

TS
adininggarVir
UN DAN PENDIDIKAN YANG TIDAK MEMBEBASKAN
Ujian Nasional (UN). Meminjam istilah seorang almarhum politisi dulu; ngeri-ngeri sedap. UN terus jadi polemik. Penting atau tidaknya. Dan UN: perlu sikap agar tidak terus jadi kontoversi.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim punya PR soal UN. Lazimnya Menteri-menteri terdahulu yang terus dipusingkan dengan UN. Namun yakinlah Menteri Nadim bakal menjadikan polemik UN dalam fokus kerjanya.
Namun di balik itu; di luar pembahasan bagaimana sikap Menteri Nadiem terhadap UN, patut diperhatikan adalah aspek lain dari UN. Fakta-fakta yang muncul dari UN. Semoga jadi perhatian.
Nyatanya; UN lebih banyak menimbulkan tangisan ketimbang rasa senang di para murid dan orang tuanya. Padahal akhir dari pendidikan tidak boleh memberikan kesedihan. Sebab jadi bekal masa depan murid melangkah ke jenjang selanjutnya.
Hasil sekolah selama tiga atau enam tahun hanya ditentukan dalam hitungan hari. Kualitas kecerdasan dan bakat murid hanya diukur dari hitungan hari. Tak peduli jika ada murid yang amat cerdas, selalu juara kelas, punya bakat menonjol, namun ketika nilai UN yang hanya hitungan hari jeblok: dia tidak lulus.
Lalu apa artinya sang murid belajar tiga atau enam tahun? Jika pengetahuan yang diserapnya harus kandas dalam hitungan hari. Tanpa pertimbangan, kejam, ketika kualitas murid bertahun-tahun tidak dijadikan tolak ukur apa hasilnya dia sekolah.
Murid tertekan. Mereka dituntut mengejar batas nilai kelulusan UN. Padahal menempuh pendidikan itu harus menyenangkan. Tidak boleh tertekan. Murid di bawah ambang kesadarannya sebab dituntut nilai-nilai yang hanya berlangsung hitungan hari supaya dapat lanjut ke tahap sekolah selanjutnya.
Kecerdasan pengetahuannya bertahun-tahun buyar. Bakat mereka mengendap. Murid kehilangan konsentrasi cara belajar yang baik. Sebab terfokus pada syarat nilai lulus UN. Tidak peduli lagi kualitas yang dimilikinya. Yang penting lulus.
Akhirnya: UN tidak lebih menghilangkan sisi humanisme. Murid bagaikan robot. Pendidikan mereka tempuh bertahun-tahun tak berlaku lagi oleh UN. Pendidikan bertahun-tahun kalah oleh hitungan hari. UN lalu hanya melahirkan penindasan kualitas murid.*
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim punya PR soal UN. Lazimnya Menteri-menteri terdahulu yang terus dipusingkan dengan UN. Namun yakinlah Menteri Nadim bakal menjadikan polemik UN dalam fokus kerjanya.
Namun di balik itu; di luar pembahasan bagaimana sikap Menteri Nadiem terhadap UN, patut diperhatikan adalah aspek lain dari UN. Fakta-fakta yang muncul dari UN. Semoga jadi perhatian.
Nyatanya; UN lebih banyak menimbulkan tangisan ketimbang rasa senang di para murid dan orang tuanya. Padahal akhir dari pendidikan tidak boleh memberikan kesedihan. Sebab jadi bekal masa depan murid melangkah ke jenjang selanjutnya.
Hasil sekolah selama tiga atau enam tahun hanya ditentukan dalam hitungan hari. Kualitas kecerdasan dan bakat murid hanya diukur dari hitungan hari. Tak peduli jika ada murid yang amat cerdas, selalu juara kelas, punya bakat menonjol, namun ketika nilai UN yang hanya hitungan hari jeblok: dia tidak lulus.
Lalu apa artinya sang murid belajar tiga atau enam tahun? Jika pengetahuan yang diserapnya harus kandas dalam hitungan hari. Tanpa pertimbangan, kejam, ketika kualitas murid bertahun-tahun tidak dijadikan tolak ukur apa hasilnya dia sekolah.
Murid tertekan. Mereka dituntut mengejar batas nilai kelulusan UN. Padahal menempuh pendidikan itu harus menyenangkan. Tidak boleh tertekan. Murid di bawah ambang kesadarannya sebab dituntut nilai-nilai yang hanya berlangsung hitungan hari supaya dapat lanjut ke tahap sekolah selanjutnya.
Kecerdasan pengetahuannya bertahun-tahun buyar. Bakat mereka mengendap. Murid kehilangan konsentrasi cara belajar yang baik. Sebab terfokus pada syarat nilai lulus UN. Tidak peduli lagi kualitas yang dimilikinya. Yang penting lulus.
Akhirnya: UN tidak lebih menghilangkan sisi humanisme. Murid bagaikan robot. Pendidikan mereka tempuh bertahun-tahun tak berlaku lagi oleh UN. Pendidikan bertahun-tahun kalah oleh hitungan hari. UN lalu hanya melahirkan penindasan kualitas murid.*
0
436
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan