- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Orang Miskin Nggak Punya Muka, Semoga Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Punya Solusinya


TS
Kokonata
Orang Miskin Nggak Punya Muka, Semoga Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Punya Solusinya

Beberapa akun Facebook membagikan kisah seseorang yang membagikan nasi bungkus. Satu ucapan penerima nasi bungkus itu menusuk hatinya.
Penerima nasi bungkus itu seorang bapak. Profesinya pengangkut sampah. Saat ditawarkan nasi bungkus, si bapak menerima sambil bertanya apakah dia akan difoto? Apabila harus difoto sebagai bukti, dia siap.
“Orang miskin dapet nasi aja seneng. Walaupun jadi ga punya muka,” kata si bapak.
Ucapan bapak pengangkut sampah itu sungguh menampar si pemberi nasi bungkus.

Bapak itu kemudian bercerita. Dia sering menerima nasi bungkus, kemudian difoto. Foto untuk bukti nasi bungkus sudah benar-benar dibagikan pada orang miskin. Seperti si bapak.
Awalnya si bapak sangat malu saat menerima pemberian sambil difoto. Bahkan dia pernah tersinggung karena seorang ibu memberikan nasi bungkus dari dalam mobil mewah. Tidak turun dari mobil dahulu.
Lambat laun, si bapak terbiasa. Perut yang butuh asupan lebih penting. Malu dibuang jauh-jauh. Tidak perlu terhina. Bahkan jika diberi dari dalam mobil.
Nasi bungkus gratis artinya berhemat. Uang jatah makan bisa dibawa pulang. Dia bisa menggunakannya untuk kebutuhan lain.
Zaman now, kita mudah menemukan sosok, kelompok, atau komunitas yang sering berbagi. Terutama berbagi kebutuhan pokok untuk kaum miskin. Gerakan berbagi itu biasanya marak pada bulan Ramadhan, namun di hari biasa pun kita bisa menemukannya.

Fenomena berbagi mungkin terkait dengan pertambahan jumlah orang kaya di Indonesia. Menurut data World Wealth Report, Indonesia berhasil masuk ke dalam daftar 25 besar populasi orang terkaya. Pada 2018, ada 129 ribu orang yang memiliki kekayaan di atas USD 1 juta atau Rp 14,1 miliar (USD 1 = Rp 14.116). Jumlah tersebut bertambah 5.000 dari tahun 2017 yang berjumlah 124 ribu orang kaya. Bahkan jumlah orang Indonesia kaya tersebut terbanyak di Asia Tenggara.
Apakah jumlah orang kaya tersebut berarti pemerintahan Jokowi sukses memakmurkan Indonesia?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada lima tahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi, tingkat kemiskinan menurun. Pada tahun 2014, jumlah penduduk miskin tercatat 27,73 juta jiwa atau sekitar 10,96% dari total populasi. Pada Maret 2019, penduduk miskin menjadi 25,14 juta jiwa. Jumlah itu menyusut 2,59 juta jiwa dibanding dengan angka kemiskinan pada September 2014.

Pada pemerintahan Jokowi periode kedua, angka kemiskinan mungkin bisa menurun lagi. Isu kenaikan tarif listrik, pencabutan subsidi BBM, kenaikan BPJS dan lainnya pada awal 2020 mungkin bisa diikuti juga dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Kenaikan berbagai harga tidak bepengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat.
Orang-orang miskin seperti bapak pengangkut sampah yang mendapat nasi bungkus semoga berubah nasibnya. Jokowi dengan berbagai program cerdasnya dapat menaikkan level si bapak tukang sampah sehingga tidak lagi menjadi penerima, namun berubah menjadi pemberi.
Emang mungkin?
Kita coba dukung saja Jokowi dan terus awasi kinerjanya. Nggak milih Jokowi bukan berarti kita abai dengan segala kebijakan pemerintahannya kan. Masukan dan kritik membangun perlu terus disampaikan kepada pemerintah Jokowi periode 2.
Selain itu, semoga orang-orang kaya yang senang berbagi bisa lebih bijak membantu orang-orang miskin. Membantu tanpa menciderai harga diri orang miskin. Semangat memberinya sudah bagus, tinggal caranya saja yang terus dibenahi.
Mari selalu doakan yang terbaik untuk Indonesia kita.
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
Foto
Suaramerdeka.com
Suaratani.com






tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan