Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sintamustikaAvatar border
TS
sintamustika
Cerita Mereka, Menjadi Sopir Tidak Semudah Yang Dilihat Banyak Orang


Pict by google


Lumajang, Seorang suami sedang bimbang dan gelisah karena kebutuhan yang semakin hari semakin menggunung. Bagaimana tidak istrinya sedang hamil 7 bulan, tapi perkerjaan yang digelutinya saat ini sedang sepi sepinya. Sebulan saja bisa dihitung berapa kali berangkat keluar kota. Padahal awal menikah hampir setiap hari berangkat ke luar kota untuk sekedar kirim cabe rawit atau jeruk menggunakan pick up. Lama lama stok jeruk menurun karena harga yang tidak masuk akal, hanya 3000/kg. Begitu juga dengan cabe rawit yang harganya naik turun. Padahal pesangon seorang sopir tidak seberapa, tapi selalu diperhitungkan matang matang agar laba si pemilik agen tidak merosot.

Ini keluh kesah salah satu sopir yang kebetulan memang dekat dengan saya. Dia kadang bingung, ingin mencari pekerjaan yang layak tapi susah mencari. Bukan karena tidak mau berusaha, tapi dia tidak tega meninggalkan istrinya yang sedang hamil besar. Curhatannya kadang membuat banyak orang iba. Tapi dia tetap gigih, mencari nafkah yang lain seperti ikut bapaknya ke sawah karena kebetulan orang tuanya adalah petani. Tapi itu tidak cukup, karena kata bapaknya juga penghasilan sawah sekarang sudah tidak seperti dahulu. Tapi setidaknya dia masih mau bekerja dan tidak menganggur hanya duduk dan minum kopi.

Selain orang yang saya temui ini, kebetulan 2 om saya juga seorang sopir. Tapi bukan sopir serabutan, mereka sopir truk tronton. Terikat kontrak dengan perusahaan. Gaji yang didapat dengan kerja yang harus benar benar waspada sebetulnya masih belum sebanding. Tapi semua dilakoni dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Demi keluarga kecil mereka, mereka rela siang malam begadang dijalan. Tidur hanya beberapa jam dan melanjutkan perjalanan kembali. Apalagi om saya sopir truk perjalanan jauh. Dulu hanya dari Malang-Jakarta, tapi lama lama sepi. Akhirnya om saya memutuskan pindah, mengikat kontrak dengan salah satu perusahaan lain perjalanan Banyuwangi-Jakarta atau Banyuwangi-Bali.

Sedangkan, satu om saya harus merantau jauh demi memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Ke Kalimantan Timur, begitu jauh dari keluarga. Akhirnya sampai hampir 7 tahun belum bisa bertemu dengan om dan ponakan ponakan saya. Karena semua diboyong ke Kalimantan Timur dan bersekolah disana. Gajinya memang lebih banyak, tapi resikonya juga lebih besar. Apalagi jalan disana masih berupa hutan, beda dengan dijawa. Curhatannya begitu menyayat hati, belum lagi kalau sakitnya kambuh dan belum bisa berangkat untuk kerja. Akhirnya utangnya menumpuk, tapi demi anak dan istrinya semua rela dilakoni. Doa tidak peduli utangnya banyak. Yang pentinga masih bisa mengangsur dan cukup untuk makan dan biaya sekolah anaknya. Karena yang terpenting adalah keluarganya.

Begitu berat pekerjaan mereka, tapi jarang saya melihat orang orang seperti mereka mengeluh dengan pekerjaannya karena mereka tabah menjalaninya. Sekian cerita dari saya. Semoga menginspirasi atau mengambil sedikit hikmah. Bahwa tuhan tidak akan menutup rejeki selagi kita mau berusaha.

Penulis : Sinta Mustika
Diubah oleh sintamustika 11-12-2019 04:53
0
187
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan