

TS
dwianggieprase
Perlahan Kembalinya Lagi Senyuman Reine
(Sudut Pandang Reine)
Hari ini adalah hari pertandingan final antar kelasnya kak Alek dengan Levei, sejujurnya aku tidak tahu harus mendukung siapa diantara mereka berdua. Ya meskipun aku masih menyukai ka Alek, tapi belakngan ini aku justru semakin akrab saja dengan Levei bahkan beberapa temanku menganggap kalo aku berpacaran denganya. Nyatanya sih aku gk ada persaan apa2 dengannya. Meski terkadang aku merasa sangat kehilangan jika bocah bepostur tinggi dan tegap itu tidak berangkat sekolah atau pun tidak ikut latihan basket. Aku juga sering kesel ketika melihat ada beberapa siswa permpuan yg mengelu-elukan namanya saat dia sedang bermain basket. Semenjak sering berlatih dia semakin jago saja mainya ya, tentu saja karena dia dulunya memang captain tim smp Nevada. Seiring dengan kemapuannya yg mulai kembali dia semakin tenar diantara siswa2 perempuan disekolah kami. Tidak seperti kak Alek, sikapnya sedikit berbeda dia terlihat kalem dan agak dingin. Ketika habis mencetak angka ka Alek biasanya melakukan sedikit selebrasi dan melambai2kan tanganya ke arah siswa2 perempuan yg menontonnya sperti sedang tebar pesona gitulah jauh bebeda dengan Levei yg meskipun banyak yg meneriaki namanya ketika habis mencetak angka dia tetap saja saja kalem sperti tidak terjadi apa2. Dia paling hanya sesekali melihat ke arah penonton yg berteriak histeris itu dengan ekspresi yg sangat datar. Satu kebiasaanya yg sedikt membuat aku bingung adalah dia sering melihat ke arahku setelah mencetak angka sambil tersenyum meskipun sangat sedikit, aku sama sekali gak ngerti maksud tingkahnya itu.
Hari ini aku memutuskan untuk lebih mendukung Levei daripada kak Alek, karena belakangan ini aku jadi sering melihat kak alek bersama dengan Annabelle itu bener2 membuatku kesal. Dan ternyata levei harus kalah dalam pertandingan kali ini, itu membuatku sedikit kecewa. Seusai pertandingan aku menghampiri ka Alek untuk memberikan ucapan selamat dan membawakanya sebotol air mineral sama persis seperti kebiasa2ku aku dulu sejak smp bersama kak Alek. Teteapi kali ini kak Alek mengabaikanku dia bilang sedang buru2 dan berlalu begitu saja. Aku bingung sekaligus kesal dengan sikapnya kali ini. Aku masih bengong melihat kak Alek yg pergi hingga tiba2 aku dikagetkan oleh Levei yg dengan seenaknya mengambil air yg aku pegang tadi dan langsung menenggaknya banyak2. Sedkit kesal sih, tapi tindakanya itu membuatku melupakan tentang kak Alek. Dia mengajaku ke kantin untuk meneraktirku es cream coklat favoritku.
Setelah membelinya Levei mengajakku untuk duduk dibawah pohon dekat kantin yg cukup rindang. Kami memakan ice cream itu bersama2 sambil sesekali mengobrol meskipun aku masih kepikiran tentang kak Alek tadi. Lama juga kami duduk2 disana hingga aku dikagetkan oleh 1 pesan yg baru saja diterima oleh ponselku. Kubuka dan kubaca isi pesan tersebut yg mengatakan Alek dan Annabele sedang bertemu diatap sekolah, tanpa permisi aku pun langsung berlari menuju ke atap sekolah karena penasaran. Berkali2 Levei memnggilku tapi aku mengabaikanya kali ini dan meninggalkanya seorang diri dibawah pohon itu.
Sesampainya dipintu yg menuju ke atap sekolah aku terpaku dan tak bergerak karena menyaksikan pemandangan di hadapanku. Samar2 aku mendengar perkataan Annabelle “ yah aku mu jadi pacar kamu lek” sontak tubuhku terasa bergetar dan lemas terdiam. Sejurus kemudian kulihat Alek tersenyum gembira sambil merapatkan tubuhnya ke Annabelle. Mataku mulai terasa menghangat dan berkaca2 dadaku terasa sesak bak ditekan suatu benda yg sangat keras. Sedetik kemudian air mataku mulai berjatuhan membasahi pipiku sendiri dan sebagian lagi mungkin terjatuh ke lantai. Kubalikan badanku sambil berusaha mengusapi air mata yg terus berjatuhan itu dengan kedua tanganku, kutarik nafas dalam2 dan kemudian aku berlari meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan dua insan yg sedang sangat berbahagia itu yg juga tanpa mereka sadari aku tak sengaja menguping pembicaraan mereka.
Aku berjalan cepat dengan setengah berlari sambil menangis, jika saja air mataku bewarna merah tentu saja akan meninggalkan jejak yg sangat ketaran di lantai2 yg aku lewati. Aku melangkah tanpa fokus sama sekali pikiranku entah kemana. Hingga tiba2 aku menabrak Levei yg sepertinya berniat menyusulku tadi. Dia megenggam tanganku dan menanyakan apa yg terjadi. Aku menghiraukanya dan terus berjalan cpat menuju ke pintu gerbang sekolah. Seingatku ada beberapa temanku yg menyapaku sepanjang aku berjalan tapi kareana sedang kalut aku tidak meghiraukan mereka sama sekali. Aku berjalan tanpa arah dan tujuan dan mungkin juga tanpa kesadaran.
Tanpa kusadari ternyata aku sudah berada persis di tengah garis putih di jalan raya yg cukup ramai itu. Kudengar beberapa pengemudi memarahiku karena tindakanku itu tapi aku tidak bergeming. Kenapa aku bisa sampai sinih yak? Pikirku. Inikan sangat berbahaya, bodoh ah ketabarak dan matipun aku juga gk papa asalkan rasa sakit ini bisa hilang. Aku masih berjalan tak menentu di tengah jalan raya itu hingga lagi2 aku dikagetkan dengan tangan yg tiba2 memegangi lenganku dengan sangat kuat, ya itu adalah tanganya Levei ternyata dia mengikutiku sampai sini. Aku memintanya untuk melepaskan tanganku tapi kali ini dia menolak malah mempererat pegangannya hingga aku merasakan sedikt sakit disitu. Dia menuntunku ke pinggiran jalan yg aman.
Dia masih memegangi tanganku dengan erat dan berkata akan mengatarkan aku sampai rumah. Aku tidak menjawab perkataanya tapi aku menuruti permintaanya. Kamipun menaiki bis kota yg menuju ke rumahku yg kebetulan emang satu arah dengan rumahnya, hanya saja rumahku sedikit lebih jauh. Selama di dalam bis kita tidak berkata apapun aku hanya diam memandangi keluar jendela bis. Setelah turun dari bis aku meminta kepadanya untuk tidak langsung pulang, tapi aku ingin mampir sebentar ke taman dekat komplek rumahku. Diapun menyetujuinya. Ditaman itu kami duduk sambil memandangi orang2 disekitar kita yg berlalu lalang. Berkali2 Levei mengajaku mengobrol tapi aku hanya menjawab seadanya. Dia juga beberapa kali mencoba untuk melawak mungkin maksudnya untuk menghiburku. Tapi menurutku dia sama sekali tidak bebakat untuk itu karena lawakanya benar2 garing. Meskipun demikian, aku sedikt terhibur dengan lawakanya yg sangat dipaksakan itu.
Jam menunjukan 09.00 dan aku meminta ke Levei untuk mengantarku pulang sekarang. Sesaat sebelum sampai rumah aku menagis dengan sangat hebat dipundaknya, aku sengaja meminta dia meminjamkan pundaknya untuk aku menagis agar tangisaku tidak terdengar keras. Karena kalo saat itu aku menagis dengan keras tentu saja aka membuat warga sekitar yg sudah mulai terlelap geger dan ketakutan mengira tangisan itu dari hantu. Setelah mengis dengan hebat dipundaknya persaanku mulai agak baikan dan aku melepaskan wajahku dari pundaknya meski masih dengan sedikt terisak. Levei kemudian mengambil sapu tangan dari tasnya dan menyerahkanya padaku. Seingatku aku sama sekali tidak pernah melihat dia menggunakn sapu tangan ini. Apa mungkin selama ini dia hanya menyimpanya di dalam tas saja.
Sesampainya di dalam rumah aku langsung berlari menuju kamarku. Ayah dan ibu sempat menanyakan beberapa hal kepadaku tapi aku hanya mengangguk tak menjawab dan langsung menuju kamar dan menguncinya dari dalam. Kurebahkan tubuhku diatas ranjang dan kututupi wajahku menggunakan batal dan aku kembali menangis beberapa saat mengingat kejadian mengerikan hari ini. Ternyata sesakit ini orang patah hati aku tak pernah menyangka sebelumnya. Ini mungkin hari terburuk dalam hidupku selama hampir 16 tahun aku menghirup udara di dunia.
Selang beberapa menit setelah tangisku mereda aku di kagetkan dengan bunyi dari ponselku tanda ada pesan masuk. Aku ambil ponsel yg kuletakan di ranjang itu dan melihat siapa sang pengirim pesan itu ternyata di layar itu tertera nama “Kak Alex”. Ngapain sih pikirku sambil meletakan hpku kembali belum juga aku menutup benda itu berbunyi lagi dan kulihat kembali layarnya kali ini ada 1 pesan dari Levei. Entah kenapa aku langsung buru2 membuka pesan tersebut kebalikan dengan pesan dari alek tadi yg aku abaikan.
Levei “Reine dah tidur? maaf yak aku gk bisa bantu apa2 untuk masalah kamu kali ini, aku emang teman yg gk berguana”
Akupun langsung mebalasnya dengan kilat “belum Lev, gpp kok lagian juga ini salah aku sendiri yg suka sama orang yg sukanya sama orang lain. Kamu kok blum tidur?” send......
Levei “ iya nih aku kepikiran kamu, kamu udah gpp kan.gk akan ngelakuin yg nekat2 kaya tadi siangkan?”
Aku balas lagi “iya tenang aja sekarng aku udah baikan udah gk kalut lagi, makasih yah udah temenin aku hari ini dan udah selametin aku tadi dijalan”
Levei” syukur dah, sama2 reine kitakan teman dan teman itukan saling membantu iya kan?”
Tanpa terasa aku bebalasan pesan sangat banyak dengan Levei malam itu, kami membicarakan banyak hal di dalam pesan kami itu, termasuk tentang Liburan alek ke luar kota, dan selebihnya aku tidak ingat apa saja yg kita bahas. Hingga waktu menujukan pukul 01.00 dan tanpa sadar aku tertidur dengan ponsel masih digenggamanku.
Reine...reine... bangun udah jam 7 ayo sarapan nak!! terdengar suara ibu memanggilku dari luar kamar. Alamak aku kesiangan bahkan aku juga kelewatan sholat shubuh dan lebih parahnya lagi aku tertidur dengan masih mengenakan seragam sekolahku yang kemaren. “ anak perempuan kok jorok banget tidur gk mandi gak ganti baju! Ujar ibu yg berdiri didepan kamarku.
Lupa Bu.... heheheh jawabku sambi berjalan menuju kamar mandi. Dah cepet mandi sanah terus sarapan bareng di bawah kamu pasti gk sholat shubuh kan?? Ibu semakin cerewat saja. Sesaat setelah mandi aku masuk kamar lagi dan memeriksa ponsel ternyata ada pesan masuk dari Levei yg belum aku baca karena ketiduran semalam. ” reine kmu dah tidur yak, dasar tukang tidur...yaudah met tidur yak good night” akupun langsung membalas pesan tersebut “sorri Lev, aku ktiduran semalam, mkasih buat ucapannya yk” sending.....
Aku menunggu beberapa menit balasan dari Levei, ternya dia tak kunjung membalas, mungkin dia sedang sibuk kali”pikirku. Akupun berjalan menuju ruang makan di lantai 1, disana ternyata sudah ada Ayah,Ibu dan adiku yg berusia 5 tahun Lissa.
Lissa : lama banget ka, ditungguin dari tadi juga...
Ayah : gimana Reine udah agak baikan...?
Reine : kok ayah tau... ???
Ayah : iya, tadi Merry kesini dan nanyain keadaan kamu,dan cerita semua
Reine : jadi dari merry yah...
Ibu : ya bagus sih klo alek dah punya pacar biar gk gangguin2 kamu lagi apalagi sampai ngajak kamu main basket lagi....
Reine : ibu kok ngomongnya gitu...
Ibu : ya dari smp ibu emang gk suka sama si alek, gara2 dia kamu jadi ikut2an main basket putri, cwe kok mainya basket?
Reine : iya tpi sekarang kan udah enggak...
Ayah : ayah kirain kamu udah gk suka sama Alek, kan kamu sekarang lagi deket2nya sama levei
Reine : kita Cuma temen yah....
Ibu : siapa lagi itu Levei, anak basket juga yak? pokoknya gk boleh!! Ibu takut entar kamu jadi tomboy lagi kaya dulu.
Reine : tenang mah, sekarang aku Cuma jadi menejer di tim basket sekolah.
Mama : janji yk kamu gk akan jadi atlet basket lagi?
Reine : iya mah Reine janji koq.
Lisa : kita kapan makannya nih lisa udah laper mah,yah....
Ya seperti ya mama bilang tadi, aku sewaktu smp adalah seorang atlet basket putri disekolahku, meskipun prestasiku tak sehebat ka alek ataupun Levei. Tapi setidaknya itulah yg membuatku dekat dengan alek, kami dulu sering latihan bareng hampir setiap pulang sekolah, hampir sama dengan apa yg beberapa bulan belakngan ini aku lakukan dengan levei. Hanya saja bedanya di latihan dengan Levei aku mengawasinya saja. Sejak awal mama memang tidak suka melihat anak perempuanya ini bermain basket. Menurutnya itu hal yg sangat tabu dan itu juga yg menyebabkan mama tidak menyukai alek karena menurutnya dialah yg menyebakan aku jadi atlet basket.
Hingga suatu ketika kakiku terkilir ketika sedang latihan basket. Aku tidak bisa berjalan selama beberapa hari dan membuat mamaku sangat khawatir. Dan akhirnya dengan keadaanku yg terdesak ibu bener2 memaksaku untuk berhenti jadi atlet basket putri dan akupun menyetujui. Meskipun aku sudah keluar dari tim basket putri smpku, sesekali aku masih latihan dengan kak alek tanpa sepengetahuan mama tentunya. Karena dengan cara inilah aku bisa terus dekat dengan Alek. Hingga akhirnya alekpun lulus smp terlebih dahulu dariku karena dia memang kaka kelasku 1 tingkat.
Semenjak alek masuk sma dan aku masih duduk di kelas 3 smp hubungan kami semakin menjauh meskipun sesekali kita bertemu. Mungkin disaat itulah alek bertemu dengan pujaan hatinya yg sesunguhnya Annabele. Kudengar dari kaka kelas mereka memang sudah dekat sejak kelas 1 atau sebelum aku masuk sma ini. Ya wajar saja kalo ka alek lebih tertarik dengan Annabele disamping juga wajahnya yg cantik dan rupawan pembawaanya juga lemah lembut tidak sepertiku yg kata levei cerewet dan galak. Aku hanya bisa menerima dengan lapang dada meskipun terasa sangat sakit ketika alek lebih memilih bersamanya.
Hari ini adalah hari pertandingan final antar kelasnya kak Alek dengan Levei, sejujurnya aku tidak tahu harus mendukung siapa diantara mereka berdua. Ya meskipun aku masih menyukai ka Alek, tapi belakngan ini aku justru semakin akrab saja dengan Levei bahkan beberapa temanku menganggap kalo aku berpacaran denganya. Nyatanya sih aku gk ada persaan apa2 dengannya. Meski terkadang aku merasa sangat kehilangan jika bocah bepostur tinggi dan tegap itu tidak berangkat sekolah atau pun tidak ikut latihan basket. Aku juga sering kesel ketika melihat ada beberapa siswa permpuan yg mengelu-elukan namanya saat dia sedang bermain basket. Semenjak sering berlatih dia semakin jago saja mainya ya, tentu saja karena dia dulunya memang captain tim smp Nevada. Seiring dengan kemapuannya yg mulai kembali dia semakin tenar diantara siswa2 perempuan disekolah kami. Tidak seperti kak Alek, sikapnya sedikit berbeda dia terlihat kalem dan agak dingin. Ketika habis mencetak angka ka Alek biasanya melakukan sedikit selebrasi dan melambai2kan tanganya ke arah siswa2 perempuan yg menontonnya sperti sedang tebar pesona gitulah jauh bebeda dengan Levei yg meskipun banyak yg meneriaki namanya ketika habis mencetak angka dia tetap saja saja kalem sperti tidak terjadi apa2. Dia paling hanya sesekali melihat ke arah penonton yg berteriak histeris itu dengan ekspresi yg sangat datar. Satu kebiasaanya yg sedikt membuat aku bingung adalah dia sering melihat ke arahku setelah mencetak angka sambil tersenyum meskipun sangat sedikit, aku sama sekali gak ngerti maksud tingkahnya itu.
Hari ini aku memutuskan untuk lebih mendukung Levei daripada kak Alek, karena belakangan ini aku jadi sering melihat kak alek bersama dengan Annabelle itu bener2 membuatku kesal. Dan ternyata levei harus kalah dalam pertandingan kali ini, itu membuatku sedikit kecewa. Seusai pertandingan aku menghampiri ka Alek untuk memberikan ucapan selamat dan membawakanya sebotol air mineral sama persis seperti kebiasa2ku aku dulu sejak smp bersama kak Alek. Teteapi kali ini kak Alek mengabaikanku dia bilang sedang buru2 dan berlalu begitu saja. Aku bingung sekaligus kesal dengan sikapnya kali ini. Aku masih bengong melihat kak Alek yg pergi hingga tiba2 aku dikagetkan oleh Levei yg dengan seenaknya mengambil air yg aku pegang tadi dan langsung menenggaknya banyak2. Sedkit kesal sih, tapi tindakanya itu membuatku melupakan tentang kak Alek. Dia mengajaku ke kantin untuk meneraktirku es cream coklat favoritku.
Setelah membelinya Levei mengajakku untuk duduk dibawah pohon dekat kantin yg cukup rindang. Kami memakan ice cream itu bersama2 sambil sesekali mengobrol meskipun aku masih kepikiran tentang kak Alek tadi. Lama juga kami duduk2 disana hingga aku dikagetkan oleh 1 pesan yg baru saja diterima oleh ponselku. Kubuka dan kubaca isi pesan tersebut yg mengatakan Alek dan Annabele sedang bertemu diatap sekolah, tanpa permisi aku pun langsung berlari menuju ke atap sekolah karena penasaran. Berkali2 Levei memnggilku tapi aku mengabaikanya kali ini dan meninggalkanya seorang diri dibawah pohon itu.
Sesampainya dipintu yg menuju ke atap sekolah aku terpaku dan tak bergerak karena menyaksikan pemandangan di hadapanku. Samar2 aku mendengar perkataan Annabelle “ yah aku mu jadi pacar kamu lek” sontak tubuhku terasa bergetar dan lemas terdiam. Sejurus kemudian kulihat Alek tersenyum gembira sambil merapatkan tubuhnya ke Annabelle. Mataku mulai terasa menghangat dan berkaca2 dadaku terasa sesak bak ditekan suatu benda yg sangat keras. Sedetik kemudian air mataku mulai berjatuhan membasahi pipiku sendiri dan sebagian lagi mungkin terjatuh ke lantai. Kubalikan badanku sambil berusaha mengusapi air mata yg terus berjatuhan itu dengan kedua tanganku, kutarik nafas dalam2 dan kemudian aku berlari meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan dua insan yg sedang sangat berbahagia itu yg juga tanpa mereka sadari aku tak sengaja menguping pembicaraan mereka.
Aku berjalan cepat dengan setengah berlari sambil menangis, jika saja air mataku bewarna merah tentu saja akan meninggalkan jejak yg sangat ketaran di lantai2 yg aku lewati. Aku melangkah tanpa fokus sama sekali pikiranku entah kemana. Hingga tiba2 aku menabrak Levei yg sepertinya berniat menyusulku tadi. Dia megenggam tanganku dan menanyakan apa yg terjadi. Aku menghiraukanya dan terus berjalan cpat menuju ke pintu gerbang sekolah. Seingatku ada beberapa temanku yg menyapaku sepanjang aku berjalan tapi kareana sedang kalut aku tidak meghiraukan mereka sama sekali. Aku berjalan tanpa arah dan tujuan dan mungkin juga tanpa kesadaran.
Tanpa kusadari ternyata aku sudah berada persis di tengah garis putih di jalan raya yg cukup ramai itu. Kudengar beberapa pengemudi memarahiku karena tindakanku itu tapi aku tidak bergeming. Kenapa aku bisa sampai sinih yak? Pikirku. Inikan sangat berbahaya, bodoh ah ketabarak dan matipun aku juga gk papa asalkan rasa sakit ini bisa hilang. Aku masih berjalan tak menentu di tengah jalan raya itu hingga lagi2 aku dikagetkan dengan tangan yg tiba2 memegangi lenganku dengan sangat kuat, ya itu adalah tanganya Levei ternyata dia mengikutiku sampai sini. Aku memintanya untuk melepaskan tanganku tapi kali ini dia menolak malah mempererat pegangannya hingga aku merasakan sedikt sakit disitu. Dia menuntunku ke pinggiran jalan yg aman.
Dia masih memegangi tanganku dengan erat dan berkata akan mengatarkan aku sampai rumah. Aku tidak menjawab perkataanya tapi aku menuruti permintaanya. Kamipun menaiki bis kota yg menuju ke rumahku yg kebetulan emang satu arah dengan rumahnya, hanya saja rumahku sedikit lebih jauh. Selama di dalam bis kita tidak berkata apapun aku hanya diam memandangi keluar jendela bis. Setelah turun dari bis aku meminta kepadanya untuk tidak langsung pulang, tapi aku ingin mampir sebentar ke taman dekat komplek rumahku. Diapun menyetujuinya. Ditaman itu kami duduk sambil memandangi orang2 disekitar kita yg berlalu lalang. Berkali2 Levei mengajaku mengobrol tapi aku hanya menjawab seadanya. Dia juga beberapa kali mencoba untuk melawak mungkin maksudnya untuk menghiburku. Tapi menurutku dia sama sekali tidak bebakat untuk itu karena lawakanya benar2 garing. Meskipun demikian, aku sedikt terhibur dengan lawakanya yg sangat dipaksakan itu.
Jam menunjukan 09.00 dan aku meminta ke Levei untuk mengantarku pulang sekarang. Sesaat sebelum sampai rumah aku menagis dengan sangat hebat dipundaknya, aku sengaja meminta dia meminjamkan pundaknya untuk aku menagis agar tangisaku tidak terdengar keras. Karena kalo saat itu aku menagis dengan keras tentu saja aka membuat warga sekitar yg sudah mulai terlelap geger dan ketakutan mengira tangisan itu dari hantu. Setelah mengis dengan hebat dipundaknya persaanku mulai agak baikan dan aku melepaskan wajahku dari pundaknya meski masih dengan sedikt terisak. Levei kemudian mengambil sapu tangan dari tasnya dan menyerahkanya padaku. Seingatku aku sama sekali tidak pernah melihat dia menggunakn sapu tangan ini. Apa mungkin selama ini dia hanya menyimpanya di dalam tas saja.
Sesampainya di dalam rumah aku langsung berlari menuju kamarku. Ayah dan ibu sempat menanyakan beberapa hal kepadaku tapi aku hanya mengangguk tak menjawab dan langsung menuju kamar dan menguncinya dari dalam. Kurebahkan tubuhku diatas ranjang dan kututupi wajahku menggunakan batal dan aku kembali menangis beberapa saat mengingat kejadian mengerikan hari ini. Ternyata sesakit ini orang patah hati aku tak pernah menyangka sebelumnya. Ini mungkin hari terburuk dalam hidupku selama hampir 16 tahun aku menghirup udara di dunia.
Selang beberapa menit setelah tangisku mereda aku di kagetkan dengan bunyi dari ponselku tanda ada pesan masuk. Aku ambil ponsel yg kuletakan di ranjang itu dan melihat siapa sang pengirim pesan itu ternyata di layar itu tertera nama “Kak Alex”. Ngapain sih pikirku sambil meletakan hpku kembali belum juga aku menutup benda itu berbunyi lagi dan kulihat kembali layarnya kali ini ada 1 pesan dari Levei. Entah kenapa aku langsung buru2 membuka pesan tersebut kebalikan dengan pesan dari alek tadi yg aku abaikan.
Levei “Reine dah tidur? maaf yak aku gk bisa bantu apa2 untuk masalah kamu kali ini, aku emang teman yg gk berguana”
Akupun langsung mebalasnya dengan kilat “belum Lev, gpp kok lagian juga ini salah aku sendiri yg suka sama orang yg sukanya sama orang lain. Kamu kok blum tidur?” send......
Levei “ iya nih aku kepikiran kamu, kamu udah gpp kan.gk akan ngelakuin yg nekat2 kaya tadi siangkan?”
Aku balas lagi “iya tenang aja sekarng aku udah baikan udah gk kalut lagi, makasih yah udah temenin aku hari ini dan udah selametin aku tadi dijalan”
Levei” syukur dah, sama2 reine kitakan teman dan teman itukan saling membantu iya kan?”
Tanpa terasa aku bebalasan pesan sangat banyak dengan Levei malam itu, kami membicarakan banyak hal di dalam pesan kami itu, termasuk tentang Liburan alek ke luar kota, dan selebihnya aku tidak ingat apa saja yg kita bahas. Hingga waktu menujukan pukul 01.00 dan tanpa sadar aku tertidur dengan ponsel masih digenggamanku.
Reine...reine... bangun udah jam 7 ayo sarapan nak!! terdengar suara ibu memanggilku dari luar kamar. Alamak aku kesiangan bahkan aku juga kelewatan sholat shubuh dan lebih parahnya lagi aku tertidur dengan masih mengenakan seragam sekolahku yang kemaren. “ anak perempuan kok jorok banget tidur gk mandi gak ganti baju! Ujar ibu yg berdiri didepan kamarku.
Lupa Bu.... heheheh jawabku sambi berjalan menuju kamar mandi. Dah cepet mandi sanah terus sarapan bareng di bawah kamu pasti gk sholat shubuh kan?? Ibu semakin cerewat saja. Sesaat setelah mandi aku masuk kamar lagi dan memeriksa ponsel ternyata ada pesan masuk dari Levei yg belum aku baca karena ketiduran semalam. ” reine kmu dah tidur yak, dasar tukang tidur...yaudah met tidur yak good night” akupun langsung membalas pesan tersebut “sorri Lev, aku ktiduran semalam, mkasih buat ucapannya yk” sending.....
Aku menunggu beberapa menit balasan dari Levei, ternya dia tak kunjung membalas, mungkin dia sedang sibuk kali”pikirku. Akupun berjalan menuju ruang makan di lantai 1, disana ternyata sudah ada Ayah,Ibu dan adiku yg berusia 5 tahun Lissa.
Lissa : lama banget ka, ditungguin dari tadi juga...
Ayah : gimana Reine udah agak baikan...?
Reine : kok ayah tau... ???
Ayah : iya, tadi Merry kesini dan nanyain keadaan kamu,dan cerita semua
Reine : jadi dari merry yah...
Ibu : ya bagus sih klo alek dah punya pacar biar gk gangguin2 kamu lagi apalagi sampai ngajak kamu main basket lagi....
Reine : ibu kok ngomongnya gitu...
Ibu : ya dari smp ibu emang gk suka sama si alek, gara2 dia kamu jadi ikut2an main basket putri, cwe kok mainya basket?
Reine : iya tpi sekarang kan udah enggak...
Ayah : ayah kirain kamu udah gk suka sama Alek, kan kamu sekarang lagi deket2nya sama levei
Reine : kita Cuma temen yah....
Ibu : siapa lagi itu Levei, anak basket juga yak? pokoknya gk boleh!! Ibu takut entar kamu jadi tomboy lagi kaya dulu.
Reine : tenang mah, sekarang aku Cuma jadi menejer di tim basket sekolah.
Mama : janji yk kamu gk akan jadi atlet basket lagi?
Reine : iya mah Reine janji koq.
Lisa : kita kapan makannya nih lisa udah laper mah,yah....
Ya seperti ya mama bilang tadi, aku sewaktu smp adalah seorang atlet basket putri disekolahku, meskipun prestasiku tak sehebat ka alek ataupun Levei. Tapi setidaknya itulah yg membuatku dekat dengan alek, kami dulu sering latihan bareng hampir setiap pulang sekolah, hampir sama dengan apa yg beberapa bulan belakngan ini aku lakukan dengan levei. Hanya saja bedanya di latihan dengan Levei aku mengawasinya saja. Sejak awal mama memang tidak suka melihat anak perempuanya ini bermain basket. Menurutnya itu hal yg sangat tabu dan itu juga yg menyebabkan mama tidak menyukai alek karena menurutnya dialah yg menyebakan aku jadi atlet basket.
Hingga suatu ketika kakiku terkilir ketika sedang latihan basket. Aku tidak bisa berjalan selama beberapa hari dan membuat mamaku sangat khawatir. Dan akhirnya dengan keadaanku yg terdesak ibu bener2 memaksaku untuk berhenti jadi atlet basket putri dan akupun menyetujui. Meskipun aku sudah keluar dari tim basket putri smpku, sesekali aku masih latihan dengan kak alek tanpa sepengetahuan mama tentunya. Karena dengan cara inilah aku bisa terus dekat dengan Alek. Hingga akhirnya alekpun lulus smp terlebih dahulu dariku karena dia memang kaka kelasku 1 tingkat.
Semenjak alek masuk sma dan aku masih duduk di kelas 3 smp hubungan kami semakin menjauh meskipun sesekali kita bertemu. Mungkin disaat itulah alek bertemu dengan pujaan hatinya yg sesunguhnya Annabele. Kudengar dari kaka kelas mereka memang sudah dekat sejak kelas 1 atau sebelum aku masuk sma ini. Ya wajar saja kalo ka alek lebih tertarik dengan Annabele disamping juga wajahnya yg cantik dan rupawan pembawaanya juga lemah lembut tidak sepertiku yg kata levei cerewet dan galak. Aku hanya bisa menerima dengan lapang dada meskipun terasa sangat sakit ketika alek lebih memilih bersamanya.
0
337
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan