Kaskus

Hobby

purwanti29Avatar border
TS
purwanti29
Biarkan Aku Dan Kamu Menjadi Kenangan


Desa Gading Kabupaten Sampang, pulau Madura, Jawa Timur, disinilah tempatku lahir dan dibesarkan. Di wilayah ini pula aku pertama kali mengenalnya.

Seorang guru honorer di Madrasah tempat adikku mengenyam pendidikan. Dialah orang pertama yang membuatku merasakan jatuh cinta.

Perkenalan yang terbilang singkat namun mampu memberikan sensasi kupu-kupu berterbangan di dalam hati.

Pencuri hati itu bernama Mahendra. Berperawakan tegap, memiliki wajah yang biasa saja. Namun, memiliki daya pikat tersendiri karena keramahan dan kesopanannya.

Banyak gadis di desa kami yang mengagumi bahkan berharap lebih padanya, termasuk diriku.

Intensitas pertemuanku dengan Bang Mahendra hanya pada pagi dan siang hari saat mengantar jemput adikku. Tak ada obrolan yang penting ketika kami bertemu, hanya tegur sapa biasa layaknya wali murid dan guru.

Hingga suatu ketika, ia mengajak bertemu di luar jam sekolah adikku. Di sebuah taman dekat tempatnya mengajar. Kala itu langit berwarna jingga kemerahan, menandakan matahari bersiap pulang dan berganti gelap malam.

“Nafisah, bersediakah engkau jika aku ingin mengenalmu lebih dalam?” ucapnya kala itu.

Bahagia tak terhingga. Seperti kata pepatah, ‘pucuk dicinta ulam pun tiba’. Ternyata rasaku tak bertepuk sebelah tangan. Aku tak perlu lagi mengaguminya diam-diam.

Aku terus menunduk tak berani menatap tepat di netranya. Tak mampu menjawab pertanyaannya, hanya bisa mengangguk dengan senyum yang menghiasi bibirku.

Sejak saat itu, aku dan Bang Mahendra sepakat menjalin asmara. Berbagi cerita tentang kehidupan keluarga kami dan angan-agan merajut masa depan yang indah. Tanpa terasa setahun lebih hubungan kami.

Bang Mahendra hanyalah seorang pendatang di desaku. Kini, ia harus kembali ke kampung halamannya di desa sebelah.

“Aku harus pulang ke kampungku, Nafisah. Ibuku sakit, tak ada yang merawatnya, karena hanya aku seorang anak beliau.” Pamitnya waktu itu. Ransel sudah siap di punggung. Ia tak memberikan kesempatan untukku menahan kepergiannya.

“Aku janji akan kembali dan meminangmu setelah Ibuku sembuh. Pegang janjiku, Nafisah!” kata terakhir yang diucapkan sebelum ia memasuki bus yang akan mengantarnya ke kampung halaman. Kata terakhir yang selalu aku simpan baik-baik di memoriku.

Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali menangis dan terpaksa melepas kepergiannya. Dengan satu keyakinan bahwa ia akan datang menepati janji. Bertemu di taman dekat tempatnya mengajar.

Kami pun berjanji untuk tetap menjaga komunikasi melalui ponsel. Enam bulan berlalu, komunikasi selama ini masih lancar. Ia mengabarkan bahwa ibunya mulai berangsur sembuh.

Mendengar kabar itu, tentu saja hatiku bahagia. Berarti tak lama lagi ia akan datang menjemputku. Menepati janjinya menjalin mahligai rumah tangga seperti impian kami dahulu.

Namun, sudah seminggu ini tak ada kabar berita darinya. Ponsel tak bisa dihubungi. Gelisah dan khawatir tentang keadaan Bang Mahendra di sana tengah merajai hatiku.

Aku tak dapat menanyakan kabar tentang Bang Mahendra pada siapapun, karena tak ada nomor ponsel kerabat atau orang terdekatnya yang kuketahui.

Aku hanya mampu berdoa semoga ia tetap dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun ada ketakutan dalam diri jika Bang Mahendra sengaja menjauhiku.

Aku tetap meyakinkan diri dan percaya bahwa ia akan datang setelah kepergiannya.

Hari berganti. Bulan berlalu. Tahun pun telah terlewati tiga kali. Namun, ia tak kunjung datang. Air mata tak dapat lagi kutahan. Perlahan jatuh membasahi bumi bersamaan dengan rintik hujan. Kuluapkan tangisan disertai hujan yang mulai turun deras.

Puas melampiaskan sakit hati dengan menangis, aku pulang dengan keadaan basah kuyup serta tubuh yang menggigil menahan rasa dingin.

Setelah hari itu, aku meyakinkan diri sendiri untuk melepaskan. Tak lagi menunggu kedatangannya. Aku kembali menata hati dan memulai lembaran baru. Berharap hati ini mau bekerjasama dengan otak untuk melupakan Bang Mahendra.

Namun semua tak semudah yang dibayangkan. Semakin aku berusaha kuat untuk lupa, bayangannya malah semakin aktif menari-nari di benakku.

Dua tahun berlalu, itu artinya sudah lima tahun lamanya Bang Mahendra pergi. Hatiku sudah mulai bisa menerima. Namun, seakan pemilik napas ingin mengujiku lebih berat lagi. Di saat usahaku hampir membuahkan hasil, Takdir mempertemukanku tanpa sengaja dengan Bang Mahendra.

Aku hampir saja berlari dan mendekapnya erat. Namun, belum juga kakiku melangkah, hadir seorang wanita di samping Bang Mahendra dan menggandeng lengannya.

Aku terpaku. Seketika hatiku mati rasa. Tak tahu harus menangis atau tertawa. Menangisi kisah cinta yang berakhir kecewa atau menertawakan diri yang bodoh sudah percaya bujuk rayu lelaki. Meskipun demikian hancur perasaanku, sebisa mungkin aku tunjukan bahwa diriku baik-baik saja.

“Apa kabar, Bang. Lama tak jumpa,” kataku basa-basi ketika kaki telah berhasil melangkah mendekatinya.

“Alhamdulillah, baik,” ucapnya terbata. Aku tahu, mungkin ia juga terkejut dengan pertemuan tak terencana kami.

“Ini …?” tunjukku pada wanita di sebelah Bang Mahendra.

“Oh … dia … perkenalkan, ini istriku.” Aku dan wanita itu saling berjabat tangan dan menyebut nama masing-masing.

Namanya Elmyra. Ia nampak anggun mengenakan gamis sederhana dengan hijab warna sepadan. Pantas saja jika Bang Mahendra tertarik padanya. Ada sedikit rasa cemburu dan iri menggelitik di hati. Seharusnya aku yang berdiri di sampingnya.

Aku pun hanya bisa melangkah mundur, membawa luka yang menggores di hati. Tak ada yang perlu aku perjuangkan lagi. Meskipun begitu banyak tanya dalam benak yang ingin aku sampaikan pada Bang Mahendra, semuanya aku tahan. Cukup aku simpan sebagai kenangan. Tak ingin aku melukai saudara sesama wanita.

Biarkan kisahku dan Bang Mahendra menjadi pelajaran dan pengalaman berharga untukku.

Berbahagialah dengan kehidupan barumu, Bang. Maka akupun akan berusaha melupakanmu. Melepaskan hati dari jerat hatimu. Meyakinkan diri bahwa semua yang ada di bumi ini telah digariskan oleh sang pencipta. Agar tak akan aku rasakan menjadi yang tersakiti. Meskipun dalam hatiku benar-benar sakit.














betiatinaAvatar border
lina.whAvatar border
lina.wh dan betiatina memberi reputasi
2
561
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan