- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bagaimanakah Nasib Penduduk Pulau Komodo, Setelah Diberlakukanya Wisata Exclusif ?


TS
cindyl
Bagaimanakah Nasib Penduduk Pulau Komodo, Setelah Diberlakukanya Wisata Exclusif ?

Hai Agan sista kaskuser yang budiman, pastinya kalian sudah mengetahui kabar tentang kenaikan harga tiket wisata Pulau Komodo yang konon katanya akan menjadi 14.000.000 per orang. Apalagi dengan adanya event menulis kaskus kreator ini, kalian pasti sudah mengulik lebih dalam mengenai segala info yang berhubungan dengan Pulau Komodo.
Saya pribadi sangat terkejut dengan tarif tiket yang dibandrol, mungkin untuk kalangan tertentu harga tersebut masih sangat wajar, ya karena mereka mampu. Namun untuk kalangan seperti saya harga tersebut sangat mencekik. Bagaimana tidak? Upah Minimum Provinsi (UMP) Nusa Tenggara tahun 2019 saja hanya senilai Rp. 1.793.298 sumber.
Lalu bagaimana ceritanya, harga tiket masuk ke kawasan wisata bisa hampir 10 x lipat UMP Provinsi setempat.
Banyak argumen-argumen bermunculan terkait Pulau Komodo yang awalnya adalah Taman Wisata Nasional Komodo dibawah pengawasan dan pengelolaan Pemerintah Pusat akan berubah menjadi Wisata Premiun Exclusif dibawah pengelolaan organisasi Profesional. Ada pihak yang menganggap ini adalah keputusan bagus untuk melindungi dan melestarikan habitat Komodo, Dengan tingginya harga tiket, maka wisatawan tidak akan membludag dan merusak habitat, karena sudah bisa diprediksi yang bisa mengakses wisata premium ini hanya dari kalangan tertentu saja.
Namun ada juga pihak yang kontra dengan keputusan ini, terutama Warga Asli Pulau Komodo yang biasa disebut Suku Komodo. Bukan lagi masalah harga tiket yang menjulang tinggi. Namun ada isu bahwa seiring dengan konservasi yang dilakukan pada Pulau Komodo, warga yang ada di Pulau Komodo akan direlokasi keluar Pulau. Bahkan Gubernur Nusa Tenggara Timur yaitu Viktor Bungtilu Laiskodat menyetujui pemindahan Suku Komodo tersebut dengan alasan mereka Suku Komodo tidak mempunyai sertifikat dan hak tanah atas tanah dan rumah yang mereka tinggali saat ini dipulau Komodo. sumber
Saya pribadi menyayangkan sikap Gubernur Nusa Tenggata Timur tersebut, alih-alih mendukung warga daerahnya beliau justru menyetujui pemindahan. Padahal Suku Komodo adalah warga asli pulau, dari sebelum Pulau itu menjadi Tempat Wisata Nasional, warga suku komodo sudah disana, turun temurun memulai kehidupan disana. Akankah pemerintah akan mengorbankan suku lokal demi pundi-pundi uang?
Sebelum memindahkan warga lokal ke Pulau lain, pemerintah berdalih pemindahan ini dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan habitat Komodo, karena jika warga lokal tetap tinggal bersama dengan komodo, dinilai laju pertumbuhan komodo akan kalah cepat dibanding laju pertumbuhan manusia/warga lokal sehingga lama kelamaan, warga lokal akan memakan wilayah habitat Komodo dan habitat Komodo akan habis seiring berjalanya waktu.
Namun apakah harus seperti ini solusinya dengan memindahkan suku asli? Tidak bisakah pemerintah tetap memberikan sebagian lahan untuk suku asli agar mereka tetap bisa menetap di Pulau Komodo. Bukankah ini justru akan lebih menarik perhatian wisatawan asing, ketika mereka mengunjungi Pulau Komodo selain bisa menikmati pemandangan alam liar komodo, di bagian tertentu pulau mereka juga bisa berinteraksi dengan suku asli pulau tersebut. Tentu akan menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan asing.
Memang konservasi Pulau Komodo bertujuan baik, namun saya berharap dibalik tujuan baik ini tidak ada penderitaan serta kerugian baik materi dan mental, pemerintah juga harus mampu meminimalisir resiko.
Saya pribadi sangat terkejut dengan tarif tiket yang dibandrol, mungkin untuk kalangan tertentu harga tersebut masih sangat wajar, ya karena mereka mampu. Namun untuk kalangan seperti saya harga tersebut sangat mencekik. Bagaimana tidak? Upah Minimum Provinsi (UMP) Nusa Tenggara tahun 2019 saja hanya senilai Rp. 1.793.298 sumber.
Lalu bagaimana ceritanya, harga tiket masuk ke kawasan wisata bisa hampir 10 x lipat UMP Provinsi setempat.
Banyak argumen-argumen bermunculan terkait Pulau Komodo yang awalnya adalah Taman Wisata Nasional Komodo dibawah pengawasan dan pengelolaan Pemerintah Pusat akan berubah menjadi Wisata Premiun Exclusif dibawah pengelolaan organisasi Profesional. Ada pihak yang menganggap ini adalah keputusan bagus untuk melindungi dan melestarikan habitat Komodo, Dengan tingginya harga tiket, maka wisatawan tidak akan membludag dan merusak habitat, karena sudah bisa diprediksi yang bisa mengakses wisata premium ini hanya dari kalangan tertentu saja.
Namun ada juga pihak yang kontra dengan keputusan ini, terutama Warga Asli Pulau Komodo yang biasa disebut Suku Komodo. Bukan lagi masalah harga tiket yang menjulang tinggi. Namun ada isu bahwa seiring dengan konservasi yang dilakukan pada Pulau Komodo, warga yang ada di Pulau Komodo akan direlokasi keluar Pulau. Bahkan Gubernur Nusa Tenggara Timur yaitu Viktor Bungtilu Laiskodat menyetujui pemindahan Suku Komodo tersebut dengan alasan mereka Suku Komodo tidak mempunyai sertifikat dan hak tanah atas tanah dan rumah yang mereka tinggali saat ini dipulau Komodo. sumber
Saya pribadi menyayangkan sikap Gubernur Nusa Tenggata Timur tersebut, alih-alih mendukung warga daerahnya beliau justru menyetujui pemindahan. Padahal Suku Komodo adalah warga asli pulau, dari sebelum Pulau itu menjadi Tempat Wisata Nasional, warga suku komodo sudah disana, turun temurun memulai kehidupan disana. Akankah pemerintah akan mengorbankan suku lokal demi pundi-pundi uang?
Sebelum memindahkan warga lokal ke Pulau lain, pemerintah berdalih pemindahan ini dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan habitat Komodo, karena jika warga lokal tetap tinggal bersama dengan komodo, dinilai laju pertumbuhan komodo akan kalah cepat dibanding laju pertumbuhan manusia/warga lokal sehingga lama kelamaan, warga lokal akan memakan wilayah habitat Komodo dan habitat Komodo akan habis seiring berjalanya waktu.
Namun apakah harus seperti ini solusinya dengan memindahkan suku asli? Tidak bisakah pemerintah tetap memberikan sebagian lahan untuk suku asli agar mereka tetap bisa menetap di Pulau Komodo. Bukankah ini justru akan lebih menarik perhatian wisatawan asing, ketika mereka mengunjungi Pulau Komodo selain bisa menikmati pemandangan alam liar komodo, di bagian tertentu pulau mereka juga bisa berinteraksi dengan suku asli pulau tersebut. Tentu akan menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan asing.
Memang konservasi Pulau Komodo bertujuan baik, namun saya berharap dibalik tujuan baik ini tidak ada penderitaan serta kerugian baik materi dan mental, pemerintah juga harus mampu meminimalisir resiko.
Diubah oleh cindyl 31-10-2019 16:05
0
238
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan