monicameyAvatar border
TS
monicamey
Mereka Yang Tertinggal
Ini adalah kisah yang ingin aku bagi ke kalian semua. Aku menyadari jika kemampuan yang kumiliki saat ini membuat mereka senang karena mengira bisa menolong membebaskan mereka dari dunia ini dan bisa kembali ke alamnya. Mereka akan datang secara tiba-tiba tanpa sadar. Mereka seenaknya sendiri menemui dan tak mengenal waktu.

Ada satu cerita di mana aku melihat mereka di jalan. Memang kadang aku tidak bisa membedakan mana yang manusia atau mana yang penampakan karena mereka berbaur di tengah-tengah kerumunan manusia.

Kala itu aku sedang menyusuri jalan menuju ke kos. Maklum busnya hanya berhenti di depan gang saja tidak sampai masuk. Saat itu hari sudah mulai petang kalau tidak salah sudah hampir Maghrib. Aku berpapasan dengan seorang kakek yang aku perkirakan usianya 60 tahunan. Dari jauh aku melihat kakek ini sedang terburu-buru mengejar sesuatu tapi aku salah, semakin mendekat dan hampir menyapa aku baru menyadari jika yang kulihat bukanlah manusia, tetapi mereka yang tidak nampak. Mata kami saling menatap dan beliau hanya melihatku heran kemudian tanpa senyuman beliau melayang.

"Aku harus cepat. Tidak boleh terlambat."

Sebelum ia hilang di dalam keremangan malam, aku sempat mendengar ia mengatakan sesuatu. Aku tidak tahu apa maksud dari perkataannya. Apakah ia menunggu sesuatu atau ada hal yang belum sempat dikatakan? Aku tidak tahu pasti. Sesaat ketika mata kami saling bertatapan aku melihat masa lalunya hanya sekilas. Aku rasa dirinya ada masalah dengan keluarga meski tidak tahu apa masalahnya tapi kakek ini menyimpan kesedihan.

Jika pulang kuliah setelah pukul enam maka aku bertemu dengan kakek itu lagi. Perkataannya juga sama tiap harinya dan akan menghilang begitu saja. Aku tak menyapanya lagi sejak saat itu dan berpikir biarlah  seperti itu. Aku tak bisa menolongnya karena itu bukan hakku.

*****

Kalau melihat rumah kosong, gelap dan di tumbuhi ilalang apa perasaan kalian? Takut, bukan? Atau hanya biasa saja?

Di sekitar kos aku ada sebuah rumah yang besar dan bertingkat. Sayang rumah itu lama sudah tidak berpenghuni. Di sekitar temboknya sudah penuhi lumut dan banyak rumput-rumput liar yang mengelilingi rumah itu.

Di siang hari saja rumah itu terkesan angker apalagi di malam hari? Suasana dan aura rumah itu tidak mengenakkan. Kebetulan waktu itu aku sedang ada tugas bersama di rumah teman dan pulangnya melewati rumah bercat merah di bagian sisinya.

"Ayo main. Kita bermain di sini."

"Kami senang di sini."

Mereka tidak sedang menyapaku tetapi mereka sedang berbicara dengan yang serupa dengan mereka. Aku memperlambat langkahku untuk melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi.

"Jangan main di sini."

Aku diam sejenak melihat pemandangan yang tak biasa. Rumah ini sebenarnya gelap tetapi di penglihatanku rumah ini terang benderang seperti ada lampunya. Mereka tak menyadari kehadiranku di luar pagar.

Aku bisa melihat sepasang suami istri beserta dua anak lelaki dan perempuan yang duduk di teras. Anak-anaknya bermain di halaman depan. Mereka adalah keluarga yang bahagia sepertinya karena aku tidak melihat hal-hal yang buruk di keluarga ini. Aku juga tidak bisa melihat masa lalu mereka. Juga tidak paham mengapa mereka masih di rumah ini dan beraktifitas layaknya manusia.

Di jendela atas aku bisa seorang anak lelaki Belanda sedang mengintip ke bawah sambil tersenyum. Di rumah ini bukan keluarga ayah ibu dan anak itu saja yang tinggal, tetapi juga anak belanda dan tante kunti yang rambutnya menjuntai.

"Mbak, kok di sini?"

Aku malu ditegur satpam perumahan karena sudah terlalu lama berdiri menatap rumah ini.

"Saya hanya lihat saja rumah ini, Pak."

"Jangan terlalu lama melihat rumah ini. Seram loh, Mbak," canda pak satpam yang menurutku tidak sopan.

Ketika aku akan pergi meninggalkan rumah ini. Sejenak aku menolehkan kepala melihat mereka melambaikan tangan sambil tersenyum dan semua kembali seperti semula. Gelap dan suram meskipun masih ada suara khas anak-anak.

Di satu sisi aku berpikir mungkinkah mereka masih betah tinggal di dunia manusia meskipun mereka sudah tiada? Atau mereka tidak tahu jika sebenarnya mereka sudah meninggal?

Antara kasihan hendak menolong dan takut jika mereka tak bisa menerima kenyataan tentang kematian mereka.

Mereka memang tidak sampai mencelakai orang-orang di perumahan ini. Kadang mereka muncul secara tiba-tiba tanpa kita tahu. Aku tahu mereka menderita di dunia ini. Di atas mereka tidak di terima. Di bumi mereka ditakuti.

Tiap melewati rumah ini aku selalu melihat mereka yang sedang duduk di teras sambil memperhatikan anak-anaknya yang belarian di halaman. Biarlah mereka dengan dunianya sendiri.

*****

Hari itu suasana kos sedang sepi karena anak-anak kos sedang berbuka puasa di kampusnya. Hanya ada aku dan kakak di kos.

Saat aku mau ke dapur tanpa sengaja melihat ke arah kamar atas. Aku pikir siapa yang mengintip dari atas ternyata ada seorang pria yang memakai pakaian di era 60-an.

"Hai ..."

Dia menyapa dan melambaikan tangannya sembari berjalan- jalan dengan bersenandung kecil yang aku tidak tahu lagu apa yang dia nyanyikan, tetapi tampaknya tidak ada raut wajah kesedihan. Dia bersikap biasa saja menjalani kehidupannya. Bernyanyi, menyapaku jika bertatap mata dan bersiul dengan riang.

"Aku tidak akan lama di sini. Hanya sementara saja."

"Mau ke mana?"

"Suatu saat nanti jika kamu seperti saya akan tahu jawabannya."

Dia memang sementara di kosku. Istilahnya menumpang. Dia suka di kosku apalagi ada yang bisa melihatnya dan tidak takut. Memang wajahnya tidak menakutkan. Tidak ada luka atau goresan. Mungkin saja dia meninggal karena usia. Usianya kisaran 40-an.

Tempat kos ini terbilang unik sering menjadi tempat persinggahan sementara mereka. Kadang ada mbak kunti, mas genderuwo, tuyul dll. Jika aku bertanya jawaban mereka adalah mereka suka saja tinggal di kos.

Untunglah mereka tidak menggangguku hanya seliweran saja di depan kamar atau lantai atas. Setidaknya mereka tahu diri jika mau menumpang sementara di sini.

*****

Ya itulah sepenggal cerita mereka yang masih tertinggal di dunia ini. Bukannya mereka tidak mau pergi tetapi ada hal atau urusan di dunia yang harus mereka selesaikan. Mereka merasa tidak nyaman jika urusan yang belum selesai di tinggal begitu saja hanya karena kematian. Kadang mereka bukannya mengganggu kita tetapi mereka ingin meminta tolong atau hanya sekedar mendengarkan cerita kehidupan mereka saat hidup.

Jika sampai mereka sampai mengganggu atau bahkan ada yang masuk dalam tubuh seseorang itu karena mereka ingin ada yang mendengarkan mereka dan bahkan ada yang sengaja masuk ke dalam tubuh seseorang hanya untuk bisa pergi dari dunia ini.


=Selesai=

Terima kasih telah membaca thread ini, Gansis.
Riffat08Avatar border
liverdAvatar border
liverd dan Riffat08 memberi reputasi
0
354
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan