Kesejahteraan Pendidikan jadi Harapan Rakyat

Pendidikan dan kualitasnya menjadi cerminan suatu bangsa agar bisa dikatakan sebagai bangsa yang bermartabat dan bermutu. Lantas apakah Indoesia sudah bisa dikatakan sebagai bangsa yang bermartabat dan bermutu.


Secara sekilas, ketika kita menongok bagaimana eloknya ibukota negara ini seakan menutup mata terhadap segala masalah yang ada di dalamnya. Pendidikan yang menjadi cermin dari negara itu sendiri nyatanya memiliki masalah yang pelik. Sama dengan ibukota yang terlihat megah nan anggun namun di dalamnya sejuta masalah tengah mengantri untuk dijamah.



Beberapa hari yang lalu, baru saja Indonesia telah resmi melaksanakan pelantikan Presiden untuk periode 2019-2024. Bapak Joko Widodo kembali meneruskan masa baktinya sebagai orang nomor 1 di negara ini hanya saja untuk periode ini beliau memilih Kyai Maruf Amin sebagai pendampingnya selama 5 tahun ke depan.

Pelantikan yang sakral berhasil berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang kita semua harapkan walau beberapa hari sebelumnya telah terjadi kerusuhan terkait pengesahan Undang-Undang yang dianggap keliru bagi sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya para Mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia.



Di balik pelantikan yang sakral itu, masa depan bangsa berada di tangan dua orang yang bersumpah di bawah kitab suci. Impian dan harapan rakyat harus terus digenggam erat oleh Pak Presiden dan Wakilnya. Harapan terhadap kualitas pendidikan dan segala bentuk pendukungnya yang entah akan dibawa kemana jadinya.

Kembali kepada pendidikan dan kualitasnya yang menjadi harapan besar bagi saya atau pun teman-teman disini. Pendidikan yang menjadi pondasi utama suatu bangsa nyatanya kita sealan luput terhadap kualitasnya. Kita sadar bahwa negara ini adalah negara yang majemuk yang mana tiap masyarakatnya memiliki perbedaan dan kebiasaannya masing-masing. Namun bukan berarti kita tidak bisa meningkatkan mutu pendidikannya.



Pendidikan yang baik adalah yang berasal dari guru yang berkualitas. Sekarang ini begitu mudah seseorang bisa menjadi guru bahkan mereka yang belum memiliki tanda kelulusan dari perguruan tinggi pun nyatanya bisa langsung mengajar di sekolah-sekolah. Dari sini pemerintah seakan menutup mata pada kualitas atau syarat untuk bisa menjadi seorang guru yang berkualitas. Tetapi permaslahan kualitas juga bukan semata karena gurunya, tetapi juga kurangnya peran pemerintah dalam menyejahterakan profesi guru untuk bisa dikatakan layak.

Kedepannya, semoga di tangan bapak Presiden dan wakil presiden yang baru saja dilantik ini, Indonesia bisa memiliki kualitas pendidikan yang baik dari segi peserta didiknya mau pun para pendidiknya. Dan di tangan kementerian pendidikan dan kebudayaan, saya/Kami berharap bapak Nadiem Makarim bisa membawa kemajuan bagi pendidikan di Indonesia. Di bawah kepemimpinan menteri yang baru dan keberlanjutan bapak Presiden kita harapkan pendidikan Indonesia semakin diperhatikan bukan hanya di kota besar melainkan hingga pelosok negeri, terutama soal kesejahteraan guru dan fasilitas untuk kegiatan belajar mengajarnya.