

TS
adininggarVir
MENTERI NADIEM BERGERAK KREATIF, TAK HARUS MELULU KATA
Sejak awal diangkat Presiden Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menjadi seorang bagia penyelenggara pemerintahan paling irit mengeluarkan "statement".
Jikapun ada 3-4 pernyataannya ke luar untuk media atau publik, terkesan yang umum saja. Tidak membentuk sebuah kesimpulan khusus yang bisa ditafisrkan beragam.
Sikap "hemat kalimat pernyataan" Menteri Nadiem ini dapat ditelaah sebagai pengejewantahan trend pejabat publik/negara era Revolusi Industri 4.0. Menghapus masanya asal "nyerocos" padahal bisa menuai polemik.
Mendengarkan solusi ahlinya, merangkum, menyimpulkan, membentuk gagasan, mempraktikkan, menguji lalu evaluasi. Itulah kini seharusnya gaya pejabat publik era Revolusi Industri 4 0. Menteri Nadiem menunjukkannya.
Pantas saja bila Menteri Nadiem jadi sosok kreatif. Ide inovatifnya berhasil menjadikan Gojek sebagai perusahaan terkemuka di dunia. Menteri Nadiem diganjar berbagai penghargaan level nasional dan internasional.
Menteri Nadiem saat awal telah mendengar, merangkumnya dan menyimpulkan usulan solusi para praktisi dan pengamat pendidikan. Menteri Nadiem tidak 'grasa-grusu'. Menteri Nadiem irit kata-kata saat awal.
Selanjutnya -mungkin- Menteri Nadiem bakal membentuk ide-ide kreatif. Lalu mempraktikkannya setelah punya bekal 'teori' pendapat dan solusi. Semua seperti diterapkannya kepada Gojek. Bedanya: kali ini di sektor pendidikan.
Barulah nanti menguji dan mengevaluasinya akibat dari kebijakan yang diputuskannya. Apakah sesuai arah pendidikan kekinian yang mampu beradaptasi dengan masa Revolusi Industri 4.0 atau tidak. Persis seperti juga dilakukannya untuk Gojek.
Wajarlah Menteri Nadiem terkesan 'hemat kata-kata' ke ruang publik. Ternyata tindakan itu lebih utama untuk diimplementasikan. Semua butuh pikiran kreatif serta inovatif. Setelah aksi nyata baru bicara, memang sudah seharusnya.*
Jikapun ada 3-4 pernyataannya ke luar untuk media atau publik, terkesan yang umum saja. Tidak membentuk sebuah kesimpulan khusus yang bisa ditafisrkan beragam.
Sikap "hemat kalimat pernyataan" Menteri Nadiem ini dapat ditelaah sebagai pengejewantahan trend pejabat publik/negara era Revolusi Industri 4.0. Menghapus masanya asal "nyerocos" padahal bisa menuai polemik.
Mendengarkan solusi ahlinya, merangkum, menyimpulkan, membentuk gagasan, mempraktikkan, menguji lalu evaluasi. Itulah kini seharusnya gaya pejabat publik era Revolusi Industri 4 0. Menteri Nadiem menunjukkannya.
Pantas saja bila Menteri Nadiem jadi sosok kreatif. Ide inovatifnya berhasil menjadikan Gojek sebagai perusahaan terkemuka di dunia. Menteri Nadiem diganjar berbagai penghargaan level nasional dan internasional.
Menteri Nadiem saat awal telah mendengar, merangkumnya dan menyimpulkan usulan solusi para praktisi dan pengamat pendidikan. Menteri Nadiem tidak 'grasa-grusu'. Menteri Nadiem irit kata-kata saat awal.
Selanjutnya -mungkin- Menteri Nadiem bakal membentuk ide-ide kreatif. Lalu mempraktikkannya setelah punya bekal 'teori' pendapat dan solusi. Semua seperti diterapkannya kepada Gojek. Bedanya: kali ini di sektor pendidikan.
Barulah nanti menguji dan mengevaluasinya akibat dari kebijakan yang diputuskannya. Apakah sesuai arah pendidikan kekinian yang mampu beradaptasi dengan masa Revolusi Industri 4.0 atau tidak. Persis seperti juga dilakukannya untuk Gojek.
Wajarlah Menteri Nadiem terkesan 'hemat kata-kata' ke ruang publik. Ternyata tindakan itu lebih utama untuk diimplementasikan. Semua butuh pikiran kreatif serta inovatif. Setelah aksi nyata baru bicara, memang sudah seharusnya.*


tien212700 memberi reputasi
1
185
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan