Kaskus

Entertainment

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
[SCRIPT FILM PENDEK] Penagih Hutang
[SCRIPT FILM PENDEK] Penagih Hutang

Premis :
Dalam himpitan ekonomi, pilih hati nurani atau logika?

Sinopsis :
Dimas sedang terhimpit masalah ekonomi. Gajinya sebagai staff administrasi pas-pasan, sementara isteri-nya hamil dan butuh banyak biaya.

Teman kerjanya menyarankan dia untuk menangani satu kasus kredit macet yang sudah belasan tahun tidak tersentuh oleh debt collector dari kantor kecil mereka. Hati nurani Dimas sebenarnya menolak, karena dia merasa pekerjaan penagih hutang itu tidak baik, namun akhirnya karena memikirkan kondisi keluarga-nya dia pun mengajukan diri untuk menyelesaikan kredit macet itu.

Tetapi kasus kredit macet itu ternyata tak semudah yang dia bayangkan.

Si penghutang adalah seorang nenek tua yang tinggal sendirian di sebuah rumah tua yang besar dan tak terawat.

Rasa belas kasihan Dimas pun semakin terusik.

Namun sekali lagi dia memaksakan dirinya untuk mendesak nenek itu untuk menyelesaikan hutang-hutangnya.

Bagaimana kisah ini berakhir?

SCRIPT

SCENE 1: Kamar kecil dengan pembatas dari anyaman bambu. Tempat tidur dari kayu tua dan alas-nya dari kardus-kardus tebal yang disusun beberapa lapis.

SHOT 1
CAST:
Dimas dan isteri Dimas.

Isteri Dimas duduk di sisi pembaringan, sedang melipat tumpukan baju yang baru kering yang ditumpuk di atas pembaringan. Dimas masuk ke dalam kamar, mengelus-elus perut isteri-nya yang sedang hamil tua, lalu berpamitan untuk berangkat kerja.

DIALOG:
Dimas : "Si tole masih suka nendang-nendang?"

Isteri Dimas (senyum) : "Oh, sekarang makin sering mas, kuat si tole."

Dimas : "Nggak sakit?"

Isteri Dimas : "Nggaklah, ya kadang cuma agak gimana, tapi malah seneng kok, artinya kan si kecil baik-baik aja."

Dimas : "Ya betul itu. Aku berangkat kerja dulu ya."

Isteri Dimas : "Iya mas."

CAMERA
MEDIUM CLOSE UP : Menampilkan isi ruangan, dengan fokus pada aktivitas isteri Dimas dan Dimas.

Berakhir dengan Dimas yang meninggalkan ruangan.

Cut to
SCENE 2 :
Ruang kantor kecil, ada beberapa meja dengan komputer lama + monitor yang masih model tabung. Satu kipas angin yang aktif berputar, tertempel di tembok.

SHOT 1
CAST:
Dimas dan dua orang rekan kantor (Galih dan Hadi).

Dimas di depan salah satu komputer. Satu rekan-nya baru saja selesai menerima telepon (Galih). Rekan yang lain sedang bersantai, duduk di atas meja (Hadi).

DIALOG:
Galih: "Baik pak, siap. Siap pak. Iya pak. Terima kasih pak." <telp>.

<Telp ditutup>

Hadi: "Dapat proyek baru?"

Galih: "Yup, tunggu sebentar datanya akan diemail. Mas, cek email Mas."

Dimas: "Dari... Ersan969?"

Galih: "Iya, yang itu. Print attachment-nya, biar Hadi nanti kerjakan."

<Hadi, melompat turun dari meja dan berjalan ke meja kerja Dimas, menunggu printer yang sedang bekerja.>

Hadi : "Mmm... aku pergi dulu." <Sambil membaca berkas yang sudah selesai di-print>

<Hadi berjalan keluar ruangan, meninggalkan scene.>

CAMERA:
Wide shot : Menampilkan Dimas dan dua orang rekan-nya yang bekerja. Menangkap keseluruhan kesan level tempat usaha di mana Dimas bekerja.

Cut to
SHOT 2
CAST : Dimas.

Dimas terlihat ragu, beberapa kali menengok ke arah rekan kerjanya, menghela nafas dan sesekali memijit dahinya.

SOUND EFFECT (BACKGROUND) : Suara kipas tua yang berputar.

CAMERA : Extreme close up, ekspresi wajah Dimas.

Cut to
SHOT 3
CAST:
Dimas dan Galih.

Dimas akhirnya memberanikan diri dan berusaha mendapat bantuan dari temannya tentang masalah ekonomi yang menghimpit dia.

DIALOG:
Dimas : "Mas Galih..., aku butuh masukan mas."

Galih : "Sure.. ada apa bilang aja. Kabar isterimu gimana? Sehat-sehat aja kan?"

Dimas : "Alhamdulilah sehat mas, kandungannya juga sehat."

<diam sejenak>

Dimas : "Tapi sekarang, aku yang lagi pusing mas. Tabunganku ga cukup buat biaya persalinan Ningsih bulan depan. Kira-kira Mas Galih bisa bantu kasih ide mas? Pikiranku buntu nih."

Galih : "Aku bisa bantu ngasih pinjeman, tapi ya ga banyak-banyak juga. Kamu tahu keadaan usaha kita ini kayak apa. Kamu butuh berapa?"

Dimas : "Maksudku, ide usaha apa, atau kerja apa gitu mas. Kalau bisa sih, aku ga pingin ngutang, soalnya setelah lahiran nanti, kebutuhan pasti makin banyak. Aku nyicil hutang pakai apa coba?"

CAMERA:
Medium close up, two-shot, Dimas dan Mas Galih (rekan A) yang sedang mengobrol.

Cut to
SHOT 4
CAST :
Mas Galih.

Galih terlihat berpikir, sambil mengetuk-ngetukkan jari tangan-nya ke atas permukaan meja. Cukup lama dia berpikir, sebelum dengan berhati-hati berusaha memberikan tawaran ke Dimas.

DIALOG:
Galih : "Bagaimana dengan ikut menagih hutang seperti Hadi? Hasilnya lebih besar Mas, dibanding kamu cuma kerja di bagian admin. Apalagi kalau kamu mau menangani kasus-kasus yang berat."

"Aku tahu kamu orang-nya, nggak tega-an, tapi coba kamu pikir, coba kamu ubah sudut pandang kamu. Orang yang berhutang sudah kewajiban-nya untuk membayar. Kamu bukan sedang mengambil hak orang, tetapi sedang meluruskan orang untuk melaksanakan kewajiban-nya."

<hening sejenak>

"Kamu sedang membela hak, hak orang untuk dikembalikan uang-nya."

CAMERA :
Close up, ekspresi wajah dan gerak tubuh Galih yang berhati-hati waktu hendak menyarankan Dimas untuk jadi penagih hutang.

Cut to
SHOT 5
CAST :
Dimas.

Dimas terlihat berpikir keras, beberapa kali dia menghela nafas dalam-dalam. Matanya menatap ke atas meja, di mana tergeletak resep-resep obat dan tagihan rumah sakit. Lirih dia mengucap doa dan mengusap mukanya, sebelum dia menerima usulan Galih.

DIALOG:
<hening><sound effect : suara ketukan jari Galih di atas meja dan kipas angin tua yang berputar.>

Dimas : <lirih> Astagfirullah.....
<helaan nafas dalam-dalam>

Dimas : "Baik mas. Tolong beri aku kasus yang paling besar honor-nya mas." <nada suara tegas dan kuat>

CAMERA :
Close up ke Dimas dan meja kerjanya.

Kamera move dari ekspresi wajah, kemudian mengikuti gerak tubuh Dimas yang menengok ke arah meja, kamera pindah fokus ke tagihan-tagihan dan resep yang ada di atas meja.

Dan kembali pada ekspresi Dimas yang sudah yakin untuk mengambil keputusan.

Cut to:
SCENE 3 : Depan pintu pagar sebuah rumah tua yang mewah. Pagar yang tinggi dan kokoh itu dihiasi cat yang sudah meulai mengelupas dan karat di beberapa tempat. Halaman depan-nya pun terisi tumbuhan dan rumput liar. Ada beberapa pohon yang besar-besar dengan ranting tak terawat menjulur ke mana-mana.

BACKGROUND (SOUND EFFECT) : Sepanjang scene sesekali terdengar suara burung dan serangga. Suara mobil di kejauhan. Dst. Menceritakan suasana sepi di lingkungan tersebut.

SHOT 1
CAST :
Dimas dan Galih.

Dimas memandangi kondisi rumah yang tak terurus, dalam benak-nya terngiang penjelasan Galih tentang penghutang yang harus dia tagih hutang-nya ini. Rasa ragu terlihat, ketika beberapa kali Dimas hendak menekan bel rumah, namun membatalkan-nya.

Rasa kasihan-nya tergerak, namun akhirnya Dimas memutuskan untuk melanjutkan niatnya menjadi penagih hutang.

DIALOG :
Suara Galih + sound effect untuk penanda bahwa ini cuma di dalam benak Dimas saja :

"Kasus ini sudah belasan tahun tidak selesai. Klien kita sudah entah berapa kali menaikkan honor bagi mereka yang bisa menuntaskan kasus ini. Namun tidak ada juga debt collector yang berhasil menuntaskan kasus ini."

CAMERA
Wide shot, menampilkan kondisi rumah yang mewah tapi sepi dan tak terurus. Perlahan close up ke arah Dimas yang berdiri di depan pintu gerbang, dengan motor butut di dekatnya.

Move to
SHOT 2
CAST : Dimas dan Galih.
Dimas terlihat mengamati kondisi rumah dan lingkungan di sekitarnya. Suara Galih masih terngiang di benaknya.

DIALOG :
Suara Galih + sound effect
"Ada penagih yang mengaku tidak tega dan memilih mengembalikan uang muka, lalu mundur dari kasus."

"Ada juga penagih yang menghilang begitu saja. Mungkin sudah menerima sesuatu dari target, dan tidak mau mengembalikan uang muka yang sudah didapat dari klien."

CAMERA:
Medium Close Up, Gerbang pintu pagar yang besar dan kokoh, namun cat-nya terkelupas dan berkarat di mana-mana.

Move to
SHOT 3
CAST : Dimas dan Galih. 

Dimas bertanya kepada Galih lebih jauh tentang kasus ini.

DIALOG :
Suara Dimas + sound effect yang sama:
"Memang-nya kenapa mereka mundur mas?"

CAMERA:
Medium Close Up, Pohon tua rindang dan besar, tapi dengan ranting menjulur ke mana-mana.

Move to
SHOT 4
CAST : Dimas dan Galih. 

Penjelasan Galih lebih lanjut (dalam ingatan Dimas).

DIALOG:
Suara Galih + sound effect :
"Setahuku, target kali ini adalah seorang perempuan yang sudah uzur, keadaan rumahnya pun tak terurus. Satu-satunya cara dia melunasi hutang ya dengan menyerahkan rumah-nya."

"Sementara menurut mereka yang mengaku tak tega, perempuan itu hanya minta agar diijinkan tinggal sampai dia meninggal. Surat wasiat sudah dibuat, sehingga rumah itu otomatis akan menjadi pembayaran hutang, setelah dia meninggal."

CAMERA:
Medium Close Up, Halaman rumah yang tak terawat, terlihat sedikit bagian depan dari rumah. Bangunan tua yang besar, dengan halaman yang dulunya sebuah taman yang indah, namun sekarang tinggal patung hiasan yang rusak (patung cupid pipis), kolam yang ditumbuhi ilalang dan tanaman yang tak terurus.

Move to
SHOT 5
CAST : Dimas, Galih dan staff admin klinik bersalin.

Dimas hendak memencet bel di samping pintu gerbang, namun ragu ketika teringat kata-kata Galih.

<hening>

DIALOG :
Suara Galih + sound effect :
"Setahuku, target kali ini adalah seorang perempuan yang sudah uzur, keadaan rumahnya pun tak terurus. Satu-satunya cara dia melunasi hutang ya dengan menyerahkan rumah-nya."

Suara wanita + sound effect + di bagian akhir perlahan menghilang:
"Pak Dimas, jadi sebaiknya Pak Dimas sudah siapkan dari sekarang, biaya persalinan Ibu nanti kira-kira ...."

<hening> 

CAMERA :
Close up, menunjukkan bel di samping pintu gerbang. Tangan Dimas yang hendak memencet bel, namun berhenti dan kemudian menurunkan tangan-nya, karena ragu.

Move to:
SHOT 6
CAST : Dimas dan staff admin klinik bersalin.

Suara admin klinik persalinan terngiang kembali di benak Dimas, dan diapun memutuskan untuk menagih hutang si pemilik rumah.

DIALOG :
Suara wanita + sound effect :
"Pak Dimas, jadi sebaiknya Pak Dimas sudah siapkan dari sekarang, biaya persalinan Ibu nanti kira-kira ...."

<BZZZZZ>, suara bel ditekan.

CAMERA :
Zoom ke extreme close up, fokus ke bel di samping pintu gerbang dan tangan Dimas yang bergerak memencet bel.

Cut to
SCENE 4 : Di ruang tamu di dalam rumah ibu yang memiliki hutang. Rumah itu memiliki tembok-tembok yang kusam dan langit-langit rumah yang tinggi. Di ruang tamu, terisi perabot-perabot dari kayu jati berukir yang berdebu.

Dimas duduk dengan tak tenang di atas salah satu kursi, sementara seorang ibu yang tua duduk di depannya. Di atas meja tamu terlihat ada satu map yang terbuka, dengan surat perjanjian di dalamnya, secangkir teh, sepiring kecil kue, satu buku tua bersampul hitam, dan asbak kusam yang bersih dari bekas abu rokok.

SHOT 1
CAST : Dimas dan Oma Susan (ibu tua yang punya banyak hutang).

Dimas berusaha membujuk Oma Susan untuk melepaskan hak-nya atas rumah yang ditinggali.

DIALOG :
Dimas : "Jadi nek..., kami berharap nenek bisa secepatnya melunasi hutang nenek. Atau pilihan lain, nenek menyerahkan sertifikat rumah dan menanda tangani surat kuasa untuk melepaskan hak nenek atas rumah ini nek."

Oma Susan : <terisak> "Nak..., kamu lihat nenek ini sudah tua, paling tinggal menunggu satu-dua tahun saja. Atau bahkan ndak sampai satu tahun. Apa kalian tidak bisa bersabar?"

Dimas : "Kalau rumah dan tanah ini dijual, memang sebagian hasil penjualan akan digunakan untuk menutup hutang nenek. Tapi sisa-nya bisa nenek gunakan untuk membeli rumah yang baru nek, yang tidak terlalu besar dan susah merawatnya."

Oma Susan : "Nak, jangan kira nenek tidak tahu harga rumah sekarang ini. Sisa uang penjualan, memangnya pasti bisa untuk beli rumah lain buat nenek?

Dimas terdiam.

Oma Susan : "Kalian juga belum tentu cari harga terbaik, asal harga jual-nya sudah bisa menutup hutang nenek, kalian akan lepas rumah ini. Lalu nenek dapat apa? Apa nenek harus tinggal di jalan?"

Dimas : "Nenek jangan berburuk sangka dulu..."

Oma Susan : "Kamu berani jamin?"

Dimas terdiam.

CAMERA :
Medium close up, two-shot, Dimas dan Oma Susan yang sedang bercakap-cakap. Ekspresi keduanya dan gerak-gerik tubuhnya terlihat jelas di adegan.

Move to:
SHOT 2
CAST : Dimas, admin klinik bersalin (cuma suara) dan Oma Susan.

Dimas tertunduk mendengar penolakan Oma Susan, dia tidak bisa menyanggah apa yang dikatakan Oma Susan.

DIALOG :
<hening>

Suara wanita + sound effect :
"Pak Dimas, jadi sebaiknya Pak Dimas sudah siapkan dari sekarang, biaya persalinan Ibu nanti kira-kira ...."

Dimas <masih menundukkan kepala, namun suaranya terdengar mengeras> : "Nenek berhutang, jadi nenek harus membayar. Tidak bisa nenek lari dari kewajiban nenek. Kami tidak mungkin terus menerus menunggu nenek mati!"

CAMERA:
Medium close up, over shoulder, fokus pada Dimas yang menatap lantai, blur pada ekspresi wajah Oma Susan yang menunggu.

Dan saat Dimas selesai berkata, fokus kamera perlahan pindah ke arah ekspresi Oma Susan yang berubah menjadi kejam.

Move to
SHOT 3
CAST : Dimas dan Oma Susan.

Dimas menegakkan kepala dan menatap Oma Susan. Ekspresi wajah Oma Susan dengan cepat berubah saat dia melihat Dimas menegakkan kepala.

Melihat wajah Oma Susan yang sedih, ekspresi Dimas yang keras pun melembut.

CAMERA:
Medium close up, over shoulder, fokus pada Dimas yang menatap lantai lalu perlahan menegakkan badan dan menatap lurus ke arah Oma Susan, blur pada ekspresi wajah Oma Susan yang menunggu.

Seiring gerakan Dimas menegadahkan pandangan, fokus kamera bergeser ke arah ekspresi Oma Susan.

Dan saat Dimas mulai melihat Oma Susan, fokus kamera memperlihatkan dengan jelas ekspresi sedih Oma Susan.

Kamera berputar (tetap medium close up dan over shoulder) dan berhenti di posisi memperlihatkan ekspresi wajah Dimas, dari sisi Oma Susan.

Move to:
SHOT 4
CAST : Dimas dan Oma Susan.

Dimas mengulangi sekali lagi pernyataan-nya. Oma Susan pun akhirnya menyerah dan bangkit berdiri untuk mengambil sertifikat rumah. Sebelum pergi, tak lupa Oma Susan menyuruh Dimas untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan.

DIALOG :
Dimas : "Nenek sudah menghindari kewajiban nenek selama belasan tahun. Berulang-ulang dengan alasan yang sama, nyatanya hingga sekarang nenek tidak juga melunasi hutang nenek. Saya punya tanggung jawab nek. Harap nenek menghargai itu juga."

Oma Susan : "Baiklah nak.... baiklah... kau tunggu di sini. Nenek akan ambil sertifikat rumah dan dokumen-dokumen lain."

<Oma Susan bangkit berdiri>

Oma Susan : "Oh ya nak... kamu cicipi kue dan teh buatan oma ya... Mungkin oma agak lama, karena oma sudah mulai sering lupa, di mana Oma menyimpan barang-barang."

CAMERA :
Medium close up, two-shot, gerak-gerik dan ekspresi wajah Dimas dan Oma Susan ditampilkan dengan jelas.

Perlahan kamera bergeser menunjukkan jam dinding di ruangan itu waktu menunjukkan pukul 12:20. Zoom in ke arah jam dinding. Lalu cut scene.

Cut to
SCENE 5 : Ruang tamu Oma Susan.

Dimas menunggu lama sekali, namun Oma Susan tak juga keluar membawa sertifikat rumah.

SHOT 1
CAST : None

Waktu terus berlalu, sudah lebih dari 30 menit lewat dan Oma Susan belum juga muncul.

BACKGROUND/SOUND EFFECT : Suara tik tok tik tok dari jam kuno besar.

CAMERA :
Close up : Sebuah jam dinding kuno yang besar (yang ada bandulnya). Jam menunjukkan pukul 13:05.

Cut to
SHOT 2
CAST : Dimas.

Sendirian Dimas mulai merasa bosan dan perlahan-lahan menghabiskan hidangan yang sudah disediakan Oma Susan.

BACKGROUND/SOUND EFFECT : Suara tik tok tik tok dari jam kuno besar.

CAMERA :
Medium close up, Dimas memperhatikan jam dinding, mendesah kesal, meregangkan badan dan akhirnya pandangan-nya jatuh ke arah kue dan teh yang sudah disediakan.

Dimas meraih satu kue dan memakannya.

Cut to
SHOT 3
CAST : Dimas.

Kue dan teh sudah habis, tapi Oma Susan belum juga datang. Dimas pun melihat buku tua hitam yang ada di atas meja. Dimas mengambil dan mulai membuka buku hitam itu.

BACKGROUND/SOUND EFFECT : Suara tik tok tik tok dari jam kuno besar. 

DIALOG
Dimas : <Menguap> gila lama bener... <mendesis>

CAMERA :
Medium close up, sudut yang pas untuk menampilkan Dimas dengan meja di depannya. Cangkir teh dan piring yang kosong.

Dimas yang menengok ke kiri dan ke kanan, lalu tatapan-nya jatuh ke buku tua hitam yang ada di atas meja dan mengambilnya.

Cut to
SCENE 6
CAST : Dimas dan Oma Susan (cuma suara).

SHOT 1
Dimas membaca buku tua itu dan menemukan tulisan yang mengagetkan.

DIALOG :
Oma Susan : "Entah kenapa, tapi kalian semua memang sama saja. Nenek yakin, kau sudah memakan semua kue dan meminum habis teh yang nenek sajikan, sebelum akhirnya membaca buku ini."

"Mengapa kalian tidak melakukan yang sebaliknya?"

"Membaca dulu buku ini, sebelum kalian memakan apa yang nenek sajikan?"

"Sekarang sudah terlambat, sebentar lagi kau akan merasa pusing. Pandanganmu mulai mengabur. Tubuhmu terasa lemas dan terbakar. Kau ingin berteriak, tapi merasa lemah dan tak ada tenaga."

"Jangan kuatir, nenek akan menguburkan-mu baik-baik."

"Tentu saja, setelah nenek selesai mempersembahkan jiwamu untuk memperpanjang umur nenek."

CAMERA :
Extreme close up, menampilkan tulisan pada lembar-lembar yang dibaca Dimas. Setiap bagian dari tulisan yang ditampilkan, disesuaikan dengan dialog yang dibacakan Oma Susan.

Sesekali tulisan terlihat mengabur, lalu fokus kembali.

Dan saat dialog terakhir dibacakan, maka tampilan semakin blur dan gelap. Sampai akhirnya semuanya hitam.

Cut to
SCENE 7
MUSIK : Yang serem deh gimana.

SHOT 1
CAMERA :
Close up, Patung di halaman rumah Oma Susan, perlahan bergerak sambil zoom in ke arah ekspresi patung yang ternyata seram.

Move to
SHOT 2
CAMERA :
Medium Close Up, pohon beringin yang besar, perlahan bergerak dan zoom ke arah tanah tempat pohon itu tertanam, terlihat satu topi kotor dan lapuk, setengah tertanam. Bolpen yang patah. Tangkai kacamata mencuat keluat.

Move to
SHOT 3
CAMERA :
Medium close up, kolam yang ditumbuhi ilalang dan rumput liar. Perlahan zoom out dan bird view menampilkan keseluruhan dari rumah tua yang tak terawat itu.

----- THE END ----
Diubah oleh lonelylontong 22-11-2019 16:54
delia.adelAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan delia.adel memberi reputasi
2
1.1K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan