Malaysia Timur yang terdiri dari dua negeri yaitu Sabah dan Serawak selalu menjadi daya tarik masyarakat Indonesia di Kalimantan yang biasanya iri dengan pembangunan dan kemakmuran yang ada di kawasan tersebut. Mungkin kalau melihat berita-berita lama, banyak berita orang Kalimantan perbatasan sering ke Malaysia untuk bekerja dan membeli barang. Bahkan tak jarang sering terjadi masyarakat perbatasan menjadi warga negara Malaysia dan mengancam desa-desa perbatasan masuk ke wilayah Malaysia.

Mungkin sering kita dengar dan melihat betapa mirisnya pos perbatasan Indonesia-Malaysia seperti pos kamling sebelum akhirnya banyak diperbaiki oleh pemerintah beberapa tahun belakangan. Demikian juga usaha untuk membangun banyak infrastruktur di Kalimantan untuk bisa bersaing dengan Sabah dan Serawak.
Kalimantan Indonesia terbagi atas 5 provinsi:Kalimantan Timur, Selatan, Utara, Tengah, dan Barat yang memiliki banyak kota penting. Sebagian kota penting ada di Kalimantan Timur seperti Samarinda, Bontang, dan Balikpapan sedangkan di Kalimantan Utara cenderung belum banyak berkembang  sehingga dilakukan pemekaran di akhir masa jabatan presiden SBY.

Sedangkan di Sabah, ada kota-kota penting seperti Tawau, Kota Kinabalu, Sandakan, dan Semporna sedangkan di Serawak ada Kuching dan beberapa kota lainnya. Infrastruktur jalan lebih baik daripada Indonesia dengan jalan mulus menghubungkan kota-kota penting di Malaysia Timur dan juga bandara-bandara baik kecil maupun skala besar bahkan internasional. 

     Secara ekonomi, pariwisata berkembang pesat di Malaysia Timur sehingga menjadi sektor yang menjanjikan dengan pesona alam yang indah seperti di pulau Sipadan, Ligatan, Semporna, dan Sandakan. Tak jarang TKI banyak yang bekerja di wilayah ini untuk mengurusi sektor pariwisata bahkan sudah beranak-pinak di sana.

Tapi dibalik kemakmuran tersebut, wilayah Malaysia Timur merasa dianaktirikan oleh Malaysia seperti halnya masyarakat luar Jawa dengan masyarakat di Jawa. Masyarakat Sabah dan Serawak sebagian merasa kekayaan mereka mengalir ke Kuala Lumpur walaupun sudah alokasi ke daerah cukup besar seperti masalah Papua. Demikian juga masalah etnis(mayoritas Dayak, Tausug, dan Bajau), agama yang di mana Serawak mayoritas bukan muslim, infrastruktur masih kalah dari semenanjung Malaya(bahkan dibukanya tol Samarinda ke Balikpapan membuat Sabah dan Serawak kalah karena daerah tersebut tak punya tol kayak di semenanjung Malaya), dan imigrasi. Imigrasi di Sabah dan Serawak cukup unik karena masyarakat Malaysia Barat pun harus dicek ID Card dan bagi warganegara asing, akan dicap lagi paspornya dengan tulisan [Entered Sabah in....]. Begitu juga masalah masyarakat Bajau yang sering dideportasi padahal asli Malaysia karena masalah ID Card. 

Berita mengenai Indonesia akan memindahkan ibu kota ke Kutai Kartanegara-Penjaman Pasir Utara di Kalimantan Timur cukup membuat heboh wilayah Malaysia Timur karena jaraknya tak jauh dari wilayah mereka . Sontak politisi-politisi Malaysia Timur mulai mempertanyakan apa yang akan dilakukan kerajaan Malaysia menghadapi kebijakan ibu kota baru Indonesia. Bahkan ada juga yang menyarankan Malaysia membangun juga ibu kota ke-2 di Malaysia Timur.

Dampak besar akan terjadi tak hanya di Kalimantan tapi juga Sabah. Menurut orang-orang Malaysia, akan banyak orang datang ke ibu kota baru dan berdampak ke wilayah mereka. Bahkan infrastruktur di Kalimantan Indonesia akan melebihi wilayah Malaysia Timur. 
Saat ini beberapa mulai terlewati seperti tol dan bandara internasional. Masyarakat Sabah dan Serawak memanfaatkan hal ini agar Malaysia lebih memperhatikan kawasan mereka karena ada proyek-proyek jalan yang tertunda karena masalah korupsi Najib Razak dan meninggalkan alat-alat berat di jalan dekat jalan raya antar kota.