Kaskus

Story

delia.adelAvatar border
TS
delia.adel
Cerbung : Aku Membenci Guruku
Spoiler for dokpri:


Quote:








Pagi ini hujan datang seolah-olah mengamuk kepada wajah bumi, yang sudah kering kerontang. Aroma patrichor membuat aku teringat wajah guru, yang sudah pasti akan membawa banyak masalah ke dalam semua hari-hariku, apalagi saat menemukan kenyataan bahwa guru itu membenci otak bodoh ini, bayangkan saja, dia memberikan begitu banyak soal-soal kepadaku setiap aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sehingga semakin hari tugas sekolah semakin banyak dan membuat napas mengecil untuk mencari kesenangan dunia.

Hari ini rupanya belum jua membaik, begitu banyak chatan di ponsel dan berasal dari satu nama yang paling tidak kuinginkan, Miss Amirah. Guru fisika sekaligus guru wali kelas.


Tas ransel yang berisikan banyak sekali pesanan guru, akan segala tugas-tugas sekolah, sudah mulai membebani bahuku. Sedangkan hujan masih saja gemar bermain-main bersama petir. Hal ini membuat aku sedikit merisaukan curahnya, yang sudah kuduga nantinya akan mempersulit langkah ini.

Dan akhirnya terjadi. Banjir datang tanpa memberi tahukan kapan akan terjadi. Padahal tinggal sepuluh langkah menuju sekolahan. Sepatuku basah karena malas untuk membuka ataupun menjinjingnya sampai gerbang sekolah, seragam yang kupakai mulai sedikit kotor akibat percikan air yang tidak punya mata. Bahkan wajah ini kemungkinan besar sudah kusut, sekusut-kusutnya.

Sedangkan dari pintu gerbang sekolah, guru memperhatikan semua aktivitasku, sambil sesekali mengancam dengan kepalan tangannya. Seolah-olah dia tau keinginan untuk membebaskan diri dari hari buruk di sekolah, sudah mulai memenuhi kepala ini.





"Pagi, Bu!" Sapaku sambil memasang wajah kesal level lima belas ketika sampai pintu gerbang sekolah.

"Pagi, Aljaro. Apakah kau melupakan sepatu butut itu juga memerlukan perhatian?" Sambil menunjuk ke arah sepatuku.

"Biarkan saja, Bu! Aku sudah bosan, modelnya sudah tidak lagi ngetrend." Berlalu tanpa melihat mimik wajahnya, yang pasti tidak akan membuat hari burukku pergi selekas mungkin.




Sampai di depan kelas sudah banyak sekali sepatu-sepatu yang basah dan sedang dijemur di sudut tembok. Aku tersenyum melihat kebodohan kawan-kawan ketika mereka bertelanjang kaki, sambil mempraktekkan adab orang-orang pinggiran saat banjir melanda perkampungannya. Namun ketika melihat Borjois, seorang gadis berwajah cantik, yang terkenal dengan kemiskinannya itu, hatiku menjadi manusia paling jahat sedunia. Bayangkan saja, satu kelas telah menggoda, menghina bahkan melecehkan tentang perkampungan kumuh dekat tempat tinggalnya.



"Aljaro, kau tau tidak bahwa orang miskin itu sedang menantikan kotak makanmu." Kata Muti sambil menunjuk kepada wajah cantik Borjois.

"MUTI! Sudahlah, jangan menggodanya. Dia tidak pernah berbuat jahat, bukan?"

"Tapi ini seru, Aljaro!" Mizwar menepuk pundakku sambil memberi isyarat untuk ikut menggoda atau bahkan melecehkannya namun kuacuhkan begitu saja.



Aku hanya menatap wajahnya sekilas. Betapa dia tidak terpengaruh dengan lingkungan disekeliling, yang sedang menghina dan merendahkan dirinya. Dia hanya asik dengan buku-buku pelajaran di atas meja tanpa terganggu sedikitpun. Dan karena inilah aku begitu mengaguminya dan bahkan tidak pernah ingin mengganggu aktivitas yang dilakukan.



Guru datang dan membawakan setumpuk pekerjaan sekolah, setelah semua tugas kemarin yang telah menguras waktuku dan baru selesai tengah malam dikumpulkan di mejanya. Aku membenci wajah manis guruku, yang membuat kesenanganku selama hampir tiga bulan, sudah tidak lagi kulakukan.



"Aljaro, maju ke depan dan jawab pertanyaan halaman nomer dua belas."



Aku membenci guruku yang semena-mena memberikan tugas begitu banyak, sehingga hari-hariku hanya untuk mencari pemecahan dari semua tugas-tugas sekolahan, namun demi sebuah nilai, pada akhirnya aku dikalahkannya. Bahkan kini sudah tidak ada waktu lagi untuk bermain, apalagi menikmati indahnya pemandangan di luar kota.


'Hai GURU! Aku juga manusia.' Hatiku mulai melakukan pemberontakan, namun hanya sebatas bisikan dalam rongga-rongga kejenuhan.


Sejak ada guru baru inilah, hidupku mulai bagaikan dipenjara. Hanya ada tugas, tugas dan tugas. Selebihnya belajar, belajar dan belajar. Kepalaku rasanya mau pecah sekarang, apalagi soal fisika ini tidak pernah bisa kukerjakan dengan baik. Selalu salah dan dihukum didepan kelas.

Kukerjakan soal sebisanya sambil menyerahkan rasa malu nantinya saat guru itu berkata, "salah, Aljaro."

Namun setelah selesai dikerjakan, guru tidak menghukum, ini luar biasa! Bahkan dia memberikan hadiah berupa roti sandwich kesukaanku. Bagaimana bisa dia mengetahui bahwa perut ini sedang kelaparan. Entahlah! Yang terpenting guru telah mengizinkan aku untuk melahapnya. Sekilas melihat wajah cantik Borjois, lalu mengatur napas yang mulai berdetak tidak wajar.


"Sial! Rupanya aku jatuh cinta."


Saat sedang asyik-asyiknya melamun, guru membuyarkan lamunan dan memanggil kembali ke depan kelas.



"Aljaro! Soal nomer dua puluh satu, kerjakan, sekarang."



Aneh, guru ini selalu menyuruhku. Padahal baru saja segala pujian melayang, atas roti sandwich yang baru saja habis. Maju kembali dan berharap kali ini semujur soal tadi.

Dan benar saja, aku berhasil menjawab dengan baik. Bahkan seolah-olah memahami sekali rumus-rumus dalam kepala. Entahlah, sejak menemukan secarik kertas di bawah meja tempo hari, aku semakin mudah mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tapi milik siapakah kertas yang kini terpampang di dinding kamarku. Entahlah!



"Aljaro! Itulah guna tugas-tugas yang kuberikan selama ini. Ketika otak kita terasah dengan latihan-latihan soal, maka secara langsung, ataupun tidak langsung, otak akan mengingat cara-cara untuk mengerjakan tugas, agar pada keesokan harinya, semua tugas serasa begitu mudah untuk dikerjakan dengan baik."



Kini aku paham guru bawel yang begitu gemar menghukum itu ternyata mempunyai niat yang baik untuk mengajarkan cara-cara untuk membuat otak selalu terasah dengan baik. Bukan hanya aku, namun semua murid yang tidak pernah bisa mengerjakan tugas dengan baik selalu mendapatkan perlakuan yang sama.

Dear guruku, terimakasih! Aku kini mengerti artinya sebuah usaha dan perjuangan. Pada hari ini izinkan aku untuk menjadi muridmu yang paling nakal, sesaat saja.



Jakarta, 27 November 2019.
Diubah oleh delia.adel 13-02-2022 11:20
joeycapeAvatar border
indrag057Avatar border
YoayoayoAvatar border
Yoayoayo dan 19 lainnya memberi reputasi
20
3.7K
76
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan