- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Budak Hideung (Kumpulan Cerpen Sahabat Warkop Bp).....


TS
simsol...
Budak Hideung (Kumpulan Cerpen Sahabat Warkop Bp).....

Quote:
KATA PENGANTAR
Semua kisah yang tertuang disini merupakan fiksi semata.
Walaupun ada yang berdasarkan kisah nyata.
Akan tetapi tetaplah menjadi tulisan fiksi.
Segala cerita di trit ini merupakan karya beberapa penghuni warkop bp.
Ts hanya sebagai juru tulisnya saja.
Jikalau banyak kesalahan dalam penulisan mohon bimbingannya yaa gansis.
Semua kisah yang tertuang disini merupakan fiksi semata.
Walaupun ada yang berdasarkan kisah nyata.
Akan tetapi tetaplah menjadi tulisan fiksi.
Segala cerita di trit ini merupakan karya beberapa penghuni warkop bp.
Ts hanya sebagai juru tulisnya saja.
Jikalau banyak kesalahan dalam penulisan mohon bimbingannya yaa gansis.

Spoiler for (URBAN LEGEND)BUDAK HIDEUNG:
Sore itu tampak Tanli dan Oken duduk di teras depan rumah kontrakannya.
Wajah mereka terlihat kusut layaknya kaos oblong belum ketimpa setrikaan.
"Haisssh Ken.Gimana ini kita di kejar terus setoran artikel sama bos Mia!"keluh Tanli lalu mengisap rokoknya lalu menyemburkannya mirip cerobong asap kereta api jaman dulu.
"Gue juga heran Li,bos Mia kenapa sih nguber-ngubernya ke kita tuk nulis artikel di medianya.Kaya nggak ada orang lain aja mah di kantor!"gerutu Oken.
"Yaelah Ken.Pan kemaren kita terima honor gede karena tulisan kita tentang mitos Nenek Ember laris manis.Nah sekarang kita kudu nyari berita semodel itu,sayangnya otak gue lagi mepet jadi bingung nyari bahan beritanya!".
"Gimana kalo kita pergi ke kampung nenek gue.
Waktu gue masih seupil dan pernah tinggal disana, banyak banget cersem disana,Li,yang gue denger!".
"Cersem itu apaan Ken?.buset dah keluar lagi singkatan-singkatan ajaib lu yang membuat otak gue tambah kisut!"sungut Tanli.
"Hahahaha.Cersem itu cerita seram kaleee!"Oken ngikik melihat sobat karibnya misuh-misuh.
"Kenapa kagak balsem aja sekalian Ken!"seloroh kesal Tanli kemudian masuk ke dalam rumah.
"Woyyy Tanli.Balsem itu apaan?"teriak Oken dari luar.
"Yaelah Ken.Masa Balsem aja kagak tau.Itu kan obat gosok kalo lagi pegel-pegel"sahut Tanli dari dalam rumah cekikikan.
Oken pun ngedumel kesel karna di kerjain Tanli.
"Besok jadi kagak kita kerumah Nenek gue di kampung.sapa tau ada bahan tulisan kita disana?" Tanya Oken kenceng hingga membuat Abang bakso yang sedang menjajakan dagangannya langsung minder karena teriakannya kalah kenceng.
"Deal brader.Besok pagi kita otewe kesana!"wajah Tanli nongol dari balik pintu dan membuat Oken terkejut setengah hidup.
"Li...Kalo mau nongol permisi dulu kek,ketuk pintu dulu kek bikin gue jantungan aja!"gerutu Oken kesal.
"Kan gue yang di dalam,kenapa mesti gue yang permisi dan ketuk pintu"Tanli cekikikan di balik pintu.
Oken pun langsung menyambitnya dengan sandal jepit kesayangannya namun pintu itu sudah tertutup dan Tanli sudah kabur ke kamar mandi.
Tanli dan Oken sebenarnya berasal dari keluarga yang kaya raya di Surabaya.
Mereka mulai bersahabat semenjak masuk kampus yang sama hingga lulus persahabatan mereka tetap terjalin erat.
Karena bosan dengan rutinitas mereka sehari-hari di kota Surabaya.
Mereka pun memutuskan tuk pergi merantau meninggalkan kota tercinta mereka menuju ibukota dan mencoba belajar hidup mandiri dengan catatan setiap bulannya tetap aja mereka dapat kiriman uang yang jumlahnya cukup besar.
Rumah kontrakan mereka pun hasil dari patungan bulanan mereka yang cukup besar.
Belum lagi mereka masing-masing mempunyai mobil pribadi kiriman orang tuanya dan komplit dah kemandirian ala Tanli dan Oken,hihihihi.
Mereka pun mempunyai hobi yang sama yaitu sama-sama hobi menulis.
Kata mereka dengan menulis bisa membuat jari-jari mereka yang segede jahe bisa langsing seperti kunyit.
Iseng-iseng mereka mencoba mengirim hasil penyelidikan mereka tuk di jadikan karya jurnalistik di sebuah media online terkenal Warkop's News dan hasilnya,tulisan mereka cukup di gemari pembaca.
Warkop's News di pimpin oleh seorang gadis yang masih terbilang cukup muda.
Mia Wanita namanya.Perawakannya tidak begitu tinggi,bertubuh sintal dengan kulit cukup putih dan berwajah cukup manis.
Takkala Mia Wanita menawarkan kontrak kerja tuk Tanli dan Oken.
Mereka pun menolaknya dengan alasan mereka masih ingin bebas tanpa ikatan dan belum siap ke jenjang berikutnya,heheheehe.
Namun mereka berjanji akan selalu mencoba dan berusaha memberi yang terbaik di Warkop's News.
DESA SUKAASRI.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dengan mobil pribadi.
Sampailah mereka di Desa Sukaasri Kecamatan Kaluang Jabar.
Desa tersebut cukup ramai penduduknya dan terlihat masih asri alamnya.

Hari sudah hampir menjelang malam ketika mereka tiba di rumah Nenek dan Kakeknya Oken.
Setelah makan malam,mereka pun memutuskan tuk cepat tidur karena lelah melakukan perjalanan jauh walaupun malam ini malam minggu.
Jam di ruang tengah berbunyi sebanyak duabelas kali menandakan malam semakin larut.
Udara dingin mulai menjalari ke setiap penghuni Desa Sukaasri.
Termasuk Tanli yang terbangun karena kedinginan yang membuatnya pingin buang air kecil.
Dengan melangkah pelan.
Tanli keluar kamar menuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah.
Setelah menuaikan hajatan kecilnya.
Tanli pun bergegas tuk kembali ke kamar dan melanjutkan tidurnya.
Namun baru Dia melangkah terdengar cekikin anak kecil berlari di luar rumah.
"Buset,jam segini masih ada aja anak-anak kampung disini berkeliaran!"gumam Tanli setengah mengantuk.
Dia pun melanjutkan langkahnya kembali.
"Duk...duk...duk"
Suara pintu belakang di gedor membuat Tanli rada kesal.
Gimana kagak kesal,matanya yang mulai turun voltasenya tiba-tiba langsung naik tinggi alias ilang dah tuh rasa kantuk karena kaget mendengar pintu di belakangnya di gedor.
Dengan kesal.Tanli pun berniat memarahi tuk anak-anak yang ada di luar.
Kemudian Dia menuju pintu tersebut dan membukanya.
Hawa dingin langsung menerpa tubuhnya.
"Astogeeee..... dingin sekali di luar ternyata"jerit Tanli dalam hati.
Kemudian Dia celingukan mencari bocah iseng tersebut.
Penerangan di belakang rumah tersebut tidak begitu memadai tuk menerangi keseluruhan area tersebut.
Sebagian masih berselimutkan gelapnya malam.
"Mana tuh bocah kurang kerjaan!"kata Tanli sambil menggaruk kepalanya walaupun tidak gatal.
Suara gemersek rerumputan terdengar dari samping rumah.
Tanli pun melangkah menuju samping rumah yang di penuhi semak belukar dan beberapa pepohonan.
Karena terlalu gelap dan kesulitan tuk melihat.
Dia pun memutuskan tuk kembali menuju pintu belakang dan masuk kerumah.
Belum juga Dia melangkah.
Kembali terdengar suara orang berlari.
Dia pun langsung menoleh dan melihat sekelebat sosok bocah berkulit hitam berlari menuju ke depan jalan.
"Tuh bocah manknya kagak di perhatiin ama ortunya kaleee.Malam-malam gini malah di biarkan mainan di luar rumah!"Dia misuh-misuh dalam hati.
"Bodoh amat dah.Mending gue lanjutkan tidur dan besok pagi ngecengin neng geulis dimari"
Pintu belakang telah di tutupnya dan kemudian Dia melangkah menuju kamar tidurnya.
"Duk...duk...duk..."
Pintu itu kembali di gedor.
Kali ini emosi Tanli langsung naik.
Dia merasa di kerjain tuh bocah.
Dengan penuh emosi.Dia pun bergegas membuka pintu namun kembali Dia melihat tak ada orang disana.
Namun takkala Dia menengok kebawah.
Tampak berdiri seorang bocah hitam legam memandangnya.
Tanli pun langsung rebah tak sadarkan diri.
INTERVIEW WITH WARGA
Pagi itu,tampak Tanli dan Kakek Oken lagi asyik mengobrol di teras depan.
Sedangkan Oken sedang pergi menemani neneknya ke pasar.
"Mangstap kali nih kopi,Kek!"ujar Tanli sembari menyeruput kopi hangatnya.
Kakek hanya tersenyum melihatnya.
Kemudian dia pun bertanya kepada Tanli tentang kejadian semalam.
"Kagak ingat jelas,Kek.Cuman melihat sosok bocah bercelana kolor dan kulitnya hitam!"jawab Tanli.
"Budak Hideung"gumam Kakek pelan.
"Apaan itu,Kek,Budak Hidung?"tanya Tanli penasaran.
Kakek pun tertawa mendengar perkataan Tanli.
"Budak Hideung nak Tanli bukan Budak Hidung atuh,hahahaha!"Kakek memberi penjelasan.
"Budak Hideung itu memang seperti bocah umur enam tahunan.Mereka jarang mengganggu warga disini.Mungkin tadi malam dia ingin kenalan dengan nak Tanli karena baru di lihatnya"lanjut Kakek.
"Waduh,Kek.Ogah mah kenalan dengan mereka!"kata Tanli yang masih trauma akan kejadian semalam.
Siang harinya.Oken dan Tanli asyik berkeliling desa memakai motor win kepunyaan Kakek Oken.
Maksut hati ingin melihat para gadis di desa tersebut namun ternyata para gadis di desa tersebut asyik di dalam rumahnya masing-masing.
"Ide lu kali ini brilian,Ken.Siang bolong keliling desa tuk ngecengin gadis dimari ternyata zonk!"gerutu Tanli di atas motor.
"Kita itu harus berpikir out the box,Li dan tidak selamanya berhasil!"ujar Oken membela diri.
"Lu mah semirip dengan duo ajaib yang ada di Jakarta,Ken,pola pikirnya!"sahut Tanli.
"Gimana kalau kita singgah di warung kopi itu,Li?"tanya Oken.
"Lanjutkannnn,Ken!"seru Tanli.
Setibanya di warung kopi tersebut.Mereka pun berkenalan dan ngobrol dengan bapak-bapak yang sedang nongkrong bareng disana.
Pak Edi,Pak Asep dan Pak Solihin adalah tokoh masyarakat disana.
Iseng-iseng Tanli pun bertanya soal Budak Hideung kepada mereka dan Oken udah mempersiapkan alat rekamnya.
"Pak Edi,apa bener ada bocah yang suka keliaran malam-malam di mari?tanya Tanli.
"Budak Hideung maksud nak Tanli.Setiap pendatang baru yang datang ke desa ini biasanya akan bertemu mereka.Mungkin mereka ingin berkenalan saja.Mungkin merasa asing jadinya mereka penasaran tuk mendekat!"jawab Pak Edi.
Sejurus kemudian,Tanli pun melihat ke arah Oken lalu bertanya kepadanya.
"Lu berarti pernah liat dong Ken?".
"Kagak pernah sih,setau gue,Li"jawab Oken.
"Oken mungkin pernah liat cuman kagak ngerti!"sahut Pak Solihin tiba-tiba.
"Oken pertama kali kesini itu,sekitar usia 5 tahunan kayanya.Oken berteriak bahwa ada yang ngintip dia di jendela dan saat kejadian itu kebetulan saya ada di rumahnya Kakeknya Oken"lanjut Pak Solihin.
Oken tampak mencoba mengingat kejadian masa kecilnya namun hasilnya dia tetap tidak ingat.
Maklum Dia sangat jarang berkunjung ke desa Kakeknya di karenakan orang tuanya tinggal di Surabaya sejak mereka menikah.
"Selain kejadian itu,ada kejadian yang lain Pak Solihin?"tanya Tanli penasaran.
"Ada nak Tanli.Waktu itu keponakan saya dan istrinya datang berkunjung ke kampung ini beserta kedua anaknya.Satu malam keponakan saya terkaget-kaget saat asyik main PS bersama anaknya yang paling besar,dia melihat wajah hitam legam mengintip mereka di balik pintu depan rumah saya.Kemudian dia menghampiri namun Budak Hideung itu berlari ke samping rumah saya yang penuh dengan rerumputan sambil cekikikan!"cerita Pak Solihin sembari menyeruput kopi panasnya.
"Wah serem juga yaa,mirip kejadian yang lu alami tadi malam Tanli!"sahut Oken menatap Tanli.
"Lha,nak Tanli juga mengalaminya ternyata"seru Pak Asep yang sedari tadi mendengar percakapan di warung kopi tersebut.
Tanli hanya tersenyum kecut mengingat apa yang terjadi kepadanya semalam.
"Apakah tidak ada ritual khusus tuk mengusir mereka dari kampung ini,Pak Asep?"Tanya Oken.
"Buat apa mereka di usir,nak Oken.Mereka mungkin penduduk asli di sini sebelum manusia datang dan mendiami kampung ini dan selama ini mereka tidak pernah mengganggu warga disini,nak Oken,kecuali para pendatang!"jawab Pak Asep tersenyum melirik ke arah Tanli.
Seisi warung kopi tersebut pun tertawa kecil.
Setelah di rasa cukup menggali informasi.
Mereka pun pamit tuk kembali ke rumah Kakek Oken.
Belum lagi motor mereka beranjak pergi.
Tiba-tiba seorang anak remaja lelaki menghampiri mereka.
"Abang-abang ini masih penasaran mengenai Budak Hideung.Kalau masih penasaran,saya bisa ajak melihat tempat mereka biasa main!"ajak remaja lelaki tersebut.
Oken langsung mengiyakan kemudian dia pun bertanya.
"Boleh dah.Tapi namamu lu siapa dulu Dik dan tinggal dimana?"
"Nama saya Permana.Saya tinggal nggak jauh dari rumah kakeknya Abang Oken!"jawab remaja tersebut.
"Jadi kapan bisa ajak kami kesana, Permana?"tanya Tanli.
"Besok malam aja Bang.Kan besok lusa tanggal merah dan saya libur sekolah lagi.Nanti saya yang kerumah Kakek,bagaimana abang sekalian ?"tanya Permana antusias.
"Oke dah,Permana!"jawab mereka bareng.
"Tapi ada sedikit biaya keringat yaa Bang?"tanya Permana nyengir.
"Gampang itu Permana.Yang penting jangan bohong ama kami!"sahut Oken.
"Tenang aja Bang,jaminan mutu dah!"kata Permana sambil mengangkat jempolnya dan berlalu pergi.
Mereka pun beranjak pergi dari warung kopi tersebut seiring hari menjelang senja.
SEPASANG MATA
Malamnya Tanli dan Oken sibuk mempersiapkan alat perburuannya tuk besok malam.
Handycam,senter dan lotion anti nyamuk pun mereka persiapkan.
"Jadi kita bakal bikin tulisan tentang Budak Hideung ini,Ken?".tanya Tanli mencari kepastian.
"Yoii,Brader.Budak Hideung ini kan urban legend daerah sini dan menarik tuk di angkat kisahnya layaknya Nenek Ember kemarin,Li!"jawab Oken sok bijaksana.
Tanli pun mengangguk pelan.
Bukan karena mengerti tapi lebih karena rasa kantuknya datang menyerang.
Melihat itu,Oken langsung melempar sarung yang ada di tangannya.
Tanli langsung merenggutnya dan memasukannya ke kakinya kemudian merebahkan diri tuk bersiap ke dunia mimpi.
Malam ini,Oken tidak begitu merasa mengantuk jadi dia memutuskan tuk membuka laptopnya dan mencoba menulis tentang Budak Hideung dengan informasi yang di dapatnya tadi siang.
Lolongan anjing terdengar dari kejauhan.
Membuat Oken sedikit merasa takut.
Namun karena sedang menulis,dia pun membuang pikiran takutnya dan mencoba fokus tuk terus menulis di laptopnya.
"Waduh kopiku abis pula!"dia menggerutu pelan.
Lalu dia beranjak keluar kamar menuju dapur tuk membuat segelas kopi hangat tuk menemani dia menulis malam ini.
Setelah selesai membuat kopi,dia pun kembali ke kamar dan melanjutkan menulisnya.
Tanpa dia sadar,sepasang mata misterius terus memperhatikan gerak-geriknya melalui jendela kaca yang tertutup kain panjang.
Namun acap kali bergoyang ke kanan dan kiri karena tertiup angin yang berasal dari kipas angin.
Membuat sepasang mata tersebut muncul dan hilang di balik jendela seiring ayunan kain tersebut.
"Kog gue merasa ada yang perhatiin yaaa"kata Oken dalam hati.
Dia pun memandang sekeliling kamar tersebut.
Namun tak satu pun ada yang mencurigakan.
Kemudian dia melanjutkan kembali menulis di laptopnya.
Perasaan tidak enak masih menjalar di hatinya dan dia mencoba membuangnya dengan fokus menulis.
Sepasang mata tersebut masih disana dan masih terus menatap ke arah Oken.
Tanli yang terlelap tidur akhirnya terbangun karena rasa ingin buang air kecilnya.
Dia pun kaget bukan kepalang saat matanya tidak sengaja menatap ke arah jendela yang kain penutupnya tersibak karena angin.
Mata tersebut kemudian berpaling ke arah Tanli.
"Ke...ke...ken!"panggil Tanli terbata-bata karena ketakutan.
"Apaan sih Li.Kenapa suara lu parau gitu!"sahut Oken lalu membalikan tubuhnya menghadap Tanli.
"Co...co...coba lu liat ke arah je..je..jendela Ken!"tunjuk Tanli gemetaran.
Oken pun beranjak dari kursinya dan menuju jendela.
Kemudian dia menyibak kain tersebut namun tidak ada apapun yang terlihat di jendela kecuali suasana remang malam dan pohon kecil yang tumbuh tak jauh dari jendela tersebut.

"Kagak ada apa-apa,Li!"sahut Oken lalu beranjak kembali ke mejanya tuk melanjutkan tulisannya.
Seiring Oken berjalan membelakangi jendela tersebut.
Sepasang mata misterius itu kembali hadir dari bawah bibir jendela secara perlahan naik ke atas layaknya orang sedang mengintip.
Tanli yang melihat itu langsung menunjuk ke arah jendela sambil menatap Oken.
Oken pun secara reflek membalikan badannya.
Alhasil tatapan matanya langsung beradu dengan pandangan mata misterius tersebut.
Tanpa aba-aba mereka berdua serentak langsung kabur dari kamar tersebut, sambil berteriak memanggil Kakek dan Nenek Oken.
Diubah oleh simsol... 15-11-2019 08:20






nona212 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
5.5K
Kutip
69
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan