Hi sobat kaskus di thread ini saya harap bukalah pemikiran anda seluas samudera jangan terjebak pada kotak sempit yang membuat polemik dan juga bias yang tak perlu. Sebelum membahas tentang Imam Al Ghazali, kita telusuri dulu apa itu makna Kadrun yang sering di dendangkan oleh para pecinta pemerintah yang sedang duduk di singgasana.

Kadrun itu hanya istilah dari kadal gurun bahkan dulu disebut onta, ungkapan ini di perkenalkan oleh para buzzer yang membela pemerintah mereka beranggapan gerakan Islam yang suka demo disebut kadal gurun yang anti pemerintah bahkan dianggap radikal. Padahal para buzzer istana seperti mereka juga kerap demo demi loyalitas atasannya entahlah namanya apa? Cebong atau Banser? Sangat sedikit informasi untuk nama para buzzer istana tapi istilah kadrun itu hanya ungkapan yang ingin merendahkan suatu golongan, bila kita termakan hasutan kebencian yang dilontarkan ya berarti pemikiran kita tidak dewasa. Jadi solusinya apa? Tertawa saja sambil serupuutt kopi, karena terlihat perubahan politik di Istana yang mengejutkan ketika Prabowo masuk lingkaran Istana, yang terjadi banyak pihak yang berpolitik mengusung nama agama Islam pun kecewa dan menderita, makanya jangan bawa-bawa agama lah kalau berpolitik nanti jadi dagelan kan bahaya.



Jadi sudah tahukan istilah dari kadrun, oke sekarang kita selami lagi pemikiran Al Ghazali yang dianggap menjadi bibit perseteruan di tubuh umat Islam sendiri. Pemikiran Al Ghazali yang terbentuk melalui Ihya Ulumuddin, Tahafut al-Falasifah dan Mi’yar al-Ilm hal ini dianggap sebagai tiga karyanya yang paling berpengaruh di dunia Islam, namun TS tak mau mengusik lebih dalam yang jelas dari pemikiran beliau maka ia pun mengkafirkan para ahli Filsafat Islam seperti Ibnu Sina, Al Kindi dan Al Farabi.

Bila kita membaca rujukan menurut Al Ghazali, ia mengkritik filsuf sebelumnya karena tidak sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Al Hadits yang merupakan sumber kebenaran mutlak kaum muslimin. Al Ghazali memang banyak menyusun buku untuk membersihkan ilmu-ilmu agama Islam dari kesesatan, maka tak salah bila nama beliau pun besar di kalangan para ahli ulama dan menjadi rujukan hingga saat ini.





Walau pemikiran Ghazali yang mengkafirkan filsuf lain memang sengaja dibiaskan oleh pengagumnya tapi jelas kritikannya membuat banyak orang takut untuk belajar filsuf hingga Ibnu Rusyd menyanggah pemikiran Al Ghazali.

Namun Al Ghazali dan Ibnu Rusyd karena kecerdasan beliau tetap menjadikan dirinya panutan banyak ulama sesudahnya, tapi pemikiran Al Ghazali lebih di terima sebagian orang. Hingga terkadang apakah pemikiran mereka yang berbeda pandangan diantara para Imam membawa manfaat bagi kita orang awam yang hanya dapat mendengar, bahkan hanya membaca karyanya bagi TS jawabannya "Tidak".



Maka bisa dilihat hari ini, generasi muda kita yang hanya sekadar graduate dari Al-Azhar, UIA, dan sebagainya mereka tak habis-habis mempersoalkan isu-isu yang tidak membawa kemajuan kepada ummah seperti mempertikaikan kewajiban bermazhab, mengkritik umat Islam yang bertaklid, membid’ahkan sana-sini, memperdebatkan perkara fiqh yang furu’ dan sebagainya. Efek nya akan lebih mudah di adu domba maka timbul pertanyaan sesama umat Islam kok perang?

Disinilah bila kita tarik garis lurus maka saat ini banyak timbulnya gerakan untuk mencoba menegakkan hadits tapi tak mengerti ilmu hadits itu sendiri, hingga akhirnya tak salah bila pemikiran dalam menegakkan sunnah tersebut ada yang keseleo hingga dimanfaatkan menjadi radikal.



Bahkan dengan banyaknya pemikiran manusia saat ini juga dimanfaatkan oleh elite politik untuk berdagang agama, tujuannya bukan untuk persatuan Islam tapi lebih dari itu pemimpin golongan mereka dapat berkuasa. Lalu yang cape-cape demo dapat apa? Hanya dapat cap Kadrun kah?


Salam hangat dulur, saya c4punk see u next thread.



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2019
referensi : klikdan klik
Pic : google







GIF