- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengemis Online Minta Donasi 200 Juta Untuk Menikah


TS
arbib
Pengemis Online Minta Donasi 200 Juta Untuk Menikah
Istilah pengemis online, mungkin bisa dijabarkan sebagai pelaku kegiatan pengepul dana secara sukarela, dengan memanfaatkan fasilitas digital.

Padahal, si pelaku, mungkin saja tidak selayaknya atau pantas melakukan hal tersebut

sumber gambar dan informasi ; https://mobile.
Semua kini serba online. Kemajuan teknologi informasi, ada kalanya membuat hampir semua kegiatan mainstream menjadi ekstrim. Fenomena pengemis online kini mulai marak. Alasannya tentu saja macam macam. Salah satunya perbincangan viral yang ada di Twitter berikut ini:
Maraknya situs dan aplikasi penggalangan dana menjadi peluang tersendiri bagi kalangan tertentu. Situs yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan orang yang memang betul-betul membutuhkan, kini mulai di jamah, tangan jahil dan iseng. Iseng iseng berhadiah. Mungkin begitulah maksudnya.
Minta donasi untuk biaya pernikahan, wow, enak bener tuh. Kalo yang seperti ini sukses, kemudian hari tentu akan bertumbuhan penggalangan donasi dengan cara serupa. Istilah halusnya penggalangan donasi. Namun kalo secara kasar, penyalahgunaan fasilitas online penggalangan donasi ini, bisa kita sebut dengan modus pengemis online.
Dalam perbincangan Twitter, tema yang membahas tentang pengemis online, untuk kebutuhan pernikahan ini, mendapat banyak respon. Pada umumnya adalah respon negatif atau hujatan. Karena netizen beranggapan, kalo mau menikah, ya mesti menyesuaikan dengan kemampuan. Istilahnya sadar diri.
Bila ada acara adat atau pesta pernikah yang harus digelar, kan bisa disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Kalo mau meriah ya mesti kerja keras usaha, untuk mengumpulkan dana. Bukannya malah minta donasi terbuka secara online. Ini bisa jadi penyakit tumbuh dan berkembang biaknya, modus pengemis online di kemudian hari.
Pada kasus viral sebelum minta donasi untuk biaya pernikahan ini, netizen ramai ramai mengkritik, penggalangan donasi untuk Novi. Novi yang diceritakan memiliki impian kuliah di turki, dibuatkan event penggalangan dana pada situs kitabisa.
Yang menjadi persoalan dan dikritik oleh netizen, karena universitas yang dituju tersebut, ternyata memiliki rating kualitas rendah dibawah rata rata perguruan tinggi dalam negeri. Terus yang kedua, penggalangan dana tersebut, di prakarsai oleh akun official lembaga zakat ternama. Infonya bisa di cari di sosial media dengan kata kunci pencarian: " zakat donasi Novi turki ".
Walaupun untuk donasi tersebut, mungkin bukanlah kategori atau bisa digolongkan sebagai kegiatan pengemis, banyak netizen menilai, bahwa keinginan kuliah di turki tersebut, hanyalah keinginan yang terlalu ambisius. Karena kuliah diluar negeri, mendapatkan beasiswa sekalipun, akan tetap membutuhkan biaya tinggi. Apalagi jika beasiswa yang didapat hanya sebatas biaya kuliah.
Netizen juga banyak yang memberikan nasihat, jika didalam Negeri kita sendiri, ada banyak universitas ternama, yang bisa dimasuki via jalur prestasi dan dapat pula beasiswa. Namun memang untuk mendapatkan itu, mesti bersaing dan harus mampu membuktikan kemampuannya untuk memenangkan persaingan.
Dua contoh penggalangan donasi online tadi merupakan problematika, yang muncul mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Penggalangan donasi yang sebelumnya biasanya via pintu ke pintu, berita di media cetak dan televisi, kini mulai merambah ke dunia digital.
Sayangnya, pertumbuhan teknologi ini, dan fasilitas yang sebetulnya bagus tersebut. Menimbulkan celah baru bagi orang-orang yang terbiasa menyalahgunakan sesuatu. Dikit dikit minta donasi. Lama lama, biaya hidup sehari-hari pun, hingga nginep di hotel bintang 5 setiap hari, bisa saja nanti muncul ada yang bikin. Jadinya kan udah ngga bener itu.
Isu pro kontra donasi 200 juta untuk biaya pesta pernikahan dan donasi untuk Novi kuliah di turki, bisa saja merupakan hal yang lumrah. Ada juga yang pro tentunya. Ngga semuanya kontra.
Sebetulnya, yang memberikan donasilah yang harus punya pertimbangan matang. Wajar nggak sih kasih donasi, ,,,..? . Kira kira pertanyaan itulah yang ada dalam masing-masing pribadi kita. Bila dinila wajar dan ada dana untuk disumbangkan, boleh boleh saja. Tapi kalo kita nilai ngga wajar, ya cuekin aja lah. Begitu aja sih sebenarnya.
Sampai jumpaDan baca juga Thread santuy Yang lainnya

Padahal, si pelaku, mungkin saja tidak selayaknya atau pantas melakukan hal tersebut
Quote:

sumber gambar dan informasi ; https://mobile.

Semua kini serba online. Kemajuan teknologi informasi, ada kalanya membuat hampir semua kegiatan mainstream menjadi ekstrim. Fenomena pengemis online kini mulai marak. Alasannya tentu saja macam macam. Salah satunya perbincangan viral yang ada di Twitter berikut ini:
Maraknya situs dan aplikasi penggalangan dana menjadi peluang tersendiri bagi kalangan tertentu. Situs yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan orang yang memang betul-betul membutuhkan, kini mulai di jamah, tangan jahil dan iseng. Iseng iseng berhadiah. Mungkin begitulah maksudnya.
Minta donasi untuk biaya pernikahan, wow, enak bener tuh. Kalo yang seperti ini sukses, kemudian hari tentu akan bertumbuhan penggalangan donasi dengan cara serupa. Istilah halusnya penggalangan donasi. Namun kalo secara kasar, penyalahgunaan fasilitas online penggalangan donasi ini, bisa kita sebut dengan modus pengemis online.
Dalam perbincangan Twitter, tema yang membahas tentang pengemis online, untuk kebutuhan pernikahan ini, mendapat banyak respon. Pada umumnya adalah respon negatif atau hujatan. Karena netizen beranggapan, kalo mau menikah, ya mesti menyesuaikan dengan kemampuan. Istilahnya sadar diri.
Bila ada acara adat atau pesta pernikah yang harus digelar, kan bisa disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Kalo mau meriah ya mesti kerja keras usaha, untuk mengumpulkan dana. Bukannya malah minta donasi terbuka secara online. Ini bisa jadi penyakit tumbuh dan berkembang biaknya, modus pengemis online di kemudian hari.
Pada kasus viral sebelum minta donasi untuk biaya pernikahan ini, netizen ramai ramai mengkritik, penggalangan donasi untuk Novi. Novi yang diceritakan memiliki impian kuliah di turki, dibuatkan event penggalangan dana pada situs kitabisa.
Yang menjadi persoalan dan dikritik oleh netizen, karena universitas yang dituju tersebut, ternyata memiliki rating kualitas rendah dibawah rata rata perguruan tinggi dalam negeri. Terus yang kedua, penggalangan dana tersebut, di prakarsai oleh akun official lembaga zakat ternama. Infonya bisa di cari di sosial media dengan kata kunci pencarian: " zakat donasi Novi turki ".
Walaupun untuk donasi tersebut, mungkin bukanlah kategori atau bisa digolongkan sebagai kegiatan pengemis, banyak netizen menilai, bahwa keinginan kuliah di turki tersebut, hanyalah keinginan yang terlalu ambisius. Karena kuliah diluar negeri, mendapatkan beasiswa sekalipun, akan tetap membutuhkan biaya tinggi. Apalagi jika beasiswa yang didapat hanya sebatas biaya kuliah.
Netizen juga banyak yang memberikan nasihat, jika didalam Negeri kita sendiri, ada banyak universitas ternama, yang bisa dimasuki via jalur prestasi dan dapat pula beasiswa. Namun memang untuk mendapatkan itu, mesti bersaing dan harus mampu membuktikan kemampuannya untuk memenangkan persaingan.
Dua contoh penggalangan donasi online tadi merupakan problematika, yang muncul mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Penggalangan donasi yang sebelumnya biasanya via pintu ke pintu, berita di media cetak dan televisi, kini mulai merambah ke dunia digital.
Sayangnya, pertumbuhan teknologi ini, dan fasilitas yang sebetulnya bagus tersebut. Menimbulkan celah baru bagi orang-orang yang terbiasa menyalahgunakan sesuatu. Dikit dikit minta donasi. Lama lama, biaya hidup sehari-hari pun, hingga nginep di hotel bintang 5 setiap hari, bisa saja nanti muncul ada yang bikin. Jadinya kan udah ngga bener itu.
Isu pro kontra donasi 200 juta untuk biaya pesta pernikahan dan donasi untuk Novi kuliah di turki, bisa saja merupakan hal yang lumrah. Ada juga yang pro tentunya. Ngga semuanya kontra.
Sebetulnya, yang memberikan donasilah yang harus punya pertimbangan matang. Wajar nggak sih kasih donasi, ,,,..? . Kira kira pertanyaan itulah yang ada dalam masing-masing pribadi kita. Bila dinila wajar dan ada dana untuk disumbangkan, boleh boleh saja. Tapi kalo kita nilai ngga wajar, ya cuekin aja lah. Begitu aja sih sebenarnya.
Sampai jumpaDan baca juga Thread santuy Yang lainnya






bingungguaa dan 8 lainnya memberi reputasi
9
70.8K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan