TS
missforget21
Black Eye
*****
Setelah melewati perjalanan yang panjang, kami akhirnya tiba di kota itu.
Kota yang terlihat seperti tempat tak berpenghuni. Sunyi.. Sangat sepi.
Kota yang terlihat seperti tempat tak berpenghuni. Sunyi.. Sangat sepi.
"Mi... Yakin alamatnya benar..?"
Pertanyaan Laura adalah pertanyaan yang sama yang ku lemparkan pada diriku sendiri.
Pertanyaan Laura adalah pertanyaan yang sama yang ku lemparkan pada diriku sendiri.
Aku juga bigung dengan keadaan kota itu. Seperti kota mati.
"Kalau menurut alamat yang di kasi sih benar Ra.."
"Tapi kok sepi banget sih..?? Kita teriak juga ngak ada yang denger..."
Ku rasa bukan hanya Laura yang berfikir seperti itu. Mungkin setiap orang yang datang pertama kali ke kota ini akan berfikir sama.
"Sudahlah Ra.. Kali aja yang tinggal kebanyakan kantoran.. Jadi kalau siang masih pada kerja.."
*****
. Setelah terpaku beberapa saat di bibir aspal tempat kami turun. Kami memutuskan untuk menelusuri jalanan yang sepi itu. Di kota itu terlihat beberapa mini market tapi juga sangat sepi. Kami berdua berjalan lurus mengikuti jalanan sunyi tak berujung itu.
Sampai akhirnya ada seorang ibu bersama anaknya keluar dari mini market tadi. Tapi anehnya..
Kedua ibu dan anak itu buta.
Matanya di penuhi lingkaran hitam.
Melihat kondisi yang tidak wajar itu, aku Laura memutuskan untuk masuk ke mini market itu dan benar.. Sesuatu yang tidak beres telah terjadi di kota ini.
. Setelah terpaku beberapa saat di bibir aspal tempat kami turun. Kami memutuskan untuk menelusuri jalanan yang sepi itu. Di kota itu terlihat beberapa mini market tapi juga sangat sepi. Kami berdua berjalan lurus mengikuti jalanan sunyi tak berujung itu.
Sampai akhirnya ada seorang ibu bersama anaknya keluar dari mini market tadi. Tapi anehnya..
Kedua ibu dan anak itu buta.
Matanya di penuhi lingkaran hitam.
Melihat kondisi yang tidak wajar itu, aku Laura memutuskan untuk masuk ke mini market itu dan benar.. Sesuatu yang tidak beres telah terjadi di kota ini.
"Mia.. Mata.. Matanya..."
"Ia Ra.. Itu berarti kita sudah sampai...."
Saat kami masih terpaku dengan segala keanehan itu, sang penjaga mini market menegur kami.
"Ad yang bisa saya bantu...?" ucap pria paruh baya itu.
Dia bahkan tidak tersenyum saat menegur kami sebagai konsumen.
Dia bahkan tidak tersenyum saat menegur kami sebagai konsumen.
"Ah... Kami ingin beberapa makanan ringan dan minuman dingin.." ucap ku.
"Makanan ringan 20 langkah dari sudut kanan pintu masuk.. Rak paling atas pedas.. Tengah asin.. Dan paling bawah manis... Dan lemari pendingin ada 6 langkah di belakang anda. Rak pertama Kopi.. Kedua susu.. Ke tiga Teh.. Dan terakhir ada Air putih.."
Mendengar penjelasan dari pria itu tentunya dia mengira kami adalah konsumen dengan keadaan sama sepertinya. Dan itu berarti. Kemungkinan semua penduduk di kota ini mengalami hal yang sama.
Aku pun mengambil beberapa cemilan dan minuman, kemudian membawanya kembali pada pria itu guna melakukan pembayaran.
"Ini pak.." ucap ku sembari menyodorkan barang belanjaan ku.
"Cepat sekali... Apa kalian bukan orang sini..??" tanya pria itu.
"Ia pak.. Kami dari kota lain.. Dan sedang ada urusan di kota ini.."
"Heh.. Urusan apa anda dengan orang buta seperti kami.., lagi pula.. Terlalu beresiko bagi kalian yang punya mata untuk datang ke kota ini.."
Suasana sempat hening seketika.
Dan kemudian Laura memecahkan keheningan kami.
Dan kemudian Laura memecahkan keheningan kami.
"Maaf pak.. Apa bapak tau dimana alamat Kota Tua/ Zhui 207..??"
"Zhui 207..??" jelas pria itu.
"Ia pak.." tegas kami.
Tak butuh waktu lama.. Pria itu kemudian memberikan kami secarik kertas yang berisi peta kota tua dan ada satu titik yang di beri lingkaran merah.
"Itu adalah alamat yang kalian cari.. Kalian akan mudah berkomunikasi dengan orang itu.."
Pernyataan pria itu benar-benar membuat ku bingung. Dan terlihat bahwa pria ini mengetahui dengan jelas tujuan kami datang ke kota ini.
"Terimakasih banyak pak.." ucap kami.
Kami pun berjalan meninggalkan pria itu menuju pintu keluar mini market. Tapi saat kami akan keluar sang pria kemudian berkata...
Kami pun berjalan meninggalkan pria itu menuju pintu keluar mini market. Tapi saat kami akan keluar sang pria kemudian berkata...
"Kalian sebaiknya menyelsaikan urusan kalian sebelum malam tiba. Kota ini Tealu berbaya untuk penglihatan kalian..."
Entah mengapa, kalimat pria itu terdengar seperti peringatan keras. Bukannya saran.
*****
Setelah mendapatkan petunjuk dari pria itu, aku dan laura segera bergegas dan menuju lokasi yang tertera pada peta.
"Mi.. Kamu ngak ngerasa aneh sama kalimat si bapak tadi..?"
"Aneh si Ra.. Tapi kita positif aja.. Ngak usah langsung fikir ngak baik.."
Jujur... kalimat ku itu hanya usaha untuk menenangkan laura dan juga diriku sendiri.
Aku tidak tahu apakah yang ku lakukan ini benar atau salah.
Aku sendiri tidak yakin bahwa tindakan ku benar. Tapi kaki kami sudah terlanjur menapak pada kota ini, dan tentu kami harus menyelesaikan apa yang telah kami mulai.
Aku tidak tahu apakah yang ku lakukan ini benar atau salah.
Aku sendiri tidak yakin bahwa tindakan ku benar. Tapi kaki kami sudah terlanjur menapak pada kota ini, dan tentu kami harus menyelesaikan apa yang telah kami mulai.
*****
Setelah berjalan cukup jauh, kami akhirnya tiba di tujuan kami.
Yah.. Kami berdiri di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas, dilengkapi dengan pagar besi yang cukup tinggi sebagai penghalang kami utuk mengetuk pintu.
Yah.. Kami berdiri di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas, dilengkapi dengan pagar besi yang cukup tinggi sebagai penghalang kami utuk mengetuk pintu.
"Ra... Kita sampai..."
"Ia mi.. Kita sampai.."
Kami berdua masih terpanah oleh rumah besar nan menyeramkan itu.
Bagaimana tidak....
Rumah itu tampak tak berpenghuni. Rerumputan liar memenuhi halaman yang luas. Menutupi keindahan sejati milik bangunan megah itu. Tambah lagi dedaunan kering yang berserakan dari pepohonan besar di pekarangan rumah.
Bagaimana tidak....
Rumah itu tampak tak berpenghuni. Rerumputan liar memenuhi halaman yang luas. Menutupi keindahan sejati milik bangunan megah itu. Tambah lagi dedaunan kering yang berserakan dari pepohonan besar di pekarangan rumah.
"bagaimana masuknya nih..??"
Ucap Laura sembari menggoyang goyangkan pagar itu.
Ucap Laura sembari menggoyang goyangkan pagar itu.
Aku diam tidak menjawab laura. Tapi mataku tidak diam. Mataku dengan penuh selidik memandangi sekeliling rumah itu. Dan akhirnya aku melihat ternyata ada Bell di bagian sebelah kiri gerbang tinggi itu.
"Hei Ra.. Lihat.. Ini cara kita masuk..." Ucapku sembari menunjuk ke arah Bell itu.
*****
Kami memencet Bell itu terus menerus. Berharap akan ada yang merespon kami dari dalam rumah. Tapi ternyata itu tidak mudah.
Setelah lama menunggu dan menyeru. Akhirnya Muncul pergerakan dari dalam rumah.
Perlahan tapi pasti. Pintu masuk rumah itu terbuka, dan keluarlah seorang pria dengan sebelah matanya di tutupi dengan penutup mata ala pelaut.
Langkahnya pincang... Punggungnya sedikit membungkuk.
Langkahnya pincang... Punggungnya sedikit membungkuk.
Perlahan tapi pasti, Pria itu mendekat pada gerbang dan membukanya untuk kami.
Setelah mendekat, Barulah wajah pria itu terlihat jelas. Keriput di wajahnya sudah mewakilkan usianya.
Setelah mendekat, Barulah wajah pria itu terlihat jelas. Keriput di wajahnya sudah mewakilkan usianya.
"Silahkan Masuk..." Ucap pria itu mempersilahkan kami masuk.
Laura segera merapat padaku. Dan menggandeng tanganku. Yah.. Aku tidak perlu bertanya mengapa. Karena aku tau alasan dia melakukan itu.
Akhirnya, kami berdua melangkah masuk ke dalam rumah megah nan misterius itu.
Akhirnya, kami berdua melangkah masuk ke dalam rumah megah nan misterius itu.
Next.
Diubah oleh missforget21 12-12-2019 14:52
Gimi96 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.8K
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan