

TS
agityunita
[Di Balik Lima Kisah] Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat
Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat
Allah yang Maha Baik. Memberikan jalan indahnya sekali lagi. Di tengah kesepian berada di kota yang asing. Aku diperbolehkan kembali memperkenalkan tulisanku.
Kali Ini Apa Lagi?
Masih kumpulan puisi yang bisa aku jadikan buku. Kali ini dengan sampul yang unik karena digambar langsung oleh sang desainer cover, bisa dibilang coretan tangan yang indah. Dengan warna jingga yang cerah, mewakili isinya yang memiliki berbagai macam tema.
Kuberi nama ia, Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat. Judul yang cukup panjang Tetapi ya memang begitulah adanya. Ia sangat menggambarkan apa yang terkandung di dalamnya.
Sebenarnya naskah ini adalah kumpulan puisi lamaku. Sudah aku tulis sejak aku masih berusia 20 tahunan. Hingga sebuah event terbit gratis kembali menggelitik rasa inginku.
Akankah nasib kumpulan puisi ini seberuntung pendahulunya? Maka kukirimkan mereka dengan senang hati. Pada sebuah penerbitan indie di Pamekasan, Vista Publishing. Walaupun saat itu ada rasa tak yakin. Aku takut kelahiran buku ini terlalu cepat. Karena jaraknya tidaklah terlalu jauh dari buku keduaku.
Aku sungguh merasa takut jika dilihat terlalu berambisi, sedangkan nyatanya aku hanya ingin mencoba dan menakhlukan diriku sendiri.
Sebelumnya, Aku sudah sering menerima kekalahan. Atau hanya menjadi karya yang terpilih dan belum pernah menjadi pemenang. Dari situ aku menyimpulkan, aku bukanlah siapa-siapa. Jadi jika aku melakukan semua ini, seharusnya tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat, Setiap Babya Mewakili Namanya
Pesan, bukan berniat menasihati orang lain. Hanya saja aku ingin sekedar mengingatkan diriku sendiri. Tetapi jika ada orang lain yang merasa apa yang aku tulis selaras dengan kisah hidupnya, aku merasa senang.
Bacalah puisi di atas, Pesan yang terdapat di dalamnya bukan hanya berlaku antar manusia saja. Itu adalah ungkapan hati dari sebuah karya. Dan kita sebagai penikmat sastra, harus selalu menghargai hasil dari segala pencarian ide seseorang. Meskipun memang semua karya tidak ada yang sempurna. Namun paling tidak, kita bisa saling memberitahu sebuah kebaikan dengan cara yang baik pula.
Cerita, ini menjadi judul bab kedua dalam buku berhalaman 139 ini. Berisi tentang kisah-kisah yang menjelma menjadi sajak-sajak.
Puisi di atas menceritakan tentang seseorang yang dicampakkan oleh kekasihnya. Setelah segalanya telah diberikan termasuk hal yang paling berharga. Dan aku mengumpamakannya seperti secangkir kopi. Hitam, pahit, begitu dinikmati. Tetapi setelah diminum habis, ditinggalkan begitu saja.
Aku, Apakah ini benar-benar tentang aku sebagai penulisnya? Namun nyatanya, siapa saja bisa menjadi 'aku' yang dimaksud. Karena setiap rasa atau kejadian, mungkin saja pernah dirasakan oleh banyak orang.
Apakah kebanyakan penulis itu seorang yang introver? Mungkin saja tidak. Tapi diri saya sendiri, iya. Dan puisi di atas mewakili persaan bagi kita yang introver. Selalu dipandang berbeda. Bahkan lebih condong dilihat aneh. Padahal kita sama-sama makhluk ciptaan Allah. Walaupun tentu saja tidak semua orang begitu.
Jadi pengingat yang bisa kita ambil dari puisi di atas, tak bolehlah kita merendahkan orang lain. Atau memandang sebelah mata. Bisa saja, mereka lebih baik dari kita.
Seorang introver kadang sulit untuk mengungkapkan isi pikirannya secara langsung. Terkadang mereka lebih senang mengungkapkannya lewat simbol-simbol atau tulisan-tulisan. Seperti yang aku lakukan dengan buku-buku yang aku terbitkan ini.
Dia, Siapa dia?
Siapa saja yang menurutmu adalah seseorang yang berarti atau berpengaruh dalam hidupmu. Tidak hanya mereka yag selalu menemanimu dalam kesenangan. Tetapi juga mereka yang pernah melukai atau bahkan meninggalkan.
Maka aku mengemasnya sedemikian rupa, hingga bisa mewakili siapa saja 'dia' yang dimaksud.
Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat ini semoga menjadi bacaan yang dapat saling mengingatkan, mengobati luka, atau bahkan bersemangat bersama. Karena bacaan yang baik haruslah memberi pengaruh positif bagi yang membacanya. Semoga.
Allah yang Maha Baik. Memberikan jalan indahnya sekali lagi. Di tengah kesepian berada di kota yang asing. Aku diperbolehkan kembali memperkenalkan tulisanku.
Kali Ini Apa Lagi?
Masih kumpulan puisi yang bisa aku jadikan buku. Kali ini dengan sampul yang unik karena digambar langsung oleh sang desainer cover, bisa dibilang coretan tangan yang indah. Dengan warna jingga yang cerah, mewakili isinya yang memiliki berbagai macam tema.
Kuberi nama ia, Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat. Judul yang cukup panjang Tetapi ya memang begitulah adanya. Ia sangat menggambarkan apa yang terkandung di dalamnya.
Sebenarnya naskah ini adalah kumpulan puisi lamaku. Sudah aku tulis sejak aku masih berusia 20 tahunan. Hingga sebuah event terbit gratis kembali menggelitik rasa inginku.
Akankah nasib kumpulan puisi ini seberuntung pendahulunya? Maka kukirimkan mereka dengan senang hati. Pada sebuah penerbitan indie di Pamekasan, Vista Publishing. Walaupun saat itu ada rasa tak yakin. Aku takut kelahiran buku ini terlalu cepat. Karena jaraknya tidaklah terlalu jauh dari buku keduaku.
Aku sungguh merasa takut jika dilihat terlalu berambisi, sedangkan nyatanya aku hanya ingin mencoba dan menakhlukan diriku sendiri.
Sebelumnya, Aku sudah sering menerima kekalahan. Atau hanya menjadi karya yang terpilih dan belum pernah menjadi pemenang. Dari situ aku menyimpulkan, aku bukanlah siapa-siapa. Jadi jika aku melakukan semua ini, seharusnya tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat, Setiap Babya Mewakili Namanya
Pesan, bukan berniat menasihati orang lain. Hanya saja aku ingin sekedar mengingatkan diriku sendiri. Tetapi jika ada orang lain yang merasa apa yang aku tulis selaras dengan kisah hidupnya, aku merasa senang.
Quote:
Bacalah puisi di atas, Pesan yang terdapat di dalamnya bukan hanya berlaku antar manusia saja. Itu adalah ungkapan hati dari sebuah karya. Dan kita sebagai penikmat sastra, harus selalu menghargai hasil dari segala pencarian ide seseorang. Meskipun memang semua karya tidak ada yang sempurna. Namun paling tidak, kita bisa saling memberitahu sebuah kebaikan dengan cara yang baik pula.
Cerita, ini menjadi judul bab kedua dalam buku berhalaman 139 ini. Berisi tentang kisah-kisah yang menjelma menjadi sajak-sajak.
Quote:
Puisi di atas menceritakan tentang seseorang yang dicampakkan oleh kekasihnya. Setelah segalanya telah diberikan termasuk hal yang paling berharga. Dan aku mengumpamakannya seperti secangkir kopi. Hitam, pahit, begitu dinikmati. Tetapi setelah diminum habis, ditinggalkan begitu saja.
Aku, Apakah ini benar-benar tentang aku sebagai penulisnya? Namun nyatanya, siapa saja bisa menjadi 'aku' yang dimaksud. Karena setiap rasa atau kejadian, mungkin saja pernah dirasakan oleh banyak orang.
Quote:
Apakah kebanyakan penulis itu seorang yang introver? Mungkin saja tidak. Tapi diri saya sendiri, iya. Dan puisi di atas mewakili persaan bagi kita yang introver. Selalu dipandang berbeda. Bahkan lebih condong dilihat aneh. Padahal kita sama-sama makhluk ciptaan Allah. Walaupun tentu saja tidak semua orang begitu.
Jadi pengingat yang bisa kita ambil dari puisi di atas, tak bolehlah kita merendahkan orang lain. Atau memandang sebelah mata. Bisa saja, mereka lebih baik dari kita.
Seorang introver kadang sulit untuk mengungkapkan isi pikirannya secara langsung. Terkadang mereka lebih senang mengungkapkannya lewat simbol-simbol atau tulisan-tulisan. Seperti yang aku lakukan dengan buku-buku yang aku terbitkan ini.
Dia, Siapa dia?
Siapa saja yang menurutmu adalah seseorang yang berarti atau berpengaruh dalam hidupmu. Tidak hanya mereka yag selalu menemanimu dalam kesenangan. Tetapi juga mereka yang pernah melukai atau bahkan meninggalkan.
Maka aku mengemasnya sedemikian rupa, hingga bisa mewakili siapa saja 'dia' yang dimaksud.
Quote:
Benar kan? Tidak selamanya orang baik yang kita temui atau kenal. Bahkan mereka yang terlihat baik pun kadang bisa menjadi duri dalam daging. Seperti itu pula dunia literasi. Semakin maraknya peminat literasi, semakin banyak pula munculnya para oknum yang memanfaatkan itu sebagai ajang penipuan.
Banyaknya lahir penerbitan indie, membuat mereka mengincar para penulis pemula yang berkeinginan kuat untuk menjadikan karya mereka menjadi sebuah buku. Jadi sikap waspada harus selalu kita miliki. Bagaimana denganku, Apakah pernah mengalaminya?
Iya, aku pernah merasakan bagaimana rasanya. Entahlah, ketika rasa percaya itu ternodai. Hati terasa sakit. Tetapi untunglah, Allah sangat baik padaku. Dan masih memperkenankan aku berjodoh dengan buku yang saat itu adalah dari sebuah event.
Sahabat, dan yang terakhir adalah tentang Persahabatan.
Sebuah hubungan dengan satu atau banyak orang yang memiliki arti penting dalam hidup kita. Hubungan sakral yang coba selalu kita jaga meskipun usia sudah tak muda lagi.
Quote:
Pesan dari Cerita Aku, Dia, dan Sahabat ini semoga menjadi bacaan yang dapat saling mengingatkan, mengobati luka, atau bahkan bersemangat bersama. Karena bacaan yang baik haruslah memberi pengaruh positif bagi yang membacanya. Semoga.
Terima kasih
Bantul, 29 Oktober 2019




lina.wh dan Bolangtelmi memberi reputasi
2
490
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan