Tulisan ini bisa dibilang rangkuman singkat, tentang sedikit pengalaman penulis dalam keadaan kota yang dikelilingi kabut asap, selama kurang lebih 3 bulan.
Penulis tidak tau persis sejak kapan kebakaran hutan di Sumatera Selatan merajalela, tapi penulis menghitung dari titik dimana para mahasiswa baru melakukan kegiatan PK2 di Universitas Sriwijaya. Yaitu sekitar tanggal 6,7, dan 8 Agustus 2019.
Spoiler for PK2 (Agustus):
Kebetulan penulis adalah mahasiswa unsri. jadi pada hari pertama pk2 di kampus Indralaya pagi hari, cuaca masih baik bisa kita lihat dari foto dibawah ini.
maaf sensor (privasi orang)
Setelah acara selesai yaitu sore sekitar jam 18, penulis pulang ke palembang dengan bis yang melewati jalan lintas. Namun saat ditengah perjalanan, pemandangan tak biasa dan tak pernah penulis lihat, kanan dan kiri jalan yang paginya rerumputan dan rawa, berubah menjadi api yang sangat mengerikan. Asap menusuk masuk ke celah jendela dan pintu bis, semua orang terbatuk batuk. Tapi sayang, penulis tidak sempat mempotret kejadian ini.
Berminggu-minggu kemudian, hari demi hari kami lewati dengan jatuh bangun. Beberapa kali penulis menderita sakit tenggorokan dan batuk-batuk dan beberapa kali pula sembuh kemudian sakit lagi. Alangkah kasian anak-anak dan orang manula yang sedang sakit, asap yang begitu banyaknya tidak bisa dihindari masuk ke rumah-rumah.
Spoiler for Demonstrasi Mahasiswa (September):
Tibalah aksi demonstrasi menuntut aparat untuk mengusut tuntas kebakaran hutan di depan kantor gubernur sumsel. Hari itu penulis tidak ikut berdemo karena tidak punya waktu, tetapi jika melihat dari media sosial, sepertinya demo berjalan dengan aman tanpa anarki. Dan sampai pada akhirnya mahasiswa dilegakan saat bertemu secara langsung dengan gubernur sumsel.
Beberapa hari kemudian tepatnya tanggal 24 september, ada wacana demonstrasi besar-besaran yang akan berpusat di kantor dprd provinsi sumsel. Rombongan mahasiswa seperti uin rf, ump, polsri, dan lain-lain sudah ada di depan kantor dari pagi hari, tetapi unsri menyusul saat sekitar jam 11.30, karena perjalanan dari kampus Indralaya menuju palembang yang cukup memakan waktu.
Hari itu penulis ikut dalam aksi, wacana menyebar lewat sosial media. Kami mulai berkumpul di terminal bis untuk menuju palembang. Waktu menunggu, kami dikejutkan dengan hujan yang sudah lama tidak turun. Tak terasa air mata menetes, melihat hujan turun saat hari benar-benar terasa terik, semua mahasiswa disana bersorak saat diguyur hujan, walaupun pada akhirnya hujan berhenti setelah 15 menit berlalu.
Kami pun berangkat sekitar jam 10.00, dan sampai kira kira jam 12.30. Setelah sampai, kami mulai mengisi bagian yang kosong di belakang mahasiwa universitas lain yang dari pagi sudah menunggu perwakilan dewan.
Namun situasi yang tadinya kondusif berubah menjadi anarki setelah beberapa orang (tidak beralmamater) masuk ke dekat mobil komando, dan setelahnya para mahasiswa mulai melempar botol dan ada juga yang melempar kayu.
Polisi menembakkan gas air mata untuk membendung situasi yang kacau. Tepat setelah polisi menembakkan watercannon dan gas air mata, hujan pun kembali turun. Setelah itu sekitar 1 atau 2 jam, perwakilan anggota dewan keluar untuk bersepakat dengan mahasiswa. Akhirnya setelah waktu ashar demonstrasi pun berakhir.
Spoiler for okt:
Setelah hari itu, keadaan udara membaik selama beberapa hari. Namun setelahnya udara kembali memburuk, setelah hujan di hari itu lama bagi kami disini untuk menunggu hujan turun lagi. Walau keadaan udara terkontaminasi asap pekat yang seperti ini, orang-orang mulai beraktivitas seperti biasa. Termasuk para pelajar, mahasiswa, dan pekerja swasta sepertinya sudah biasa dengan asap berminggu-minggu.
Kemudian hujan rintik turun lagi, penulis lupa kapan persis tanggalnya tapi itu terjadi di siang hari. Udara masih juga buruk, bahkan tambah buruk.
Sakit batuk dan sembuh penulis jalani lagi, sampai pada akhirnya sekitar akhir oktober hujan deras terjadi di sore sampai malam hari. Kira penulis, asap akan berakhir sampai malam itu tetapi ternyata tidak, sekitar 3 hari kemudian asap kembali hadir menyelimuti kota tercinta ini, dan mungkin provinsi ini juga.
Sampai pada akhirnya tanggal 5 november siang, hujan cukup deras terjadi sekitar 20 menit. Setelahnya selama lebih kurang 5 hari, langit biru pun bertahan hingga tanggal 11 november kembali berasap.
Mulai 11 november (4 hari yang lalu) penulis mendapatkan ide untuk membagikan cerita ini. Entahlah rasanya sangat ingin ditulis dan ide ini seakan- akan mau melompat dari kepala ke tulisan. Baiklah...
Spoiler for Pengamatan 4 Hari Terakhir:
Senin, 11 November 2019
Pagi hari udara masih berasap, tetapi tidak terlalu pekat. Matahari masih tidak terlihat pada siang hari, tetapi udara terasa panas. Foto dibawah ini penulis ambil saat melakukan perjalanan pulang dari indralaya menuju palembang. Ada wartel (sudah lama tidak lihat wartel)
Spoiler for 11nov:
Selasa, 12 November 2019
Di pagi hari kabut asap masih menyelimuti, tetapi siang harinya langit biru mulai menghiasi. Sayangnya pemandangan langit biru dirusak oleh asap hasil kebakaran yang mengepul di view belakang salah seorang teman penulis.
Spoiler for 12nov:
Sensor (privasi)
Rabu, 13 november 2019
Pagi yang cukup cerah dan langit juga sudah biru kembali, walau pada kejauhan asap masih bisa terlihat. Ini foto view dari jembatan musi 2 (jalur keluar) .
Sorenya awan menggelap tanda akan turun hujan. Dan kemudian hujan rintik pun turun selama beberapa menit saat penulis berada di jalan.
Spoiler for 13novsore:
Ditengah perjalanan sesaat setelah hujan berlalu, terlihat petugas dari departemen lingkungan hidup dan kehutanan sedang memadamkan api yang membakar rawa disekitar jalan raya. Walaupun sudah turun hujan, api masih belum padam, karena air hujan tidak mempan untuk memadamkan api dan hujan tersebut hanya berlangsung beberapa menit.
Ini view dari jembatan musi 2 di sore hari (jalur masuk).
Kamis, 14 November 2019
Penulis menyempatkan diri untuk mengambil video seadanya dari dalam bis saat melihat kondisi udara disekitaran sungai musi, menurut penulis sudah cukup baik dan matahari pun sudah tampak jelas (view musi 2 jalur keluar).
Dibawah ini momen teman-teman penulis sebelum makan bareng di area sekitaran unsri (di kampus unsri indralaya masih banyak hutan jadi bisa belajar sekaligus wisata alam). Terlihat dibelakang masih ada kabut asap.
Sensor (privasi orang)
Tapi setelah kami makan bersama sekitar jam 12.00, hujan pun turun sangat deras. Setelah 10 menit hujan deras, kami kembali ke fakultas untuk melaksanakan perkuliahan. Sore hari hujan kembali turun, penulis pulang dengan cukup memotret satu foto ini saja karena baterai handphone sudah tinggal belasan persen.
Hujan itu terus berlanjut sampai malam hari, dan penulis pikir inilah akhir dari masa kabut asap.
Jumat, 15 November 2019
Pagi yang sangat dingin di kota yang sudah lama rindu hujan. Sisa hujan semalam membekas di halaman rumah, sangat damai rasanya melihat dedaunan hijau tumbuh tanpa ditutupi debu.
Foto ini penulis ambil disiang hari sebelum dan setelah jumatan.
Spoiler for 15nov:
Bisa terlihat jelas langit biru disana, tanpa ada kabut asap di kejauhan.
Sore hari tadi, ada pemandangan indah sewaktu akan pulang kerumah. (maaf video tidak memiliki stabilizer)
Sampai saat ini penulis masih ragu apakah hari esok langit akan biru, ataukah kabut asap kembali menyelimuti?.
Entahlah... yang pasti seharusnya ada orang yang bertanggung jawab atas bencana ini. Walaupun pihak berwenang sudah mengerahkan semua kemampuannya, tetap saja kebakaran terjadi selama berbulan bulan.
Semoga pelaku ditemukan, dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini.