Salam hormat kepada Pak Pres dan Pak Wapres. Semoga senantiasa dikasihi Tuhan YME. Sehat selalu.

Saya seorang pelajar. Saya berharap besar kepada Bapak. Harapan saya tidak jauh berbeda dengan harapan segenap rakyat Indonesia lain. Adalah tercermin di butir kelima Pancasila: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adil di bidang ekonomi. Adil di bidang politik. Dan adil di bidang hukum, di mana seluruh rakyat Indonesia setara di mata hukum. Tidak ada beda antara yang kaya dan yang melarat, yang punya jabatan dengan rakyat jelata. Pokoknya siapa pun bermasalah, ditindak secara adil di mata hukum.

Kecuali itu semua, saya merasa ada ancama "nyata" yang berusaha merobek kebinekaan kita. Politik identitas yang dimainkan politisi culas-naif ketika pemilu masih terasa eksesnya hingga sekarang. Banyak sekali sebetulnya ujaran rasis dan mengunggulkan identitas sosialnya dan menstigmakan identitas lain sebagai kasta rendahan. Ini bahaya, Bapak.

Saya pelajar. Saya pernah beberapa kali kebat-kebet ratusan halaman buku sejarah bangsa. Bahwa Indonesia lahir bukan sebab perjuangan satu suku semata. Bukan sebab perjuangan satu pemeluk Agama belaka. Indonesia lahir dari merahnya darah segenap pejuang, dari koyakan putihnya daging dan tulang pejuang, tanpa memandang primordial SARA.

Indonesia dibangun dari kebinekaan yang ada sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Kebinekaan itu sudah final disatukan oleh azas Negara-bangsa Indonesia yakni Pancasila.

Bapak, saya mohon tindak tegas segala bentuk upaya penggembosan sakralitas Merah Putih. Merah darah pejuang dan putih daging-tulang pejuang teramat tak terhingga harganya. Bapak, saya mohon segala bentuk ideologi impor yang hendak merongrong Pancasila ditindak tegas.

Mereka nyatanya masih secara terbuka menyebarkan paham impor itu. Mereka masih mempropagandakannya. Menghina Indonesia kita.

Bapak, saya tidak bisa membayangkan jikalau para pendiri bangsa ini bangkit kembali dari kuburnya. Beliau-beliau founding fathers yang menyusun pondasi NKRI ini. Entah beliau bakal menangis atau tersenyum melihat anak bangsanya berusaha mencokel pondasi Negara-bangsa Indonesia ini.

Bapak, semoga harapan saya ini didengarkan.

Salam Indonesiaku ...
Lestari ...
Rahayu Nusantara ...