Seorang pria dengan sebilah pisau di tangannya, membuat hari itu menjadi berbeda.

Seorang wanita dijemput oleh seorang pria tak dikenal lalu meninggalkan rumah. Seorang pria mengintip di balik jendela. Siangnya, sang pria mengambil pisau, sembari memperhatikan wanita tadi dari belakang. Apa yang terjadi selanjutnya adalah kejadian yang mengubah hidup mereka berdua di hari itu.

Seorang pria melihat seorang wanita bercelemek dari belakang sambil memegang sebilah pisau.

Suara orang memotong sesuatu di atas talenan

Pisau digenggam erat oleh tangan kanan sang pria

Sang pria berjalan pelan ke arah sang wanita sambil menggenggam erat pisaunya.

Seorang wanita menangis tersedu-sedu di tengah orang-orang mengaji.

Suara dengungan orang-orang mengaji

Memperlihatkan sebuah rumah sederhana di pagi hari.

Sang wanita dijemput seorang pria bermotor, lalu keduanya berboncengan meninggalkan rumah.

Sang pria mengintip kejadian itu dari balik jendela di dalam rumah.

Memperlihatkan dapur yang dilengkapi perkakas masak.

Sang wanita menggunakan celemek lalu memotong daging dengan pisau di dapur. Sang wanita terlihat susah payah mengiris daging yang alot.

Sang pria memperhatikan sang wanita dari belakang sambil memegang sebilah pisau.

Suara orang memotong sesuatu di atas talenan, dibarengi suara memanaskan minyak di atas penggorengan

Sang wanita dijemput seorang pria bermotor, lalu keduanya berboncengan meninggalkan rumah.

Pisau digenggam erat oleh tangan kanan sang pria.

Sang pria berjalan pelan mendekati sang wanita sambil menggenggam erat pisaunya.

Sang pria memberikan pisaunya kepada sang wanita.

Sang pria: Pakai pisau tumpul begitu merepotkan. Pakai ini. Lebih tajam.

Sang wanita (tersenyum): Wah terima kasih sayang. Aku tadi pagi ke pasar mau beli ini, tapi tokonya masih tutup. Sebenarnya tukang ojek tadi menawarkan cari di toko lain, tapi aku menolaknya karena waktunya mepet. Ngomong-ngomong, acaranya nanti jam 6 sore kan?

Sang pria: Ya, sudah kuketik di undangan. Jam 6 sore. (sambil memperlihatkan secarik kertas yang berisi undangan pengajian).

Memperlihatkan ruang tamu di malam hari. Disana terlihat beberapa orang berpeci dan bersarung yang mengaji. Di salah satu sudut ruangan, tampak sang pria juga berpeci dan bersarung. Di sebelahnya, terlihat sang wanita menundukkan wajahnya sambil menangis tersedu. Sang wanita menggenggam sebuah foto.

Acara pengajian telah selesai. Pemimpin pengajian akan menutup acara.

Pemimpin pengajian: Bapak-bapak sekalian, pengajian ini sudah selesai dilaksanakan. Tapi sebelum acara kami tutup, ada sepatah dua patah kata dari tuan rumah. Silahkan, Pak.

Sang pria: Anak kami yang studi di London sudah lulus. Kami sekeluarga senang. Maka dari itu kami mengadakan acara syukuran ini. Sekalian kami juga minta doanya karena minggu depan kami berangkat ke London untuk menghadiri acara wisudanya. Terimakasih atas kedatangan bapak sekalian. Mohon maaf kalau ada kekurangan dalam sambutan dan hidangan.

Bakso dibagikan kepada para undangan, lalu mereka memakannya. Sedangkan sang wanita masih menangis terisak sambil menatap foto anaknya yang berfoto menggunakan latar belakang Menara Big Ben. Sang pria merangkul tubuh sang wanita. Sang wanita menyandarkan kepalanya di bahu sang pria. Tampak sesimpul senyum di kedua bibir mereka.