan upacara dari ketinnggian. Aku sengaja ingin melihatnya dari atas agar Levei tidak tahu kalo aku sedang memperhatikanya karena aku tidak mau menggangu konsentrasinya. Pede banget yk gw. Hampir stengah jam aku melihatnya latihan dari atas. Kupun merasa bosen dan memutuskan kembali ke Taman Sekolah. Disana aku melanjutkan bacaan novelku yg tadi. Sekarang aku sudah bisa berkonsentrasi lagi membacanya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 4.20 sore. Ku mendengar suara langkah kaki yg mendekat kearahku. Kurasa itu adalah Levei. Kualihkan pandangan dari novel kearahnya. Dia hanya berdiri mematung bebrapa meter dariku smbil memandang kearahku dengn pandangan terheran2. Levei sepertinya terkejut karena aku masih menugguinya sampai sesore ini. Aku sendiri juga terheran kenapa aku mau2nya menunggu levei pulang sampe sesore ini. Apakah ini pertanda bahwa aku benar2 menyukainya ??
Tidak sperti biasanya Levei tiba2 saja mengulurkan tanganya kemudian menarik tanganku. Dia bilang ingin mengajakku ke Taman Wahana Kota untuk naik kincir angin. Akupun menangagukan kepala sambil bilang ”iya” pelan kepadanya. Karena sikapnya yg sedikt lebih agresif dari biasanya itu membuatku tiba2 saja menjadi pemalu.
Sepanjang perjalan levei terus menggandeng tanganku tindakannya itu benar2 sukses membuatku mendadak menjadi seorang yang pemalu dan hanya terdiam saja sambil terus mengikuti langkahnya pergi bagai kerbau yg dicucuk hidungnya. Ditengah perjalanan Levei tiba2 menghadap ke arahku dan bertannya “Kamu udah laper lom Reine??”. “yaa... sedikit sih!”jwbku pelan. “ “Kamu tahan sebentar yk! Soalnya kalo mampir makan dulu entar gak keburu kita lihat senjanya! Gk papa kan Reine?” Levei. “iya gpp kok Leve tenang aja aku lom laper banget” jwbku pelan. “ok makasih y Reine” Levei.
Aku dan Leveipun menaiki kincir angin tepat disaat senja menyelimuti kota kelahiran kami ini. Benar2 pemandanagan yg menakjubkan seperti waktu itu. Aku bener2 ingin waktu berhenti saat ini juga dan ingin selamanya berada di kincir angin ini bersama Levei. Aku penasaran apakah Levei juga merasakan hal yg sama sepertiku?
0
478
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan