andimulyaAvatar border
TS
andimulya
Ghoib Dan Klenik, Dikafirkan Dan Dimaki Tetapi Akan Selalu Dicari

KEBATINAN

Kasepuhan Jiwa (Kebatinan)
KALAU kita berbicara tentang ilmu kebatinan, yang dikatakan sepuh atau ‘tua’ itu bukanlah karena umur lahiriahnya, misalnya kakek tua renta yang sudah berusia lanjut dan berjenggot panjang. Atau karena wujud penampilan lahiriahnya yang mengesankan orang lain. Bukan pula karena derajat dan martabatnya yang dihormati dalam pergaulan bermasyarakat. Juga bukan karena kekayaan harta bendanya, sehingga ia dipandang dan disegani orang lain. Bukan itu!
Sepuh atau ‘tua’ di sini lebih dititik beratkan pada kemampuan spiritualnya, ketinggian ilmu kebatinannya, kebersihan jiwanya, dan keluhuran budi pekertinya. Pada tingkat kesempurnaan atau tingkat kasepuhan itulah yang menjadi tolak ukur bagi mereka untuk pantas disebut para sepuh atau para ahli ilmu ‘tua’.

Di Indonesia ini sebetulnya banyak terdapat orang pandai (ahli ilmu kebatinan) dan hampir di semua daerah menyimpan potensi. Di antara yang masih hidup dan yang masih berkembang, tentu saja mereka itu lebih senang ‘menyepi’, kurang menyenangi publikasi, dan tak pemah memimpikan mengejar kebesaran nama kosong, serta kemaruk harta. Kehidupan yang tenangdan adem-ayem ini, bukan berarti menjauhi duniawi. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia biasa yang hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Perbedaannya hanya terletak pada nilai-nilai hidup yang menjadi prinsip kehidupannya. Hidup itu hendaklah yang wajar saja, berada di tengah antara berlebih lebihan dan kekurangan. Karena jiwa terbebas dari nafsu, maka hidup menjadi mengendap tenang. Rasa ketenteraman itu hadir oleh sikap tunduk, pasrah, dan menyerah kepada keadilan Allah. Sikap pasrah inipun jangan diartikan harfiah, menyerah begitu saja pada nasib. Pasrah di sini mengandung dua nilai, yaitu:
Pasrah total dalam hal ibadah kepada Allah. Mengabdi kepada Tuhan itu hendaknya jangan dikotori oleh pamrih. Menyembah dan sujud kepadaNya bukan karena mengharap imbalan surga atau karena takut siksa neraka. Ibadah yang masih dipengaruhi oleh sifat pamrih demikian ini belum mencapai puncak ketakwaan, karena masih belum tulus ikhlas dan belum murni niatnya.
Pasrah sadar dalam hal hidup bermasyarakat. Hidup tidak perlu gayeng, berbuat yang aneh-aneh, terlalu ambisi, dan selalu membanding-bandingkan kehidupan orang lain. Sebab hidup yang demikian itu pasti tidak akan medatangkan ketenteraman. Jiwa akan gelisah, karena nafsu masih membelenggu diri. Syirik, iri, dengki, pamer, sombong, dan tak mau diremehkan oleh orang lain adalah sebagian dari penyakit-penyakit qolbu.
Orang-orang yang mempunyai prinsip teguh tidak akan tergoyahkan lagi oleh iming-iming keserakahan materi. Baginya, hidup ini sesungguhnya mempunyai keseimbangan yang selaras dan teratur.Jika manusia secara sadar memilih duniawi, maka ia harus siap menghadapi konsekwensinya. Mungkin saja kehidupan lahiriahnya menanjak pesat dan berlimpah kekayaan, namun jiwanya gersang dan kering. Hatinya sering mengeluh dan anehnya bila ditanya oleh orang lain ia menjawab, “Aku tidak merasa bahagia.” Orang lain yang hanya memandang ‘dari luar’ mungkin tidak percaya, tapi orang yang merasakan sendiri jelas tak bisa membohongi hati nuraninya. Yang dimaksud memilih kehidupan duniawi di sini adalah orang-orang yang sengaja (secara sadar) ikut arus keserakahan materi, lebih-lebih bila jalan yang ditempuhnya cenderung salah, bersandar pasrah untuk selain Allah.

Sebaliknya pula, mereka yang secara sadar memilih (lebih condong) kehidupan ruhani, maka ia harus siap menghadapi konsekwensinya. Kebanyakan mereka ini berhasil dalam hal mengejar kepuasan kebatinan, memiliki kelebihan ilmu kebatinan, dan bahkan banyak pula di antara mereka yang menjadi tersohor ‘kesaktiannya’. Tapi kehidupan dunia dan rumah tangganya begitu memprihatinkan. Bahkan ada yang sangat menyedihkan, karena terlalu miskin, tidak memiliki apa-apa kecuali selembar pakaian yang menutupi tubuhnya. Walaupun pengertian ‘menyedihkan’, sengsara, dan hina itu tidak lebih cuma dari pandangan relatif. Mereka yang belum mencapai tingkat kesempurnaan dalam hal pencerahan diri, terkadang masih belum dapat melepaskan ikatan ekonomi, bahkan zero manfaat duniawi.

Mereka masih memiliki ‘rasa’ akan kekurangannya itu. Berbeda dengan orang yang telah mencapai kesempurnaan dan telah berhasil menemukan jati diri, seperti kehidupan orang-orang suci (hati dan pikirannya hanya ditujukan kepada Tuhannya, ia sudah tidak mempedulikan ‘dunia’ sekelilingnya, bahkan terhadap dirinya sendiri pun tak diurus). Orang-orang yang telah mencapai tingkatan di atas kearifan ini sering disebut maunah. Orang yang tekun beribadah setiap saat, setiap detik, tiap jantungnya berdetak, hati, nafasnya tasbih dan pikirannya selalu tertuju kepada Allah Swt. Ia begitu mencintai Tuhannya dan melebihi segala–galanya.

Bagi orang-orang yang demikian itu, prihatin, sedih, sengsara, dan hina sudah tidak ada artinya. Mereka lebih merasa bahagia dengan keadaannya yang serba kekurangan. Pada zaman silam, banyak di antara tokoh-tokoh ilmu kebatinan yang hidup jauh dari hingar-bingar kota. Hukum kerajaan memungkinkan seseorang melakukan tapa sepi. Ada yang telah bertahun-tahun hidup menyepi didalam gua, di puncak-puncak gunung, di lereng-Ierengnya, di kedalaman jurang-jurang yang menyeramkan,ditengah hutan-hutan belantara, dan di balik batu-batu karang laut yang terjal, begitu selesai bertapa mereka masih mau kembali hidup bersama masyarakat lagi.

Namun banyak pula di antara mereka yang telah ‘bosan’ dengan kepalsuan-kepalsuan duniawi, akhirnya lenyap dari percaturan hidup berbinar-binar, dan tak ada yang tahu ke mana sebenarnya mereka itu pergi. Barangkali saja ada yang memutuskan pergi meninggalkan kampung halamannya dan menjelajah alam di mana kakinya mampu menyentuhnya mencari pengalaman-pengalaman baru. Sebagian lagi bahkan tetap tinggal selamanya dalam ‘pertapaannya’, bahkan yang sampai menjadi Batoro karang.

Kehidupan semakin dinamis, waktu begitu cepat melakukan pergolakan perubahan. Hukum yang berlaku bukan lagi hukum kerajaan, melainkan hukum negara merdeka dan menuju kapitalis. Tatanan hidup bermasyarakat pun banyak mengalami perubahan, penyesuaian, dan penyempurnaan. Apa yang dianggap aturan lazim pada masa silam, ternyata sekarang dinilai sudah usang dan tidak sesuai lagi diterapkan dalam kehidupan. Walau begitu, bukan berarti semua tatanan produk masa lamau lantas dilupakan. Karena tak kalah banyaknya dengan hal-hal baru yang datang kemudian, maka dalam hal warisan budaya leluhur justru tetap dipakai dan bahkan dikembangkan oleh generasi seterusnya yang sadar dan mencintainya. Para ahli ilmu kebatinan di masa negara merdeka kemudian meneruskan laku-Iaku spiritual. Degan rasa sadar dan penuh tanggung jawab mereka melakukan tapa rame (mengamalkan segala ilmu kepandaiannya untuk kesejahteraan umat, berarti ia harus berani terjun di tengah-tengah galaunya dunia ramai). Kesimpulan dari makna hidup pasrah yang sadar itu:
Hidup adalah anugerah Tuhan yang wajib disyukuri. Di dalamnya terdapat hukum keseimbangan yang selaras, sehingga orang tak perlu menentang arus atau bahkan ikut hanyut. Agar tidak terseret arus yang menyesatkan, maka diperlukan suatu prinsip hidup yang tangguh. Berdiri di antara kenyang dan lapar, tidak rakus tapi juga tidak pelit. Hiduplah dengan wajar sesuai batas kemampuan. Tidak perlu mengeluh bila sedang mendapat cobaan Tuhan. Dan jangan sampai ‘lupa’ kepada-Nya jika mendapatkan kebahagiaan. Hindarkan sifat sombong, pamer, dan mau menang sendiri. Segala nikmat kehidupan yang diperoleh, bukanlah milik sebenarnya. Jika Tuhan berkenan, segala harta benda dan kebahagiaan itu pun dapat langgeng dinikmatinya. Sebaliknya, bila Tuhan berkehendak mencabut nikmat-Nya, maka hanya dalam sekejab saja segala kekayaan dan kebahagiaan itu dapat lenyap tak berbekas. Hidup pasrah yang sadar bukanlah mengajak hidup miskin, sebab orang harus berusaha dan bekerja mencari kehidupan yang layak. Dalam hal ini hanyaditekankanpada’hidupwajar’. Rezeki yang datang tidak ditolak, bila itu datang nyadari keikhlasan dan ketulusan hati. Jangan salah paham!Jika manusia telah mengenal Tuhannya maka bahagia meski tanpa sandang. Tak berduka mesti tanpa pangan. Kalo lah di cela justru amat suka. Jika mendapat bencana dan mara bahaya dia hanya tertawa. Karena hatinya tak ada lagi yg di minati dan tak ada lagi yg di takuti. Hanya kecintaan pada Tuhan dari lahir dan batin.

Hidup bukanlah milik pribadi. Adanya hidup itu sendiri menunjukkan keuniversalan, untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, untuk masyarakat, dan negara, bahkan untuk dunia sekali pun. Jika hidup yang dimiliki itu bermanfaat, barulah itu ada artinya. Oleh sebab itu, seorang peyakin ilmu kebatinan sejati harus ‘sadar’ bahwa hidupnya bukan untuk kepuasaan kebatinannya sendiri. Seorang yang berilmu harus berani hidup di tengah masyarakat dan ikut terjun dalam hiruk-pikuknya dunia nyata, bukan sebaliknya ia lari dari kenyataan. Untuk apakah segala ilmu yang dimiliki bila tidak untuk diamalkan? Dibawa pergi ‘menyepi’ sampai akhir hayatnya dan ‘hilang sia-sia’ begitu saja?

Ilmu iku ojo maton muni tapi munio sing maton
Amarah purbaning urip
Luamah mulyoning urip.
Supiyah lenyeping urip.
Mutmainah sampurnaning urip.
Pengertian laku di sini bukan menunjuk secara sempit atas laku tapa (prihatin, tirakat diri) saja. Melainkan lebih dari itu, laku yang lebih luas selain laku ilmu adalah laku pelaksanaan atau pengamalan dari buah ilmu itu sendiri.

Nah yang patut digaris bawahi, ketika Anda ingin mempelajari ilmu kebatinan haruslah pintar dan pandai dalam mencari perguruan atau guru ilmu kebatinan itu sendiri. Menagapa demikian karena saat sekarang ini banyak sekali orang orang yang mengaku memiliki ilmu kebatinan dan mampu mengajarkan ilmunya tapi itu hanya omongan belaka dalam kata lain orang itu sebenarnya hanyalah orang awam yang tidak memiliki ilmu apa apa. Dan karena itulah Gus Mul mendirikan Senyawa Hati, yang merupakan perkumpulan bukan lembaga ato ormas yg seperti kebanyakan (syarat dengan unsur politik dan keuntungan pribadi) disini kita tidak hanya  mengkaji tentang supranatural dan spiritual atau ilmu kebatinan karena jadi sakti, pinter, kelihatan pinter dan sok sakti seperti praktisi kebanyakan di TV2, webnya puluhan, prakteknya di hotel, sakti dan kelihatan pinter itu biasa tapi yg tidak cuman omdo dan ngomong, itu yg dinamakan keberkahan dan manfaat. Sudahlah sadarlah kita jangan jadi badut, mbaduti dan mau dibadutin, untuk sesama praktisi kita tahu kita butuh uang, klo memang sakti beneran kenapa buka praktek, kenapa tidak narik emas, berlian ato uang di ghoib aja, nyari dunia boleh tapi cukuplah sepundak yg kau butuhkan, mungkin anggapannya bisa memanipulasi kalayak dan media (Masyarakat) tapi ingatlah alam punya tatanan sendiri yg tidak semudah itu dimanipulasi ingatlah equilibrium, semua cukuplah dan jangan berlebih dan berucap syukur, semakin pintar kepahamanmu, semakin tinggi kepahamanmu, bukankah kau lihat itu adalah amanah, bedakan profesi dan amanah, saya pribadi tidak menyuruh engkau tobat, karena itu ndak mungkin!! Tapi minimal jadilah lumrah dan amanah karena jika itu terjadi, penyesalanmu menjadikan ingatanmu tidaklah ada artinya, ingatanmu tak akan ada artinya lagi.

“Dunia ini ibarat bayangan, kejar dia maka sungguh kau tak akan bisa menangkapnya. Balikkan badanmu darinya,maka tidak ada pilihan baginya kecuali mengikutimu”
“Akan ada orang dengan sifat dan tindakan yg penuh tanggung jawab dan kesatria,memperjuangkan apa yg dianggapnya benar tdk memperdulikan apa kata sekitarnya, namun dengan tetap tidak memperlihatkan kekuatannya yg sesungguhnya,dsimpan hanya utk tujuan akhirnya,save the best for the last. Bertindaklah seperti elang,menyimpan cakarnya hanya ketika dia membutuhkannya (Gus Mul)”

Harapan Yg Salah….
Bayangkan !! Anda sdg ditimpa masalah. Masalah yg sangat besar dan Rumit
– Tau2 seorang jutawan datang dan berjanji akan membantu dgn kekayaanya…
– Tidak cukup sampai disitu. Seorang ulama/syeh/habib datang dan berjanji akan membantu Anda dgn Keilmuanya…
– Tambah lagi. Seorang gurbernur datang dan berjanji akan membantu Anda dengan kekuasaannya…
Kira2 bgmn sikap Anda? Dibantu oleh tiga org ini, tentu saja keyakinan anda melesat dalam memberesi masalah. Motivasi Anda pun meluap-luap. Begitu kan? Padahal…
– Allah telah berjanji akan membantu hamba2Nya
– Dimana Kekayaan-Nya melebihi kekayaan si jutawan
– Dimana keilmuan-Nya melebihi keilmuan si Ulama/syeh/habib
– Dimana kekuasaan-Nya melebihi kekuasaan si gubernur
Nah, menyadarinya bahwa semua perantara dari Allah, bukankah itu yg utama?

RENUNGAN:
~3 Hal dalam hidup yang tidak bisa kembali :
Waktu
Kata-kata
Kesempatan
~3 Hal yang dapat menghancurkan hidup
seseorang :
Kemarahan
Keangkuhan
Dendam
~3 Hal yang tidak boleh hilang :
Harapan
Keikhlasan
Kejujuran
~3 Hal yang paling berharga :
Kasih Sayang
Cinta.
Kebaikan
~3 Hal dalam hidup yang tidak pernah pasti :
Kekayaan
Kesuksesan
Mimpi
~3 Hal yang membentuk watak seseorang :
Komitmenh
Ketulusan
Kerja keras
~3 Hal yang membuat kita sukses :
Tekad
Kemauan
Fokus
~3 Hal yang tidak pernah kita tahu :
Rejeki
Umur
Jodoh
~3 Hal dalam hidup yang PASTI :
Tua
Sakit
Kematian
~3 Hal dalam hidup yang menjadi modal berbisnis :
Birokrasi
Negoisasi
Komunikasi

Yaa ALLAH, yaa Tuhan kami, yang membaca ini
adalah sahabat-sahabat yang kami yang baik,
sholeh, kuat & sabar. Kepada-MU saya
memohon : perlindungan serta kasih-sayang-
MU untuk mereka, agar tertolong dalam
meningkatkan kehidupannya, mudah rejekinya
& sehat badannya. Jika mereka melangkah,
biarlah keselamatan & perlindungan-MU,
memudahkan langkahnya, karena saya menyayangi mereka. Amin.

Salam Rahayu
www.gusmul.us
Diubah oleh andimulya 13-12-2019 16:18
anasabilaAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan anasabila memberi reputasi
2
1.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan