Quote:
Ketika kita berpikir tentang masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, ada masalah substansi besar yang juga berpengaruh dalam kehidupan kita, yaitu sebuah privilege atau hak istimewa. Kita tidak perlu berbicara tentang kehidupan orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga bangsawan atau miliarder, karena memang golongan mereka sudah pasti memiliki hak istimewa dari lahir. Kita juga tidak dapat menyalahkan takdir ketika mereka mendapatkan kesempatan yang lebih besar dalam menjalani kehidupan menjadi sosok yang kaya raya.
Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Daniel Suryadarma, salah satu pengamat ekonomi yang memiliki akun twitter @dsuryadarma cukup mengejutkan. Penelitiannya menganalisa tentang bagaimana seseorang yang lahir di keluarga tidak berada akan tumbuh besar dengan nasib yang sama atau tidak jauh berbeda dengan orang tuanya dalam segi kemapanan ekonomi. Sebaliknya, mereka yang dilahirkan di keluarga yang berkecukupan cenderung akan menjadi sosok yang sukses bahkan meneruskan kejayaan orang tuanya. Terlepas dari usaha keras yang dilakukan seseorang, ternyata ada faktor yang lebih besar yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu hak istimewa.
Dalam penelitiannya, Daniel mengambil sampel anak-anak yang berusia antara 8 sampai 17 tahun di tahun 2000. Diantara sampel tersebut, 17% anak hidup dan dibesarkan di keluarga yang tingkat ekonominya rendah atau miskin. Daniel mengamati pendapatan mereka di 2014, tentunya setelah anak-anak tersebut telah cukup dewasa untuk mencari pekerjaan. Mereka sudah berusia 22 sampai 31 tahun.
“Kami menggunakan berbagai metode untuk memastikan hubungan sebab-akibat antara hidup miskin sebagai anak-anak dengan pendapatan yang diperoleh ketika dewasa.” Tegas Daniel.
Temuan pertama, anak-anak yang lahir dari keluarga miskin memiliki pendapatan sekitar 87% lebih rendah dibandingkan mereka yang dilahirkan di keluarga yang berkecukupan. Dari temuan pertama ini, banyak yang berpikir bahwa anak-anak yang terlahir kaya memang punya kesempatan yang lebih besar untuk memilih pendidikan yang lebih baik, dan punya orang tua yang dapat membiayainya untuk meningkatkan skill.
Temuan kedua, penerimaan program sosial pemerintah seperti BLT dan raskin dapat mengurangi dampak kemiskinan sebagai anak-anak, tapi pengaruhnya sangatlah kecil. Mereka mungkin merasa sedikit terbantu dalam memenuhi kebutuhan primer, namun kebutuhan manusia akan hal yang lebih penting mendapat perhatian yang kecil dari pemerintah, termasuk pendidikan dan persaingan dalam merebut lapangan kerja. Temuan di Indonesia ini mirip dengan yang ditemukan di negara lain.
Lantas, anak-anak yang terlahir dari keluarga kaya apakah menjadi garansi akan menjadi sosok yang sukses saat dewasa? Jawabannya adalah tentu saja. Penelitian menunjukkan, ada yang namanya koneksi dan privilege lebih jika seseorang terlahir dari keluarga kaya. Si anak akan mendapakan jalan yang lebih mudah untuk sukses dan meraih impiannya. Sedangkan bagi mereka yang terlahir miskin, ada lauk sama nasi untuk dimakan sudah menjadi nikmat yang tiada tara apalagi sampai mendapatkan kesempatan meraih jenjang pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Berdasarkan teori Piramida Maslow, kemiskinan akan membuat seseorang memiliki short focus secara psikologinya, jadi yang dipikirkan adalah bagaimana caranya ia bisa memenuhi kebutuhan primernya.
SUMBER
jadi, klo ada yang bilang
bukan salahmu klo terlahir miskin
tapi adalah salahmu klo mati dalam keadaan miskin
sudah harus diganti menjadi
bukan salahmu klo terlahir miskin
tapi adalah salah orang tuamu klo mati dalam keadaan miskin

coba liat keluarga orang miskin
berapa jumlah keluarganya?
4 ? 5? 6? 10?
coba nanya mereka
pak, kehidupan kalian susah ya?
lalu kenapa begitu banyak anaknya?
liat di kejar pakai sapu kaga
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
buat anak sekedar mereka bisa "hidup" doank da ngerasa sudah melakukan tugas dan tanggung jawab ortu
sisanya minta pemerintah tanggung jawab
- tolong pak anak kami kurang gizi
- tolong pak anak kami ga bisa sekolah
- tolong anak kami sakit
ortu cem gini mending mati saja
ga bisa didik anak, ga bisa menghasilkan SDM berkualitas
malah kumpulin "sampah masyarakat" untuk indonesia di masa mendatang
+ jadi beban negara doank
otak di kecilin
nafsu di gedein
tipikal nasbung banget