Kaskus

Entertainment

cindylAvatar border
TS
cindyl
My Dad, My Inspiration
My Dad, My Inspiration

Semasa kecil, aku seperti kehilangan figur seorang ayah. Aku tidak pernah merasakan kehangatannya, saat aku SD teman-teman sebayaku berlomba-lomba membanggakan ayahnya, dan aku hanya bisa terdiam, aku minder. Siapakah yang patut aku banggakan, aku saja tidak terlalu mengenal ayahku sendiri. Dalam keseharianku hanya ada ibu. Aku dan ibu, kami berdua.

Apakah aku mempunyai ayah? Tentu saja, aku mempunyai ayah, ayahku bekerja sebagai buruh bangunan di negeri tetangga, negeri Malaysia. Entah sudah berapa lama ayahku mengais rejeki disana, yang ku tahu sejak aku kecil beliau sudah merantau. Beliau hanya pulang setiap 3 tahun pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri, dan itupun hanya sekitar 15 hari. Ketika ayah ada dirumah rasanya canggung sekali, sangat sulit bagiku untuk mengakrabkan diri dengannya.

Sampai saat aku remaja kelas 3 SMP, tepatnya saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibuku mengatakan bahwa Ayah akan pulang kerumah, dan kali ini pulang untuk selamanya, karna beliau memutuskan untuk mencari pekerjaan di kampung halaman agar bisa bersama Istri dan Anaknya, sangat jelas raut kebahagiaan diwajah ibuku ketika beliau mengatakan kabar ini. Tapi aku? Aku tidak peduli, ada atau tanpa Ayah bagiku sama saja. Dia tetaplah sosok ayah yang dingin, sosok ayah yang tak pernah kurindukan kehadiranya.

Dikampung ayahku bekerja serabutan, terkadang membantu tetangga disawah dengan menjadi buruh cangkul, terkadang menjadi pedagang keliling menjajakan makanan siap saji, jika sedang musim penghujan bahkan ayahku bekerja disungai mengumpulkan pasir didasar sungai dan menjualnya ke pengepul. Ayahku bukan tipe pemilih, pekerjaan apapun selama beliau sehat dan mampu asal itu halal pasti beliau lakukan. Rutinitas pagi ayahku adalah mengantarkanku sekolah dengan motor butut miliknya. Sekolahku berjarak 4 km dari rumah.

Kebersamaan kami tiap pagi belum mampu mencairkan kecanggungan diantara kami, sudah setengah tahun ayah dirumah, namun kami masih belum banyak mengobrol. Bahkan saat perjalanan ke sekolah kami seperti orang asing yang tidak pernah mengobrol, ketika aku turun dari motor aku hanya berucap "Assalamualaikum" sembari mencium tangan kanannya.

Ibuku sering menegurku karena aku tidak pernah duduk berdua dan mengobrol dengan ayah, aku hanya menjawab "Ya untuk apa aku mendekati ayah bu, ayah saja tidak pernah mau mendekatiku". Kadang aku juga heran kenapa ayah bisa sedingin itu denganku.

Aku mulai merengek pada ibu, karena aku merasa uang sakuku kurang, sedangkan sudah mulai ada penambahan jam pelajaran disekolah. Tapi ibuku menolak memberikan uang saku lebih, dengan alasan kita harus menabung untuk kuliahku nanti. Aku hanya bisa pasrah, karna aku tau watak ibuku, ketika dia sudah menolak entah seberapa keras usahaku untuk merayu jawabanya akan tetap sama.

Siang itu ketika aku meraba saku baju OSIS ku, aku mendapati uang 5.000 wow, aku agak heran karna aku tidak pernah menyimpan uang disaku baju, pasti selalu aku simpan di saku rok. Tapi aku menepis keraguanku seketika mungkin aku yang lupa. Tapi itu berlanjut setiap hari aku selalu menemukan uang 5.000 entah itu di kantong depan tasku, kantong samping, disaku baju atau bahkan terselip di buku pelajaran. Aku sempat curiga sepertinya ini ulah ibuku yang tidak tega karna aku terus mengeluh uang saku kurang. Tapi kenapa harus diselip-selipkan, aneh.

Besok pagi adalah deadline pengumpulan tugas UAS kejuruanku, aku belum bisa menyelesaikan web dinamisku, karna aku tidak mempunyai komputer dirumah, mau tidak mau aku harus mengerjakannya diwarnet. Sehabis isya ayahku mengantarku ke warnet tak jauh dari sekolahku, itu adalah warnet langgananku. Aku sudah berpesan pada ayah, pulang saja aku pasti lama disini nanti kalau sudah selesai aku kabari lewat sms. Akupun bergegas memesan bilik, ternyata pengerjaanya tidak secepat perkiraanku, kutatap jam dinding yang tergantung menunjukan pukul 10.30 artinya sudah 3,5 jam aku disini, kulihat diluar sedang hujan deras. Aku harus bergegas ketika hujan reda, tugasku juga harus selesai.

Aku sangat fokus sehingga tidak memperhatikan jam, dari pintu kaca depan aku bisa melihat kalau hujan sudah reda dan tugasku juga sudah selesai. Aku kaget ketika melihat jam sudah menunjukan pukul 12.05 aku segera mengambil handphone di tas kecilku dan mengirim sms ke ibuku.
"Bu aku sudah selesai, suruh ayah jemput bu"

Tidak lama kemudian handphoneku bergetar, sms balasan dari ibu. "Lho ayah ga ada dirumah, kan berangkat sama kamu tadi ndok". Aku kaget melihat sms ibu, lho ayah ga ada dirumah jangan-jangan ayah nungguin di depan. Aku bergegas keluar bilik dan membayar sewa. Ketika aku membuka pintu kaca hawa dingin langsung menyentuh kulit. Aku lihat motor ayah terparkir di ruko samping warnet, tapi aku tidak melihat keberadaan ayah, kutengok kanan kiri aku tetap tidak melihatnya.

Ada satu becak terparkir tidak jauh dari motor ayah, ketika aku memperhatikanya, ada seseorang yang duduk di dalam becak dan celananya mirip seperti celana ayah, aku bergegas menghampirinya. Sesampainya didepan becak aku sangat terhenyak melihat keadaan ayahku, beliau tertidur dengan tangan didepan dada tanda kalau beliau kedinginan, serta aku lihat celana ayahku sudah basah kuyup, efek hujan deras tadi. Deretan ruka warnet memang tidak mempunyai emperan untuk berteduh, jadi mungkin ayah memilih berteduh di becak ini. Ya alloh kenapa ayah tidak masuk kedalam warnet, 5 jam ayah menungguku disini kehujanan dan kedinginan.

Aku membangunkannya pelan, ayahku bertanya "sudah selesai?" Aku jawab "sudah" kita berdua berjalan menuju motor lalu pulang. Diperjalanan aku sempat bertanya, "kenapa ayah tidak pulang. Apa ayah tidak bosan menunggu 5 jam, diluar hujan dan dingin ayah ga bawa jaket"

Beliau hanya menjawab "Ayah lebih baik menunggu daripada meninggalkanmu sendirian".

Untuk pertama kalinya aku menitikan air mata ketika melihat pungggung ayahku, ayah yang selama ini kuanggap dingin, beliau mau berkorban untuku.

Sejak saat itu aku mulai membuka diri agar bisa berkomunikasi dan lebih dekat dengan ayah, dan aku mulai menyadari ternyata selama ini ayah sangat perhatian dan sayang kepadaku, dia sering diam-diam masuk ke kamarku hanya untuk mengecek apakah jendela sudah terkunci, bahkan aku baru tau yang menyeka sepatuku setiap pagi adalah ayah, serta yang menyelipkan uang 5.000 ditas/disaku juga ayah. Banyak bukti kasih yang telah aku lewatkan.

Dari ayah aku belajar, diam bukan berarti tidak peduli. Beliau hanya tidak mampu mengucapkanya dengan kata-kata. Dalam diam, beliau juga mencintai. INSPIRING PEOPLEmengajariku satu hal bahwa cinta tak perlu diumbar lewat kata-kata, sikap pedulimu sudah cukup untuk dijadikan bukti cinta.

Ayah engkau adalah panutanku, engkau adalah pahlawanku, semoga kelak aku bisa bertemu calon suami yang sepertimu, yang dalam diam nya sangat mencintai istri dan anaknya. Terimakasih untuk semua keringat yang telah engkau teteskan untuk kami. Terimakasih atas segala perjuangan dan pengorbananmu ayah. We love you Ayah. Dan terimakasih untuk MLDSPOTKONTENHUNT serta KASKUSXMLDSPOT karna event ini aku bisa mengungkapkan kekaguman dan rasa terimakasihku pada ayahku.

My Dad, My Inspiration

Diubah oleh cindyl 06-11-2019 08:56
sebelahblogAvatar border
sebelahblog memberi reputasi
1
345
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan