Quote:
foto: google.com
Di zaman yang serba digital ini banyak kemudahan yang ditawarkan dan didapatkan oleh banyak orang. Dan semua ini tidak disia-siakan begitu saja oleh kaum milenial yang notabene menyukai kesimpelan dan sesuatu yang bersifat instant.
Mereka sering melupakan bahwa gaya hidup yang sedang mereka terima dari penawaran-penawaran itu tidak sehat bagi jiwa dan kantong-kantong mereka.
Banyak diantara mereka yang tak menyadari jika kemudahan dan kecepatan meraih yang diinginkan itu sebenarnya telah menyeret pada jurang masalah dan kesengsaraan.
Mereka terlena dengan gaya hidup modern dan milenial. Menjaga gengsi dan prestise di mata orang adalah alasan mengapa mereka sampai mengambil langkah yang berani tanpa perhitungan matang.
Apalagi ditunjang dengan kredit, promo, diskon dan pembayaran mudah yang sering ditawarkan. Tanpa berpikir panjang mereka dengan mudah memindahkan barang dari penjual ke rumahnya dengan sistem yang dikatakan mudah dan ringan.
Quote:
foto: google.com
Quote:
Kebanyakan faktor pemicu banyaknya kaum milenial yang terjebak hutang adalah:
1. Mudah membeli tanpa mau mencari perbandingan harga
Mereka percaya saja dengan produk yang ditawarkan oleh marketing. Asal senang dan bagus mereka akan dengan mudah membawanya pulang. Tak mau pusing-pusing berkeliling toko yang menjual produk yang sama karena hanya akan menghabiskan waktu dan tenaganya.
Mereka menganggap sepele hal demikian karena tak suka dengan urusan yang dianggap hanya meribetkan. Akhirnya setelah tahu di luaran ada yang lebih murah dengan kualitas yang sama mereka baru menyesal.
2. Gali lubang tutup lubang
Kebanyakan generasi sekarang sangat suka membeli sesuatu dengan cara mencicil. Padahal hal demikian akan sangat memberatkan. Jika saatnya ditagih untuk melakukan pembayaran mereka akan sempoyongan banting setir mencari pinjaman demi memenuhi angsuran yang harus segera dibayarkan.
3. Tergiur harga diskon dan promo
Banyaknya produsen ataupun toko penjual produk yang menawarkan promo dan diskon besar-besaran sering membuat para generasi milenial menjadi tak tahan untuk tak berbelanja.
Dengan alasan takut kehabisan, kapan lagi ada diskon dan promo akhirnya mereka rela mengeluarkan uang untuk kepentingan yang sebenarnya tidak penting dan emergency untuk disediakan.
Mereka kalap berbelanja meski terkadang barang yang mereka beli sebenarnya sudah ada di lemari rumah. Yang terpenting hasrat kepuasan terpenuhi tak peduli jika menguras kantong yang seharusnya belum saatnya kosong.
4. Tak pandai mengatur keuangan
Besar pasak daripada tiang menjadi masalah utama para generasi milenial sekarang. Mereka akan selalu mengeluh gaji hanya sampai di minggu pertama, dan menganggap terlalu kecil gaji yang mereka dapatkan.
Sebetulnya bukan itu masalahnya jika mereka mau sedikit berhemat dan menahan diri untuk tidak melakukan pemborosan. Mereka terlena dengan barang-barang bagus yang dipakai maupun dimiliki teman hingga akhirnya membabi buta membelanjakan uangnya demi memenuhi gaya hidup yang sama dengan mereka.
5. Terjebak dalam gaya hidup sosialita dan pergaulan
Poin ini termasuk hal yang paling berbahaya. Kenapa? Karena orang yang sudah terjebak dalam pergaulan yang mengedepankan gaya hidup tinggi akan berusaha memenuhi segala tuntutan meski harus dengan cara berhutang.
Kartu kredit yang dipegang akan berubah menjadi kartu sakti di tangannya. Tinggal gesek untuk membeli semua barang tanpa harus pusing membayar menjadi andalan. Tagihan yang bertubi dipikir belakangan yang terpenting bisa mendapatkan kesenangan dan bisa bergaya jetset seperti teman-teman pergaulannya.
Iya kalau gaji atau penghasilan lain memenuhi? Kalau tidak hanya akan menciptakan luka dan penderitaan. Karena segala cara akan ditempuh demi memenuhi segala kebutuhannya yang tak murah.
6. Kurang bijak dalam menggunakan media sosial
Tawaran diskon, cara berbelanja dan kemudahan membayar lebih sering menjadi sesuatu yang menggiurkan bagi kaum milenial.
Tanpa harus keluar keringetan dan berpanas-panasan apapun yang mereka inginkan bisa didapatkan hanya dengan menyentuhkan jari di layar 5 inchi mereka.
Mau makan, belanja baju, tas, sepatu, bahkan kendaraan bisa dilakukan dengan rebahan santai di kamar dan barang akan datang tepat di depan pintu kita.
Maka dari itu bijak dalam menggunakan sosial media dan ponsel cerdas pun sangat dibutuhkan.
Kalau sudah demikian, maka siapa yang akan pusing di belakang Gansist?
Semoga thread ini akan bermanfaat dan membuka mata Agan Sista sekalian untuk selalu bijak dalam mengelola keuangan dan tak mudah terpincut oleh penawaran yang memberikan segala bentuk kemudahan.
Walaupun semua bisa terpenuhi tapi hasil hutang kan enggak keren juga, ya Gansist? Lebih baik bergaya hidup sederhana tanpa hutang yang memusingkan akan lebih membuat bahagia.
Sumber : opini pribadi
Referensi :
baca di sini