- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Kisah Ririntik, Penyihir di Negeri Hujan


TS
babygani86
Kisah Ririntik, Penyihir di Negeri Hujan
Dahulu kala, ada seorang penyihir yang tinggal di Negeri Hujan. Namanya penyihir Ririntik. Di Negeri Hujan, hujan turun setiap siang dan malam.
Semula, tidak ada warga Negeri Hujan yang kesal dengan keadaan negeri mereka itu. Namun, setelah zaman semakin maju, banyak warga Negeri Hujan yang bisa bepergian ke negeri lain. Mereka kini tahu, ada negeri yang hujannya tidak turun setiap hari.
Sekarang, banyak sekali warga Negeri Hujan datang ke rumah Ririntik sambil membawa payung. ”Penyihir Ririntik, tolong berikan kami mantra agar hujan tidak turun lagi. Tolong buat matahari bersinar terang seperti di negeri tropis,” pinta mereka.
Ririntik biasanya mendiamkan mereka. Tentu saja ia tidak bias mengubah Negeri Hujan menjadi seperti negeri tropis. Namun pada suatu hari, ia sangat terkejut ketika melihat antrian warga Negeri Hujan di depan pintu rumahnya. Mereka semua berpayung dan berbaris sampai panjang.
”Berikan kami mantra penghenti hujan, Penyihir Ririntik!”seru mereka.
Sayangnya, Ririntik adalah penyihir biasa. Ia hanya bias membuat mantra yang biasa-biasa saja.
”Maaf, aku tidak bisa membuat mantra yang melawan kekuatan alam. Kekuatanku terlalu kecil. Aku tidak bisa menghentikan hujan.
Aku tidak bisa membuat matahari bersinar terang, kata Ririntik malu- malu. Warga Negeri Hujan yang mengantre, mendengus kesal. ”Huh, menghentikan hujan saja kamu tidak bisa?” gerutu mereka. ”Jangan-jangan, kamu bukan penyihir betulan!" ejek yang lainnya.

Salah satu nenek tua, mendekati Penyihir Ririntik dan berkata dengan nada yang lebih sabar. ”Lihatlah, kami semua pilek dan kedinginan. Wajah semua warga negeri ini pucat. Cobalah kamu berbuat sesuatu dan menolong kami. Sibukkan dirimu!" kata nenek itu.
Warga Negeri Hujan yang mengantre itu lalu pulang satu persatu. Halaman rumah Penyihir Ririntik kini kosong lagi. Ririntik masuk ke dalam rumahnya. Dari jendela, ia melihat hujan yang terus turun. Ia juga melihat warga Negeri Hujan yang lalu lalang. Semua memakai payung dan mantel tebal.
”Masalah di negeri ini memang betul-betul serius. Sepanjang tahun hujan turun tidak berhenti. Kalau tidak mampu menghentikan hujan, aku bisa kehilangan pekerjaanku sebagai penyihir istana,” gumam Ririntik bingung.
Ia lalu duduk di kursinya yang hangat di depan perapian. Ririntik berpikir. Ia tak bisa meniup awan hitam yang menurunkan hujan agar pergi jauh ke laut. Ia juga tidak bias menyihir agar matahari keluar dari balik awan.
”Apa yang harus kulakukan?”
Ia lalu melihat ke tujuh paying miliknya di sudut ruangannya.
Ada satu payung untuk setiap hari dalam satu minggu.' Tiba-tiba, Ririntik mendapat ide.
Ia meraih payung berhias tulisan Hari Senin. Ia membukanya dan melihat ke dalamnya. Ia lalu menekuk tepian payung ke depan dan belakang.
”Hmmm..." gumamnya.
Ia lalu membawa payung itu ke ruang kerjanya. Berhari-hari ia tidak keluar ruangan dan terus bekerja.
Beberapa hari kemudian, orang-orang di luar rumah penyihir Ririntik melihat cahaya biru dan putih dari jendela rumah penyihir itu. Lalu ada asap merah dan hijau keluar dari cerobongnya.
Penyihir Ririntik lalu membuka pintu dan berteriak, "Rakyat Negeri Hujan, datanglah berbaris satu persatu dengan payung kalian. Kalian akan lihat kalau aku adalah penyihir sungguhan?
Satu persatu warga desa melipat payung mereka dan melangkah masuk ke rumah si penyihir. Satu persatu juga warga desa keluar dari rumah si penyihir dan berjalan di hujan.
Mereka membuka payung—payung mereka. Cahaya-cahaya indah dan hangat bagai sinar matahari keluar dari dalam payung mereka. Sinar hangat berwarna kuning itu meliputi tubuh mereka dari kepala sampai kaki.

Warga menyukai sinar hangat dari bagian dalam payung mereka. Mereka membuka topi dan mantel mereka dan menggulung lengan baju mereka.
Mereka duduk di kursi taman di bawah cahaya hangat dari payung. Kulit mereka yang putih pucat, kini tampak mulai cokeiat dan sehat. Mereka tidak lagi mengejek penyihir Ririntik.
Dari antara rintik hujan, si penyihir Ririntik mendengar seruan warga Negeri Hujan, "Hidup penyhir kami yang hebat! Hidup Ririntik! Horeee...”
Semula, tidak ada warga Negeri Hujan yang kesal dengan keadaan negeri mereka itu. Namun, setelah zaman semakin maju, banyak warga Negeri Hujan yang bisa bepergian ke negeri lain. Mereka kini tahu, ada negeri yang hujannya tidak turun setiap hari.
Sekarang, banyak sekali warga Negeri Hujan datang ke rumah Ririntik sambil membawa payung. ”Penyihir Ririntik, tolong berikan kami mantra agar hujan tidak turun lagi. Tolong buat matahari bersinar terang seperti di negeri tropis,” pinta mereka.
Ririntik biasanya mendiamkan mereka. Tentu saja ia tidak bias mengubah Negeri Hujan menjadi seperti negeri tropis. Namun pada suatu hari, ia sangat terkejut ketika melihat antrian warga Negeri Hujan di depan pintu rumahnya. Mereka semua berpayung dan berbaris sampai panjang.
”Berikan kami mantra penghenti hujan, Penyihir Ririntik!”seru mereka.
Sayangnya, Ririntik adalah penyihir biasa. Ia hanya bias membuat mantra yang biasa-biasa saja.
”Maaf, aku tidak bisa membuat mantra yang melawan kekuatan alam. Kekuatanku terlalu kecil. Aku tidak bisa menghentikan hujan.
Aku tidak bisa membuat matahari bersinar terang, kata Ririntik malu- malu. Warga Negeri Hujan yang mengantre, mendengus kesal. ”Huh, menghentikan hujan saja kamu tidak bisa?” gerutu mereka. ”Jangan-jangan, kamu bukan penyihir betulan!" ejek yang lainnya.

Salah satu nenek tua, mendekati Penyihir Ririntik dan berkata dengan nada yang lebih sabar. ”Lihatlah, kami semua pilek dan kedinginan. Wajah semua warga negeri ini pucat. Cobalah kamu berbuat sesuatu dan menolong kami. Sibukkan dirimu!" kata nenek itu.
Warga Negeri Hujan yang mengantre itu lalu pulang satu persatu. Halaman rumah Penyihir Ririntik kini kosong lagi. Ririntik masuk ke dalam rumahnya. Dari jendela, ia melihat hujan yang terus turun. Ia juga melihat warga Negeri Hujan yang lalu lalang. Semua memakai payung dan mantel tebal.
”Masalah di negeri ini memang betul-betul serius. Sepanjang tahun hujan turun tidak berhenti. Kalau tidak mampu menghentikan hujan, aku bisa kehilangan pekerjaanku sebagai penyihir istana,” gumam Ririntik bingung.
Ia lalu duduk di kursinya yang hangat di depan perapian. Ririntik berpikir. Ia tak bisa meniup awan hitam yang menurunkan hujan agar pergi jauh ke laut. Ia juga tidak bias menyihir agar matahari keluar dari balik awan.
”Apa yang harus kulakukan?”
Ia lalu melihat ke tujuh paying miliknya di sudut ruangannya.
Ada satu payung untuk setiap hari dalam satu minggu.' Tiba-tiba, Ririntik mendapat ide.
Ia meraih payung berhias tulisan Hari Senin. Ia membukanya dan melihat ke dalamnya. Ia lalu menekuk tepian payung ke depan dan belakang.
”Hmmm..." gumamnya.
Ia lalu membawa payung itu ke ruang kerjanya. Berhari-hari ia tidak keluar ruangan dan terus bekerja.
Beberapa hari kemudian, orang-orang di luar rumah penyihir Ririntik melihat cahaya biru dan putih dari jendela rumah penyihir itu. Lalu ada asap merah dan hijau keluar dari cerobongnya.
Penyihir Ririntik lalu membuka pintu dan berteriak, "Rakyat Negeri Hujan, datanglah berbaris satu persatu dengan payung kalian. Kalian akan lihat kalau aku adalah penyihir sungguhan?
Satu persatu warga desa melipat payung mereka dan melangkah masuk ke rumah si penyihir. Satu persatu juga warga desa keluar dari rumah si penyihir dan berjalan di hujan.
Mereka membuka payung—payung mereka. Cahaya-cahaya indah dan hangat bagai sinar matahari keluar dari dalam payung mereka. Sinar hangat berwarna kuning itu meliputi tubuh mereka dari kepala sampai kaki.

Warga menyukai sinar hangat dari bagian dalam payung mereka. Mereka membuka topi dan mantel mereka dan menggulung lengan baju mereka.
Mereka duduk di kursi taman di bawah cahaya hangat dari payung. Kulit mereka yang putih pucat, kini tampak mulai cokeiat dan sehat. Mereka tidak lagi mengejek penyihir Ririntik.
Dari antara rintik hujan, si penyihir Ririntik mendengar seruan warga Negeri Hujan, "Hidup penyhir kami yang hebat! Hidup Ririntik! Horeee...”
Spoiler for Referensi:






lina.wh dan 3 lainnya memberi reputasi
4
958
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan