Merdeka. Kemeedekaan. Sebuah cita-cita penuh makna. Semua ingin merengkuhnya. Menjadi merdeka akan membawa pada pembaruan, perubahan. Lepas dari jerat kungkungan faktor lain yang membuat tidak berkembang.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendilbud) Nadiem Makarim menyadari pentingnya merdeka itu. Menteri Nadiem ingin sektor pendidikan juga merdeka. Membebaskan. Bebas dari jerat yang menghambat aktualisasi.

Sebagai sosok anak muda yang kreatif dan inovatif, Menteri Nadiem ingin jenjang pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi 'merdeka' dalam memanfaatkan kemajuan zaman. Tidak kaku. Jadi bisa luwes pergerakannya.

Nah, yang penting itu adalah 'memerdekakan' unit kerja sebagai fondasi semua jenjang pendidikan. Perlu terwujud unit kerja berbasis sosial, budaya, politik, hukum dan sektor-sektor lainnya yang sesuai dengan kebutuhan zamamn, namun tetap selaras dengan misi pembangunan karakter.

Menteri Nadiem adalah figur kreatif, inovatif dan visioner. Karakternya 'merdeka'. Makanya pikirannya bisa bebas berakselarasi menghasilkan karya bangsa yang inovatif. Pola pikirannya yang 'merdeka' sehingga jadi kreatif tanpa terkekang amat tepat jika diterapkan ke wajah pendidikan Indonesia.

Makanya amat benar sikap Menteri Nadiem bila ingin 'memerdekakan' unit kerja pendidikan yang tetap harus sesuai dengan masanya modernisasi. Tidak bingung dengan era teknologi 4.0.

Sama halnya figur Menteri Nadiem yang 'merdeka' berpikir sehingga menjadi kreatif dan visioner, untuk mewujudkan SDM yang berkualitas tentu tidak boleh terkekang sistemnya. Unit-unit kerjanya di setiap lini pendidikan harus dinamis, tak monoton.

Pendidikan merupakan bagian penting dalam hidup manusia. Proses aktualisasi diri dan pembangunan karakter seseorang juga harus didukung oleh lingkungan pendidikan yang adaptif, bermutu, inovatif. Termasuk 'kemerdekaan' unit kerja yang jadi fondasinya. Tidak lagi 'terjajah' dengan cara lama.*