Kaskus

Hobby

arganovAvatar border
TS
arganov
Yang Tersakiti, Yang Mengobati
Part. 1. Coba Nanti Cari Sendiri

Saat matanya pertama kali terbuka, hal pertama yang ia rasakan adalah rasa dingin meja. Pemuda itu mendesah. Lehernya sedikit ngilu saat kemudian secara tiba-tiba ia tegak. Salah tidur. Layar komputer di depannya masih menyala. Ia baru saja menyelesaikan laporan proyek pembangunan toko itu. Proyek yang baru beberapa bulan lalu ia menangkan bersama perusahaan. Pihak pemilik proyek menghubunginya tentang laporan proyek kemarin dan meminta laporan untuk jam 2 hari ini. Jadilah ia tertidur lagi di depan komputer.

Untung mama sedang pergi ke rumah keluarganya kemarin dan baru pulang besok, jika tidak ia akan menerima hadiah omelan pagi ini.

“Bang, mau sarapan tidak?” Kepala seorang pemuda lain berseragam putih-abuabu muncul di pintu kayu kamarnya.

“Masak apa kamu?” tanyanya. Pasti adiknya itu ingin ditambah uang jajan kalau tidak mana mungkin adiknya itu tiba-tiba baik seperti pagi ini.

“Telur.”

“Cuma telur.”

“Pakai nasi goreng.”

“Bikinin roti bakar buatku.” Ia berdiri dan meregangkan ototnya setelah memprogram print laporan di komputer. Ia memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan sebelum mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Pastinya laporan sudah selesai tercetak dan ia sudah selesai berpakaian 15 menit kemudian. Dimasukkan laporan ke dalam map dan masuk juga dalam tas kerjanya. Disandangnya menuju ruang makan di lantai dasar.

“Telurnya hangus.” Wira protes saat mendapati pinggiran makanannya menghitam.

“Syukur udah mau bikinin,” kata adiknya itu sambil menyuap nasi goreng. Tinggal dua sendok lagi.

Dipotongnya telurnya dengan sendok dan dimakannya. Ia mengernyit. “Asin. Kamu masukan garam berapa banyak, Arga?” tanya sambil menggeser piring ke tengah.

“Setengah sendok teh,” jawab pemuda itu polos.

“Astaga!” Wira menggeleng-geleng takjub. Ia antara ingin marah dan juga prihatin kini pada adiknya. “Padahal cukup ujung sedok doang.”

“Bikin sendiri sana.”

Ia mendengus kesal lalu berdiri. Lama-lama melihat makhluk satu ini bakal bikin darahnya naik semakin tinggi. “Jangan lupa kunci rumah.” Lalu ia terhenti saat Arga menadahkan tangan.

“Apa?” tanyanya sok tak tahu.

“Upah.” Arga cengengesan.

Dirogohnya sakunya oleh Wira. Dari dalam dompet dikeluarkan selembar uang dua puluh ribuan. “Nih.”

“Dikit amat?” Arga mengernyit tak terima.

“Coba nanti cari uang sendiri. Baru ngomong itu dikit apa banyak.” Ditinggalkan adiknya itu yang menggerutu panjang pendek.
tuliptulipjeAvatar border
tuliptulipje memberi reputasi
1
312
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan