m.tribunnews.com



Jumpa lagi di Threadpagi-pagi buta dari Author. Mumpung bisa bangun dan kepala tidak berat buat mantengin layar ponsel. Lah, kok ponsel? Iya, Author nulisnya masih pakai ponsel.

Udah-udah, enggak perlu terharu, biasa saja!

Thread kali bakalan bahas soal Pahlawan baru Indonsia. Adanya negara ini saja juga tidak lepas dari jerih-payah para Pejuang, ya.

Gelar Pahlawan ini didapat oleh Almarhm Prof. Dr. M. Sardjito. Gelar tersebut diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada perwakilan keluarga di Istana Negara pada hari Jumat, tanggal 8 November 2019.

Jika Agan-Sista search di Google tentang sosok ini maka akan muncul titelnya sebagai dokter. Ternyata, dokter yang lahir di Magetan tanggal 13 Agustus 1889 ini bisa menjadi panutan keluarga dan telah berjuang untuk kepentingan masyarakat dalam bidang kesehatan. Bahkan, moto hidunya saja keren, loh, Gan-Sist. yaitu; menjadi kaya dengan memberi. Maksudnya, jangan segan untuk memberi karena dengan memberi bisa menjadi kaya.



M Sardjitotelah wafat tanggal 6 Mei 1970 di Yogyakarta. Semasa hidup, Beliau memiliki sederet riwayat perjuangan di bidang kesehatan dan dunia pendidikan kedokteran.

Salah satunya adalah pada masa revolusi Indonesia dan saat terbatasnya tenaga medis sebagai penunjang perjuangan. Bersama Ki Hajar Dewantara dan Prof. Notonagoro, Beliau mendirikan Perguruan Tinggi Kesehatan.

Lalu, pada Tahun 1943, M Sardjito ini jadi Ketua Izi Hokakai atau Himpunan Pengabdi Masyarakat di Semarang dan pada 1945 ditunjuk sebagai ketua PMI Bandung dan berhasil mengambil alih Institut Pasteur Bandung atas perintah Menteri Kesehatan yang kala itu dipegang oleh Dr. Boentaran. Beliau memindahkannya ke Klaten, Jawa Tengah karena mendapatkan serangan dari Tentara Inggris.

Kala itu, M Sardjito bahkan juga mendirikan rumah sakit sederhana di rumahnya di Desa Sedang Jimbung, Klaten dan menyiakan vaksin serta obat demi mendukung kekuatan angkatan perang dan masyarakat di Tahun 1946. Lalu, seiring berjalannya waktu, beliau memindahkan fakultas dan rumah sakitnya ke Yogyakarta.

Namun, karena keterbatasan fasilitas, ia pun menyulap kandang kuda Keraton Yogyakarta menjadi rumah sakit. Pendopo Kadipaten Mangkubumen menjadi ruang kuliah sedangkan kamar-kamar abdi dalem Keraton dimanfaatkan jadi ruangan laboratorium.


Liputan6.com

Sardjito, merupakan anak dari pasangan Sajit dan Karminah, adalah sosok yang terlibat dalam pendirian dan pengembangan beberapa perguruan di negara kita ini, Gan-Sist. Mana saja, ya?
Di antaranya; Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Jenderal Sudirman, dan Universitas Islam Indonesia.

Tak disangka, M Sardjito adalah rektor pertama Universitas Gadjah Mada pada Desember pada Tahun 1949 sampai 1961. Bukti tanda kehormatan yang beliau milki adalah:
1. Bidang Gerilya pada 1958
2. Bintang Mahaputera Utama pada 1961
3. Bintang Mahaputera Adipradana pada 1970
4. Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan pada 1961
5. Satyalancan Karya Satya pada 1961



Wah, keren, ya, Gan-Sist. Akhirnya, daftar pahlawan di Indonesia bertambah juga. Segala bentuk dukungan untuk negara pada zaman dulu, yang terlihat dalam pengupayaan kemerdekaan negara memang patut diapresiasi.