Ketika Karangan Bunga Jadi Tempat Pelampiasan Emosi


Dahulu mungkin karangan bunga hanya dipakai untuk ucapan belasungkawa atau ucapan selamat atas sebuah peresmian tempat, atau bahkan ucapan selamat pernikahan.

Tapi makin kesini kreatifitas orang makin menjadi-jadi. Karangan bunga bukan lagi sekedar untuk ucapan belansungkawa dan ucapan selamat, tapi juga untuk melampiaskan kekesalan, kemarahan, sindiran, segalanya yang berhubungan dengan emosi seseorang.

Setelah sebelumnya sebuah karangan bunga menjadi viral karena menyindir seseorang yang tengah melangsungkan pernikahan dengan mengingatkan hutang, baru-baru ini di sebuah universitas di Bandung, seseorang yang tentunya wanita, mengirimkan 2 buah karangan bunga berisi ucapan yang menohok dan nyelekit.


Foto milik pihak ketiga

Dilihat dari foto diatas, nampaknya wanita yang mengirim karangan bunga marah karena seorang wanita yang tengah diwisuda S2 merebut suaminya.

Untuk itulah si pengirim bunga berpesan agar semakin tinggi titel wanita pelakor yang tengah diwisuda tidak serta merta makin membuat dia makin mudah merebut suami orang.

Begini bunyinya dalam karangan bunga tersebut :

" Happy Graduation for Pelakor. (disensor dengan spidol hitam) B.A., dari istri yang Kau Goda Suaminya."

Dan ada tambahan lagi dibawahnya :

" Semoga dengan Gelar Barunya bisa untuk mencari Nafkah yang Halal."

Sementara dalam sebuah karangan bunga disamping karangan bunga yang pertama tertulis kata-kata yang lebih menyakitkan :


Foto milik pihak ketiga

" SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, S1 5 tahun, S2 2 tahun. Cuma jadi pelakor. 19 tahun sekolah ngapain aja?"

Belum puas, pengirim karangan bunga tersebut masih juga menulis :

" Semoga dengan Gelar Barunya tidak ada lagi Suami-Suami yang Kau Goda. Dan bisa mencari Rezeki yang Halal."

Berdasarkan sumber berita, kedua karangan bunga tersebut ternyata bukan hoax. Keduanya nyata ada dan benar dikirimkan oleh seseorang kepada seorang wanita yang fotonya terpampang di karangan bunga. Namun ketika siang hari, kedua karangan bunga tersebut telah disingkirkan.


Siapa Yang Salah?


Sehubungan dengan masalah pelakor, terbanyak pelakunya adalah wanita, entah dia seorang wanita yang belum bersuami, pernah bersuami, atau bahkan masih bersuami. Siapa yang salah dalam hal ini? Si pelakor? Atau wanita yang suaminya atau pasangannya dipelakori? Halah, ribet amat nyebutnya.

Ada pepatah bilang, seorang istri itu harus mumpuni dalam urusn dapur dan kasur. Belum lagi masalah goyang. Belum lagi cara berpakaian, bersikap terhadap suami. Benarkah?

Rasanya tidak semuanya benar. Hal itu justru terkesan tidak adil. Seolah-olah semua kesalahan hanya milik si wanita.

Begitu juga dengan si pelakor. Belum tentu dia yang salah. Apalagi kalau dia sejenis ukhti-ukhti yang gitu. Mereka siap koq jadi istri ke empat.

Yang salah dalam hal ini pastinya si laki-laki. Dia selalu merasa tidak puas. Semua kelebihan istrinya menjadi sebuah kekurangan didepan wanita lain. Apalagi kalau si suami ada sedikit kelebihan rejeki, bukan membantu fakir miskin, justru membantu yang bisa memuaskan hasratnya.

Najis banget! Makanya seumur-umur gw gak pernah yang namanya pacaran sama cowok atau suka sama cowok. Cowok emang gitu Sis.

Seharusnya si wanita pengirim karangan bunga bicara langsung didepan si wanita yang dituju. Bukan dengan mempermalukan seperti ini. Apalagi bawa-bawa rejeki halal. Kalau ternyata uang pemberian dari suaminya benar-benar didapat tanpa dia berbuat macam-macam, apa bisa disebut uang haram? Kan gak.

Sepertinya wanita yang mengirim karangan bunga tidak cukup nyali untuk menegur, jadinya ya begitu deh.

Kalau dia tidak bisa menghargai wanita lain, jangan harap dia bisa dihargai oleh wanita lain juga. Makanya si suami mencari wanita yang bisa menghargai dirinya tanpa perlu memberi harga terhadap wanita lain yang memang punya harga diri. Ah, udahlah. Ngomong apa tadi.


Sumber : disini
Narasi disusun TS sendiri.