- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Dongeng] Pecandu Perang


TS
cekibot0101
[Dongeng] Pecandu Perang
Sepertinya sebentar lagi saya akan mendongeng kembali, gan.
Mungkin agan semuanya bisa cekibot dengan perlahan.
Atau cepat.
Tahun 2082.
Roger F. Kerdwell, panglima besar-nya angkatan bersenjata negara adidaya Omorike Serikat tampak tengah berkonsentrasi menyimak halaman laporan di layar hologram di hadapannya.
Yang menjadi perhatiannya adalah sinyal peringatan dari seluruh angkatan mengenai kondisi statis prestasi tahunan prajurit tamtama, atau prajurit tingkatan rendah. Semua angka pada laporan tersebut menunjukkan angka 'Indeks Prestasi' dari mayoritas prajurit berpangkat rendah di seluruh jajaran Angkatan Bersenjata negera tersebut yang tak menunjukkan kenaikan signifikan. Puluhan ribu prajurit pangkat rendah mengalami hambatan untuk naik pangkat karena mereka kekurangan Akumulasi Nilai Aktifitas yang menjadi syarat mutlak untuk mengganti tanda pangkat di seragam mereka dengan simbol pangkat yang setingkat lebih tinggi.
Yang menjadi sebabnya adalah karena jumlah personil pada tingkatan tersebut yang sudah sangat berlebihan hingga alokasi waktu kegiatan dinas yang ada sudah tak sanggup lagi memberikan Kredit Nilai bagi setiap kegiatan para prajurit itu untuk memenuhi syarat naik pangkat.
Dengan jumlah yang terlalu banyak, maka masing-masing prajurit harus mengurangi jadwal untuk dinas patroli, dinas piket jaga, sesi latihan fisik, menembak, latihan beladiri, serta kegiatan dinas lain yang bisa memberikan Nilai Aktifitas Dinas karena harus berbagi waktu dan tempat dengan sesama prajurit lainnya. Jumlah mereka sudah benar-benar sangat banyak. Bahkan terlalu banyak.
Hal ini jelas menjadi masalah karena pada waktu itu Angkatan Bersenjata mereka telah membentuk banyak sekali kesatuan pasukan yang baru sebagai hasil dari riset dan pengembangan kendaraan serta alat tempur yang berhasil mereka produksi.
Contohnya seperti Kesatuan Vektor Cuaca, yang baru dibentuk sebagai pengembangan dari Angkatan Darat Omorike Serikat setelah laboratorium serta pabrik peralatan pertahanan (dan serangan) milik dapur internalnya secara resmi berhasil menelurkan seperangkat alat serta kendaraan pengendali cuaca sebagai hasil dari riset mereka sejak tahun 1950-an.
Kesatuan tempur yang menggunakan teknologi canggih ini jelas membutuhkan banyak sekali Perwira Menengah serta Unit Spesialis untuk memimpin semua sub-unit di dalamnya, serta untuk mengoperasikan semua instrumen super-rumit yang mereka miliki.
Belum lagi pengembangan dari kesatuan di angkatan lainnya, seperti Angkatan Udara dan Laut. Departemen Pertahanan USO (United State of Omorickay) benar-benar terdesak kebutuhan untuk menaikkan pangkat dari seluruh prajurit tingkat rendah yang mereka miliki.
Hal ini diperburuk oleh membanjirnya barisan baru prajurit tamtama, yang setiap tahunnya lulus dari semua sekolah militer yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Selain membuat inflasi pada indeks prestasi di kalangan prajurit rendah, jumlah mereka yang terus membengkak setiap tahunnya itu juga merongrong anggaran dana negara guna penyediaan fasilitas yang nominalnya semakin tak realistis untuk mendanai segala macam fasilitas bagi semua 'serdadu kelas coro' itu.
Sekali lagi, kejadian ini terjadi di tahun 2082.
Anak Kucing.
Sudah sejak puluhan tahun sebelumnya, negara Omorike Serikat telah melatih ratusan ribu personil pasukan militan di kawasan Timur Pinggir (bukan Timur Tengah).
Mereka mengalirkan dana serta mempersenjatai para penduduk sipil dari suku-suku di kawasan itu secara besar-besaran kemudian melatih serta mengkoordinasikan mereka dalam proses panjang, sampai akhirnya pasukan militan itu berhasil membentuk sebuah negara boneka yang menamakan dirinya IISWIS, atau It Is a State Whatever It Seems.
'Negara' baru itu dibentuk dengan maksud untuk dijadikan 'Boneka Remote Kontrol' yang menjadi 'tangan' dari intelijen Omorike dalam menciptakan serta mempertahankan kondisi status quodi kawasan itu. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa menguasai lautan minyak bawah tanah yang ada di sana tanpa harus turun tangan langsung. Tepat sekali jika digunakan peribahasa 'Lempar Batu Sembunyi Tangan'.
Sesuai tujuannya, yaitu untuk membuat kekacauan, maka karakter dasar dari semua personil pejuang militan yang juga menjadi 'warga negara' dari Negara Boneka itu dibentuk selama ribuan jam melalui skema Latihan serta 'Pendidikan' (baca : Cuci Otak) yang dirancang sedemikian rupa supaya mereka menjadi individu-individu yang agresif.
Kucing Jadi Harimau.
Menteri Pertahanan negara Omorike Serikat, Frank Daniel Burdt, tengah makan siang ketika denting notifikasi level 2 berbunyi, menandakan ada 'telepon' yang masuk dari jalur intelijen militer.
Kening Burdt mengernyit. Ini pasti berita sangat penting. Jalur komunikasi Level 2 ini adalah jalur khusus yang dirahasiakan. Mr. Presiden sendiri yang menginstruksikan dibentuknya saluran ini. Selain Presiden, hanya ada 8 orang pejabat Intelijen dan Militer yang bisa menggunakan jalur komunikasi ini, dan tentunya Burdt adalah salah satu dari mereka. Ada apakah gerangan?
"Falconex, terima." Burdt memberi perintah kepada komputer internalnya.
Microchip pesawat komputer yang terinstal di pergelangan lengan Burdt langsung mengenali pola frekuensi suaranya, kemudian menerima panggilan telepon masuk itu.
"Eagle Rose 1, ini Nest Beta. Ditunggu oleh Nest Alpha. Fifteen Hundred." Hanya itu yang terdengar oleh Burdt melalui speaker internal yang terinstal di tulang pipinya. Suara itu adalah suara sekretaris Presiden. Secara sederhana, berita barusan berarti bahwa Presiden menunggu kedatangannya di istana kenegaraan jam 3 sore.
Maka, dua jam kemudian Burdt dan beberapa pejabat militer bawahannya, serta satu tim dari intelijen negara itu sudah berada di Pink House, atau Gedung Merah Muda, yaitu istana kepresidenan negara Omorike Serikat untuk menghadiri rapat darurat langsung dengan Presiden.
Mereka mendapat laporan dari kawasan Timur Pinggir bahwa Pasukan Militan yang mereka bentuk, yaitu IISWIS, tengah melakukan pemberontakan dan berusaha untuk lepas dari koordinasi pimpinan Omorike. Orang-orang kampung suku bangsa kawasan Timur Pinggir yang sekarang sudah menjadi monster buas bersenjata itu telah bertindak cukup jauh, mereka telah membunuhi seluruh personil perwakilan otoritas Omorike yang berada di 'negara' itu. Para monster itu menuntut kondisi merdeka dan membentuk sebuah Negara sungguhan.
Puluhan orang pelatih tempur lapangan, seluruh anggota tim koordinasi logistik dan amunisi, para anggota tim pelatihan anjing perang, dan banyak lagi personil dari orang-orang intelijen serta militer Omorike yang ditugaskan di wilayah itu telah dibunuh. Tak satu orang pun yang disandera. Semuanya perwakilan Omorike di sana langsung dieksekusi tanpa ampun. Bahkan pihak militan rupanya diam-diam telah berhasil mengidentifikasi agen rahasia intelijen militer Omorike yang bertugas di wilayah itu. Gerakan pemberontak IISWIS berhasil membantai sekitar 179 dari sekitar 300 orang agen rahasia yang berada di sana. Dari sekian banyak agen yang lolos dari pemberontakan, beberapa berhasil kabur, dan melaporkan kejadian tersebut ke stasiun intelijen di negara tetangga terdekat, yakni Serioh, Terkoy, dan Iruq. Laporan dari mereka itu lah yang kemudian diteruskan langsung ke Wishengtin, ibukota Omorike.
Nyaman Sekali.
Kantor Panglima Angkatan Bersenjata Omorike, di gedung Pontagen.
Tepat dua hari setelah Wishengtin mendapat laporan mengenai pemberontakan di wilayah Timur Pinggir.
Siang itu, setelah mengakhiri pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Frank Burdt melalui jalur telekomunikasi hologram 3D, Panglima Besar Angkatan Bersenjata Omorike, yaitu Roger Kerdwell tampak tersenyum senang.
Di saat dirinya tengah pusing memikirkan berbagai alternatif untuk menciptakan 'lapangan dinas' buat tentaranya agar bisa cepat mendapatkan poin untuk naik pangkat, tiba-tiba dia mendapat perintah untuk mengerahkan 47% dari seluruh kekuatan militer pimpinannya untuk berperang meredam pemberontakan di kawasan Timur Pinggir. Pucuk dicinta, ulam tiba, pikirnya.
"My boys're gonna get promoted, alright!" Gumam Kerdwell sambil menghubungi sekretarisnya untuk memanggil seluruh pimpinan angkatan untuk berkumpul di ruangan rapat
Jalur Bebas Hambatan.
Seluruh proses adminstrasi dokumen untuk memberangkatkan ratusan ribu orang ke luar negeri belum pernah semudah ini.
Tetapi, rombongan bala tentara yang berjumlah total 800 ribu orang itu mendapat prioritas dalam kepengurusan segala macam dokumen yang diperlukan sebelum pergi bertugas. Begitu juga dengan izin lalu lintas udara yang akan mereka lalui untuk berangkat ke medan perang. Bahkan bandar udara sipil pun sampai dipenuhi rombongan tentara dan pesawat angkut milik militer yang hilir mudik memberangkatkan para serdadu Omorike karena semua lapangan udara militer sudah tak bisa lagi menampung jadwal keberangkatan yang sangat ketat.
Warga negara sipil justru sama sekali tak berkeberatan walaupun tak terhitung jumlahnya jadwal penerbangan komersil yang harus ditunda karena pemberian prioritas terhadap penerbangan militer ini. Bahkan para warga yang berada di bandara justru mendukung para tentara di bandara di seluruh kota di Omorike dengan mempersiapkan tangkai-tangkai bunga yang akan mereka lemparkan setiap kali ada barisan pasukan tentara yang memasuki gerbang pintu masuk bandara untuk menuju ke pesawat mereka. Para warga sipil itu menyanyikan lagu kebangsaan sambil melempari tentara dengan bunga, serta mengibarkan bendera. Selama beberapa hari, pemandangan tentara dan rakyat sipil yang sama-sama menangis di bawah hujan warna-warni kelopak bunga menjadi rutinitas yang mengharukan di bandara-bandara kota besar di Omorike.
Dalam waktu kurang dari 9 hari, seluruh personil dari ratusan ribu anggota pasukan serta jutaan ton barang berupa kendaraan, senjata, logistik, serta berbagai perlengkapan medan perang lainnya yang tercantum di daftar keberangkatan telah berhasil diterbangkan meninggalkan Omorike.
Nantinya, setelah mendarat di Iruq, mereka akan langsung bergerak ke posisi masing-masing yang telah ditentukan sesuai instruksi pusat komando strategi.
Sekali dayung, 7 pulau terlampaui.
Pemerintah Omorike mendapatkan beberapa keuntungan dari peristiwa pemberontakan IISWIS pada saat itu. Antara lain:
- Jalan keluar bagi krisis prestasi di kalangan prajurit tingkat dasar.
Militer Omorike sengaja tidak mematikan gerakan pemberontakan IISWIS dengan segera, tetapi justru memanfaatkan kekacauan itu sebagai tambang untuk memanen Nilai Prestasi bagi para prajurit tamtama mereka dengan membentuk beratus-ratus misi pertempuran, serta ribuan misi kecil lainnya seperti Patroli, Dinas Piket Jaga, Pengawalan Logistik dan Amunisi, dan berbagai misi lainnya. Tak terhitung berapa ribu prajurit yang berhasil meraup poin hingga bisa membawa mereka naik pangkat hingga Sersan, bahkan Letnan selama menjalani proyek besar ini.
- 'Membersihkan Sampah'.
Gerakan pemberontakan IISWIS saat itu secara tak langsung memberi alasan bagi intelijen Omorike untuk mengeksekusi para pucuk pimpinan IISWIS yang diduga bisa membahayakan kendali Omorike atas gerakan militan itu, kemudian mengganti mereka dengan orang-orang pilihan yang lebih bisa dipercaya. Kebanyakan para pengganti mereka adalah agen-agen Intelijen Militer keturunan Endio, Ofriko Selatan dan Erun yang telah lama bertugas di kawasan itu. Tetapi karena alasan tertentu, media Omorike lebih suka memberitakan mereka sebagai 'Warga Pekistun' dan 'Ofghinosten'.
- Perluasan wilayah yang dikuasai 'negara' IISWIS.
Setelah intelijen dan Militer Omorike sebenarnya sudah berhasil meredam pemberontakan secara internal, mereka justru memberitakan bahwa kekacauan masih berlanjut. Di bawah pimpinan IISWIS yang baru, mereka dengan leluasa memperluas zona krisis dengan menyerang dan menguasai kota-kota penduduk sipil yang sebelumnya tak dikuasai oleh IISWIS. Lebih tepatnya, kota-kota itu memang sengaja dilindungi karena Omorike membutuhkan posisi kota-kota tersebut sebgai pos koordinasi di lapangan semasa pembentukan IISWIS. Tetapi setelah tidak dibutuhkan lagi, maka kota-kota itu diserahkan kepada IISWIS untuk beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah, untuk menunjukkan kepada dunia kebrutalan yang dilakukan passukan IISWIS ketika mereka bergerak menguasai kota-kota tersebut. Yang menjadi kambing hitam, tentu saja para mantan pimpinan IISWIS, yang pada saat itu sebenarnya usdah mendekam di tahanan Omorike. Entah mereka dibawa ke mana, tiba-tiba mereka muncul di media masa sudah memiliki status tahanan. Mereka kemudian dieksekusi melalui vonis dari 'Pengadilan' milik Omorike sendiri. Pelaksanaan eksekusi para mantan pimpinan IISWIS diliput oleh jaringan media Barat, kemudian disiarkan pada skala global dengan judul 'Militer Omorike Berhasil Menangkap dan Mengeksekusi Para Pimpinan IISWIS'.
- Lonjakan Ekonomi.
Ketika Presiden Omorike menandatangani izin pengiriman pasukan perang ke luar negeri, yang kemudian dokumennya digunakan sebagai dasar perintah oleh Menteri Pertahanan untuk menggunakan kewenangan memberi instruksi kepada Panglima-nya untuk memberangkatkan para tentara mereka ke wilayah Timur Pinggir dengan status ''Tugas Perang', sebenarnya proposal untuk mendapatkan 'restu' dari Kongris (DPR-nya negara itu) masih dalam masa sidang dan belum ada keputusannya. Tetapi Ketua Panitia Sidang yang dibentuk untuk merespon proposal Presiden itu adalah teman seangkatan Presiden semasa sekolah akting dulu. Dan mereka berdua memang terkenal sangat akrab semasa karir mereka di dunia perfilman. Tentunya Kengrus dengan mudah dikondisikan untuk tutup mulut terhadap perbuatan 'dosa' Presiden yang menugaskan warga negaranya buat pergi bertarung di medan perang tanpa izin dari DPR mereka itu. Dan, sudah pasti, jika izin dari Kongris (yang sekedar formalitas itu) sudah keluar, maka dana anggaran perang pun otomatis mengalir dari kas negara.
Di sinilah kegilaannya terjadi. Entah bagaimana caranya, pemerintah Omorike berhasil melangkahi semua jalur administrasi hingga tiba-tiba dana perang yang keluar dari kantong Kongris itu, berikut semua aset militer yang digunakan untuk berperang semuanya diasuransikan oleh pemerintah Omorike kepada asosiasi pengusaha asuransi swasta dalam negeri mereka. Terlepas dari masalah legalitas kerjasama Pemerintah dengan ikatan pengusaha asuransi swasta itu, publik terlanjur mendengar berita ini yang ternyata memberikan sambutan positif. Seiring gegap gempita berita tersebut, nilai saham perusahaan asuransi di Omorike naik dengan pesat. Dukungan publik yang seperti berebut untuk mengganti dana bagi setiap butir peluru yang ditembakkan di Timur Pinggir sana membuat sektor asuransi jadi primadona di pasar bursa saham. Menyusul, sektor properti yang kebanjiran rejeki, ketika orang-orang asuransi yang 'kaya mendadak' berbondong-bondong beli apartemen, rumah, tanah, serta aset properti lainnya. Dan selanjutnya sektor lainnya seperti Perbankan, Otomotif, Transportasi, Pariwisata, dan lain-lain tak diragukan lagi ikut terkena banjir Dolliur (mata uang Omorike). Ekonomi Omorike menggelinding kencang, seperti sebuah mobil sport yang baru saja pindah gigi dan masuk jalur cepat.
Karena Perang!
- Semakin kuatnya penggambaran sosok negara Omorike sebagai Polisi Dunia di mata dunia Internasional. Ini sudah jelas.
- Mendirikan Monumen Rasa Takut.
Setelah peristiwa 'mengamuknya' IISWIS, Omorike memiliki alasan kuat untuk menangkapi pemuka-pemuka agama di kawasan Timur Pinggir hanya dengan menggunakan dalih bahwa para tokoh agama itu 'Memiliki Hubungan Dengan Jaringan Teroris IISWIS'. Penangkapan-penangkapan ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut di kalangan pemeluk agama tertentu agar mereka tak mencoba untuk mengutak-atik permainan Omorike di kawasan Timur Pinggir.
- Sebagai jalan untuk memperkuat kestabilan hubungan diplomasi dengan negara lain.Ketika peristiwa pemberontakan IISWIS itu dirasa sudah bisa dikendalikan, Omorike mengundang beberapa negara besar untuk ikut ambil bagian dalam acara 'Panen Poin' di lokasi 'quest' itu. Beberapa negara besar pun dengan senang hati menurunkan semua pasukan mereka yang dirasa masih 'miskin pengalaman', sekaligus sebagai ajang Pamer Kekuatan dari dapur militer mereka masing-masing. Dan memang, beberapa bulan setelah persitiwa pemberontakan itu rampung, hubungan Omorike dengan beberapa pemipin negara blok lainnya terlihat semakin 'akrab' dan tak lagi diwarnai ketegangan seperti di masa lalu.
Udah, gan.
Bosen.
Maaf dongengnya kepanjangan.
Mungkin agan semuanya bisa cekibot dengan perlahan.
Atau cepat.
Spoiler for Krisis Pangkat:
Tahun 2082.
Roger F. Kerdwell, panglima besar-nya angkatan bersenjata negara adidaya Omorike Serikat tampak tengah berkonsentrasi menyimak halaman laporan di layar hologram di hadapannya.
Yang menjadi perhatiannya adalah sinyal peringatan dari seluruh angkatan mengenai kondisi statis prestasi tahunan prajurit tamtama, atau prajurit tingkatan rendah. Semua angka pada laporan tersebut menunjukkan angka 'Indeks Prestasi' dari mayoritas prajurit berpangkat rendah di seluruh jajaran Angkatan Bersenjata negera tersebut yang tak menunjukkan kenaikan signifikan. Puluhan ribu prajurit pangkat rendah mengalami hambatan untuk naik pangkat karena mereka kekurangan Akumulasi Nilai Aktifitas yang menjadi syarat mutlak untuk mengganti tanda pangkat di seragam mereka dengan simbol pangkat yang setingkat lebih tinggi.
Yang menjadi sebabnya adalah karena jumlah personil pada tingkatan tersebut yang sudah sangat berlebihan hingga alokasi waktu kegiatan dinas yang ada sudah tak sanggup lagi memberikan Kredit Nilai bagi setiap kegiatan para prajurit itu untuk memenuhi syarat naik pangkat.
Dengan jumlah yang terlalu banyak, maka masing-masing prajurit harus mengurangi jadwal untuk dinas patroli, dinas piket jaga, sesi latihan fisik, menembak, latihan beladiri, serta kegiatan dinas lain yang bisa memberikan Nilai Aktifitas Dinas karena harus berbagi waktu dan tempat dengan sesama prajurit lainnya. Jumlah mereka sudah benar-benar sangat banyak. Bahkan terlalu banyak.
Hal ini jelas menjadi masalah karena pada waktu itu Angkatan Bersenjata mereka telah membentuk banyak sekali kesatuan pasukan yang baru sebagai hasil dari riset dan pengembangan kendaraan serta alat tempur yang berhasil mereka produksi.
Contohnya seperti Kesatuan Vektor Cuaca, yang baru dibentuk sebagai pengembangan dari Angkatan Darat Omorike Serikat setelah laboratorium serta pabrik peralatan pertahanan (dan serangan) milik dapur internalnya secara resmi berhasil menelurkan seperangkat alat serta kendaraan pengendali cuaca sebagai hasil dari riset mereka sejak tahun 1950-an.
Kesatuan tempur yang menggunakan teknologi canggih ini jelas membutuhkan banyak sekali Perwira Menengah serta Unit Spesialis untuk memimpin semua sub-unit di dalamnya, serta untuk mengoperasikan semua instrumen super-rumit yang mereka miliki.
Belum lagi pengembangan dari kesatuan di angkatan lainnya, seperti Angkatan Udara dan Laut. Departemen Pertahanan USO (United State of Omorickay) benar-benar terdesak kebutuhan untuk menaikkan pangkat dari seluruh prajurit tingkat rendah yang mereka miliki.
Hal ini diperburuk oleh membanjirnya barisan baru prajurit tamtama, yang setiap tahunnya lulus dari semua sekolah militer yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Selain membuat inflasi pada indeks prestasi di kalangan prajurit rendah, jumlah mereka yang terus membengkak setiap tahunnya itu juga merongrong anggaran dana negara guna penyediaan fasilitas yang nominalnya semakin tak realistis untuk mendanai segala macam fasilitas bagi semua 'serdadu kelas coro' itu.
Sekali lagi, kejadian ini terjadi di tahun 2082.
Spoiler for Boneka Haus Darah:
Anak Kucing.
Sudah sejak puluhan tahun sebelumnya, negara Omorike Serikat telah melatih ratusan ribu personil pasukan militan di kawasan Timur Pinggir (bukan Timur Tengah).
Mereka mengalirkan dana serta mempersenjatai para penduduk sipil dari suku-suku di kawasan itu secara besar-besaran kemudian melatih serta mengkoordinasikan mereka dalam proses panjang, sampai akhirnya pasukan militan itu berhasil membentuk sebuah negara boneka yang menamakan dirinya IISWIS, atau It Is a State Whatever It Seems.
'Negara' baru itu dibentuk dengan maksud untuk dijadikan 'Boneka Remote Kontrol' yang menjadi 'tangan' dari intelijen Omorike dalam menciptakan serta mempertahankan kondisi status quodi kawasan itu. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa menguasai lautan minyak bawah tanah yang ada di sana tanpa harus turun tangan langsung. Tepat sekali jika digunakan peribahasa 'Lempar Batu Sembunyi Tangan'.
Sesuai tujuannya, yaitu untuk membuat kekacauan, maka karakter dasar dari semua personil pejuang militan yang juga menjadi 'warga negara' dari Negara Boneka itu dibentuk selama ribuan jam melalui skema Latihan serta 'Pendidikan' (baca : Cuci Otak) yang dirancang sedemikian rupa supaya mereka menjadi individu-individu yang agresif.
Spoiler for Boneka Makan Tuan:
Kucing Jadi Harimau.
Menteri Pertahanan negara Omorike Serikat, Frank Daniel Burdt, tengah makan siang ketika denting notifikasi level 2 berbunyi, menandakan ada 'telepon' yang masuk dari jalur intelijen militer.
Kening Burdt mengernyit. Ini pasti berita sangat penting. Jalur komunikasi Level 2 ini adalah jalur khusus yang dirahasiakan. Mr. Presiden sendiri yang menginstruksikan dibentuknya saluran ini. Selain Presiden, hanya ada 8 orang pejabat Intelijen dan Militer yang bisa menggunakan jalur komunikasi ini, dan tentunya Burdt adalah salah satu dari mereka. Ada apakah gerangan?
"Falconex, terima." Burdt memberi perintah kepada komputer internalnya.
Microchip pesawat komputer yang terinstal di pergelangan lengan Burdt langsung mengenali pola frekuensi suaranya, kemudian menerima panggilan telepon masuk itu.
"Eagle Rose 1, ini Nest Beta. Ditunggu oleh Nest Alpha. Fifteen Hundred." Hanya itu yang terdengar oleh Burdt melalui speaker internal yang terinstal di tulang pipinya. Suara itu adalah suara sekretaris Presiden. Secara sederhana, berita barusan berarti bahwa Presiden menunggu kedatangannya di istana kenegaraan jam 3 sore.
Maka, dua jam kemudian Burdt dan beberapa pejabat militer bawahannya, serta satu tim dari intelijen negara itu sudah berada di Pink House, atau Gedung Merah Muda, yaitu istana kepresidenan negara Omorike Serikat untuk menghadiri rapat darurat langsung dengan Presiden.
Mereka mendapat laporan dari kawasan Timur Pinggir bahwa Pasukan Militan yang mereka bentuk, yaitu IISWIS, tengah melakukan pemberontakan dan berusaha untuk lepas dari koordinasi pimpinan Omorike. Orang-orang kampung suku bangsa kawasan Timur Pinggir yang sekarang sudah menjadi monster buas bersenjata itu telah bertindak cukup jauh, mereka telah membunuhi seluruh personil perwakilan otoritas Omorike yang berada di 'negara' itu. Para monster itu menuntut kondisi merdeka dan membentuk sebuah Negara sungguhan.
Puluhan orang pelatih tempur lapangan, seluruh anggota tim koordinasi logistik dan amunisi, para anggota tim pelatihan anjing perang, dan banyak lagi personil dari orang-orang intelijen serta militer Omorike yang ditugaskan di wilayah itu telah dibunuh. Tak satu orang pun yang disandera. Semuanya perwakilan Omorike di sana langsung dieksekusi tanpa ampun. Bahkan pihak militan rupanya diam-diam telah berhasil mengidentifikasi agen rahasia intelijen militer Omorike yang bertugas di wilayah itu. Gerakan pemberontak IISWIS berhasil membantai sekitar 179 dari sekitar 300 orang agen rahasia yang berada di sana. Dari sekian banyak agen yang lolos dari pemberontakan, beberapa berhasil kabur, dan melaporkan kejadian tersebut ke stasiun intelijen di negara tetangga terdekat, yakni Serioh, Terkoy, dan Iruq. Laporan dari mereka itu lah yang kemudian diteruskan langsung ke Wishengtin, ibukota Omorike.
Spoiler for Solusi Datang Sendiri:
Nyaman Sekali.
Kantor Panglima Angkatan Bersenjata Omorike, di gedung Pontagen.
Tepat dua hari setelah Wishengtin mendapat laporan mengenai pemberontakan di wilayah Timur Pinggir.
Siang itu, setelah mengakhiri pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Frank Burdt melalui jalur telekomunikasi hologram 3D, Panglima Besar Angkatan Bersenjata Omorike, yaitu Roger Kerdwell tampak tersenyum senang.
Di saat dirinya tengah pusing memikirkan berbagai alternatif untuk menciptakan 'lapangan dinas' buat tentaranya agar bisa cepat mendapatkan poin untuk naik pangkat, tiba-tiba dia mendapat perintah untuk mengerahkan 47% dari seluruh kekuatan militer pimpinannya untuk berperang meredam pemberontakan di kawasan Timur Pinggir. Pucuk dicinta, ulam tiba, pikirnya.
"My boys're gonna get promoted, alright!" Gumam Kerdwell sambil menghubungi sekretarisnya untuk memanggil seluruh pimpinan angkatan untuk berkumpul di ruangan rapat
Spoiler for Rombongan Prioritas:
Jalur Bebas Hambatan.
Seluruh proses adminstrasi dokumen untuk memberangkatkan ratusan ribu orang ke luar negeri belum pernah semudah ini.
Tetapi, rombongan bala tentara yang berjumlah total 800 ribu orang itu mendapat prioritas dalam kepengurusan segala macam dokumen yang diperlukan sebelum pergi bertugas. Begitu juga dengan izin lalu lintas udara yang akan mereka lalui untuk berangkat ke medan perang. Bahkan bandar udara sipil pun sampai dipenuhi rombongan tentara dan pesawat angkut milik militer yang hilir mudik memberangkatkan para serdadu Omorike karena semua lapangan udara militer sudah tak bisa lagi menampung jadwal keberangkatan yang sangat ketat.
Warga negara sipil justru sama sekali tak berkeberatan walaupun tak terhitung jumlahnya jadwal penerbangan komersil yang harus ditunda karena pemberian prioritas terhadap penerbangan militer ini. Bahkan para warga yang berada di bandara justru mendukung para tentara di bandara di seluruh kota di Omorike dengan mempersiapkan tangkai-tangkai bunga yang akan mereka lemparkan setiap kali ada barisan pasukan tentara yang memasuki gerbang pintu masuk bandara untuk menuju ke pesawat mereka. Para warga sipil itu menyanyikan lagu kebangsaan sambil melempari tentara dengan bunga, serta mengibarkan bendera. Selama beberapa hari, pemandangan tentara dan rakyat sipil yang sama-sama menangis di bawah hujan warna-warni kelopak bunga menjadi rutinitas yang mengharukan di bandara-bandara kota besar di Omorike.
Dalam waktu kurang dari 9 hari, seluruh personil dari ratusan ribu anggota pasukan serta jutaan ton barang berupa kendaraan, senjata, logistik, serta berbagai perlengkapan medan perang lainnya yang tercantum di daftar keberangkatan telah berhasil diterbangkan meninggalkan Omorike.
Nantinya, setelah mendarat di Iruq, mereka akan langsung bergerak ke posisi masing-masing yang telah ditentukan sesuai instruksi pusat komando strategi.
Spoiler for Makan Daging Kucing Peliharaan:
Sekali dayung, 7 pulau terlampaui.
Pemerintah Omorike mendapatkan beberapa keuntungan dari peristiwa pemberontakan IISWIS pada saat itu. Antara lain:
- Jalan keluar bagi krisis prestasi di kalangan prajurit tingkat dasar.
Militer Omorike sengaja tidak mematikan gerakan pemberontakan IISWIS dengan segera, tetapi justru memanfaatkan kekacauan itu sebagai tambang untuk memanen Nilai Prestasi bagi para prajurit tamtama mereka dengan membentuk beratus-ratus misi pertempuran, serta ribuan misi kecil lainnya seperti Patroli, Dinas Piket Jaga, Pengawalan Logistik dan Amunisi, dan berbagai misi lainnya. Tak terhitung berapa ribu prajurit yang berhasil meraup poin hingga bisa membawa mereka naik pangkat hingga Sersan, bahkan Letnan selama menjalani proyek besar ini.
- 'Membersihkan Sampah'.
Gerakan pemberontakan IISWIS saat itu secara tak langsung memberi alasan bagi intelijen Omorike untuk mengeksekusi para pucuk pimpinan IISWIS yang diduga bisa membahayakan kendali Omorike atas gerakan militan itu, kemudian mengganti mereka dengan orang-orang pilihan yang lebih bisa dipercaya. Kebanyakan para pengganti mereka adalah agen-agen Intelijen Militer keturunan Endio, Ofriko Selatan dan Erun yang telah lama bertugas di kawasan itu. Tetapi karena alasan tertentu, media Omorike lebih suka memberitakan mereka sebagai 'Warga Pekistun' dan 'Ofghinosten'.
- Perluasan wilayah yang dikuasai 'negara' IISWIS.
Setelah intelijen dan Militer Omorike sebenarnya sudah berhasil meredam pemberontakan secara internal, mereka justru memberitakan bahwa kekacauan masih berlanjut. Di bawah pimpinan IISWIS yang baru, mereka dengan leluasa memperluas zona krisis dengan menyerang dan menguasai kota-kota penduduk sipil yang sebelumnya tak dikuasai oleh IISWIS. Lebih tepatnya, kota-kota itu memang sengaja dilindungi karena Omorike membutuhkan posisi kota-kota tersebut sebgai pos koordinasi di lapangan semasa pembentukan IISWIS. Tetapi setelah tidak dibutuhkan lagi, maka kota-kota itu diserahkan kepada IISWIS untuk beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah, untuk menunjukkan kepada dunia kebrutalan yang dilakukan passukan IISWIS ketika mereka bergerak menguasai kota-kota tersebut. Yang menjadi kambing hitam, tentu saja para mantan pimpinan IISWIS, yang pada saat itu sebenarnya usdah mendekam di tahanan Omorike. Entah mereka dibawa ke mana, tiba-tiba mereka muncul di media masa sudah memiliki status tahanan. Mereka kemudian dieksekusi melalui vonis dari 'Pengadilan' milik Omorike sendiri. Pelaksanaan eksekusi para mantan pimpinan IISWIS diliput oleh jaringan media Barat, kemudian disiarkan pada skala global dengan judul 'Militer Omorike Berhasil Menangkap dan Mengeksekusi Para Pimpinan IISWIS'.
- Lonjakan Ekonomi.
Ketika Presiden Omorike menandatangani izin pengiriman pasukan perang ke luar negeri, yang kemudian dokumennya digunakan sebagai dasar perintah oleh Menteri Pertahanan untuk menggunakan kewenangan memberi instruksi kepada Panglima-nya untuk memberangkatkan para tentara mereka ke wilayah Timur Pinggir dengan status ''Tugas Perang', sebenarnya proposal untuk mendapatkan 'restu' dari Kongris (DPR-nya negara itu) masih dalam masa sidang dan belum ada keputusannya. Tetapi Ketua Panitia Sidang yang dibentuk untuk merespon proposal Presiden itu adalah teman seangkatan Presiden semasa sekolah akting dulu. Dan mereka berdua memang terkenal sangat akrab semasa karir mereka di dunia perfilman. Tentunya Kengrus dengan mudah dikondisikan untuk tutup mulut terhadap perbuatan 'dosa' Presiden yang menugaskan warga negaranya buat pergi bertarung di medan perang tanpa izin dari DPR mereka itu. Dan, sudah pasti, jika izin dari Kongris (yang sekedar formalitas itu) sudah keluar, maka dana anggaran perang pun otomatis mengalir dari kas negara.
Di sinilah kegilaannya terjadi. Entah bagaimana caranya, pemerintah Omorike berhasil melangkahi semua jalur administrasi hingga tiba-tiba dana perang yang keluar dari kantong Kongris itu, berikut semua aset militer yang digunakan untuk berperang semuanya diasuransikan oleh pemerintah Omorike kepada asosiasi pengusaha asuransi swasta dalam negeri mereka. Terlepas dari masalah legalitas kerjasama Pemerintah dengan ikatan pengusaha asuransi swasta itu, publik terlanjur mendengar berita ini yang ternyata memberikan sambutan positif. Seiring gegap gempita berita tersebut, nilai saham perusahaan asuransi di Omorike naik dengan pesat. Dukungan publik yang seperti berebut untuk mengganti dana bagi setiap butir peluru yang ditembakkan di Timur Pinggir sana membuat sektor asuransi jadi primadona di pasar bursa saham. Menyusul, sektor properti yang kebanjiran rejeki, ketika orang-orang asuransi yang 'kaya mendadak' berbondong-bondong beli apartemen, rumah, tanah, serta aset properti lainnya. Dan selanjutnya sektor lainnya seperti Perbankan, Otomotif, Transportasi, Pariwisata, dan lain-lain tak diragukan lagi ikut terkena banjir Dolliur (mata uang Omorike). Ekonomi Omorike menggelinding kencang, seperti sebuah mobil sport yang baru saja pindah gigi dan masuk jalur cepat.
Karena Perang!
- Semakin kuatnya penggambaran sosok negara Omorike sebagai Polisi Dunia di mata dunia Internasional. Ini sudah jelas.
- Mendirikan Monumen Rasa Takut.
Setelah peristiwa 'mengamuknya' IISWIS, Omorike memiliki alasan kuat untuk menangkapi pemuka-pemuka agama di kawasan Timur Pinggir hanya dengan menggunakan dalih bahwa para tokoh agama itu 'Memiliki Hubungan Dengan Jaringan Teroris IISWIS'. Penangkapan-penangkapan ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut di kalangan pemeluk agama tertentu agar mereka tak mencoba untuk mengutak-atik permainan Omorike di kawasan Timur Pinggir.
- Sebagai jalan untuk memperkuat kestabilan hubungan diplomasi dengan negara lain.Ketika peristiwa pemberontakan IISWIS itu dirasa sudah bisa dikendalikan, Omorike mengundang beberapa negara besar untuk ikut ambil bagian dalam acara 'Panen Poin' di lokasi 'quest' itu. Beberapa negara besar pun dengan senang hati menurunkan semua pasukan mereka yang dirasa masih 'miskin pengalaman', sekaligus sebagai ajang Pamer Kekuatan dari dapur militer mereka masing-masing. Dan memang, beberapa bulan setelah persitiwa pemberontakan itu rampung, hubungan Omorike dengan beberapa pemipin negara blok lainnya terlihat semakin 'akrab' dan tak lagi diwarnai ketegangan seperti di masa lalu.
Udah, gan.
Bosen.
Maaf dongengnya kepanjangan.
Diubah oleh cekibot0101 11-12-2019 17:01




sebelahblog dan anasabila memberi reputasi
2
222
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan