Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

raaaaud20Avatar border
TS
raaaaud20
Tumpahan Rasa
Tumpahan Rasa
Cr: pinterest

Pagi ini terasa biasa saja. Aku tak pernah mengenal segarnya bau embun pagi, hangatnya mentari. Tak mengerti perjalanan mentari pagi. Tak pernah mengerti perjalanan mentari berjalan diatas langit, menyalurkan rasa hangat kepada setiap insan bumi yang merasa kedinginan.
Aku merasa mentari hanya menyinari dunia kala siang hari dan akan lenyap oleh gelap saat malam tiba.
Nyatanya semua itu salah. Mentari memiliki tugas khusus untuk tetap menghangatkan jiwa manusia, agar tetap hidup. Menyalurkan kehangatan kepada dedaunan agar tetap memproduksi oksigen.
Mentari, mendatangkan sosok dihadapanku, kala dirinya akan pergi. Menghadirkan sosok yang bisa menggantikannya, karena mendung telah mengambil alih kekuasaan langit. Mentari tak siap untuk menghangatkanku lagi dan sedikit berpesan kepada seseorang tersebut untuk selalu memberiku kehangatan.
Terimakasih mentari, kau menghadirkan sosok yang hebat di dalam hidupku. Aku semakin merasa hidup ini semakin berarti. Hidupku bangkit dari kedinginan malam dan kehampaan.

Tumpahan Rasa
Cr: pinterest

Hariku berikutnya terasa semakin berarti. Tak ada lagi suara musik dari laptop lama dan buli yang menemaniku kala sepi melanda. Kini telah telah tergantikan oleh canda tawa dan cerita dari bibirmu.
Setiap hari datang memberiku kehangatan sembari memberi janji-janji kehidupan di masa yang akan datang. Aku sambut itu semua itu dengan penuh kebahagiaan dan harapan besar akan kebenaran janji itu terjadi dikemudian hari.
Malam-malamku, kini dipenuhi oleh bayang-bayang kita berlarian di hamparan rumput sambil menggendong buah hati yang lucu, sebagai pemanis cinta kita.

Tumpahan Rasa
Cr: pinterest

Terlihat langit masih melakukan tugasnya dengan baik. Begitupun semesta masih setia untuk memberi janji kehidupan untuk umat manusia. Tapi tidak dengan mentariku. Dia perlahan menenggelamkan cahayanya dibalik awan yang cerah. Dan melalaikan tugasnya untuk selalu menghangatkanku. Kini sudah lenyap. Seakan-akan ditelan oleh cakrawala.
Terlihat pesan terakhir yang kukirimkan, hanya centang abu-abu. Perasaanku tanpa dikendalikan mulai merasa tidak enak. Otak dengan seenaknya berpikiran negatif tentangnya. Tarikan napas panjangku membuat sedikit lebih tenang. Kutepiskan pikiran buruk perihalnya dan tetap berpikir positif. Tapi pikiran positif semakin membunuhku dalam kekhawatiran.

Hari berikutnya ada peningkatan sedikit. Kau membalas pesanku seperlunya, bahkan tak jarang hanya centang dua abu-abu. Dua centang abu-abu itu semakin membuat pikiranku berkecamuk. Dalam pikiranku terputar sebuah film pendek, menayangkan jika dirimu sedang menerbitkan diri di hidup seseorang yang lain. Dia lebih baik dari diriku, cantik dan sangat menarik bagi semua pria. Dengan cepat aku menepis semua itu. Menenggelamkan dalam kesibukan.
Aku di depan duduk di atas kursi kayu yang rapuh. Setengah jam terbuang untuk melamun sambil menyeruput kopi yang sudah hampir tandas. Namun, tanda-tanda kedatanganmu tak ada, biasanya terdengar suara deru motor vespamu kini digantikan oleh suara jangkrik. Si jangkrik nampaknya tahu kalau aku sedang kesepian. Aku lihat benda kotak hitam membuka aplikasi pengirim pesan. Centang dua abu-abu sejak dua puluh empat jam yang lalu setelah kamu mengatakan akan datang ke rumah untuk menjelaskan hubungan kita.

Hari kujalani tanpamu lagi. Yang dulunya datang sembari tertawa renyah sebagai penyemangat hari. Tak jarang tawamu kujadikan sebagai refleksi diri untuk menghilangkan kepenatan menjalani hari. Ukiran senyummu yang begitu cantik, menamppakkan guratan-guratan halus dipipimu menambah energi semangatku. Namun, kini semua itu mendadak menghilang. Seperti mentari sore menjejalkan diri ke dalam bumi, seperti tak ingin kembali esok pagi.
Sesal mulai memenuhi dalam hati, kenapa aku dulu dengan bodohnya menerima hadirmu? Yang jelas-jelas ada seseorang sebelummu datang ingin membuka hatiku, namun aku tetap tak bisa dengan mudah membuka. Lalu, kamu datang membawa janji-janji yang sama dan rayuan manis yang sama tapi justru melemahkan hatiku. Kau dengan paksa masuk ke dalam hati, menjejalkan diri meskipun itu sangat sulit sekali. Kau setiap hari berusaha hingga pada akhirnya aku menyerah dan membiarkanmu masuk mendiami hatiku yang mulai menerima hadirmu. Mulai mengharapkan janjimu itu nyata. Dari ucapanmu yang berjanji tak akan menyakitiku, egoku mulai bergejolak ingin merasakan cintamu.

Lihatlah, semesta meertawanku saat ini. Tertawa puas karena melihatku terlalu percaya dengan orang baru dan terlalu percaya terhadap janji-janji manis yang kau ucapkan kepada setiap wanita, mungkin. Yang aku kenal, kamu itu tipe orang yang selalu menepati janji dan tak suka dengan kebohongan. Tapi, nampaknya sekarang di luar sana ada orang yang membuatmu berubah.

Hari berikutnya, mendung sudah tertata rapi membentuk formasi di atas sana. Nampaknya hujan akan turun. Biasanya seperti itu. Aku menunggu hujan turun sembari membereskan kamar. Membuang semua yang kau berikan. Semua kenangan yang kita buat dan kita abadikan. Rasanya sudah tak penting lagi bagiku. percuma. Dan sebuah kesia-siaan yang pernah aku lalukan saat itu. Tapi tak pernah kusesali, karena kamu telah berusaha mendapatkan yang tidak semua orang bisa mendapatkan yaitu, hatiku. Meski, akhirnya kau meninggalkan tanpa pesan atau sepatah kata untuk memastikan bahwa kita benar-benar berpisah. Namun, dari sikapmu sudah tercetak jelas bahwa kau sudah mendapatkan cinta baru.

Tetes hujan mengguyur bumi, bunyi air jatuh di atas genteng mulai terdengar indah. Wangi bau tanah sangat menenangkan. Sedikit meredamkan amarah yang tersulut. Kulihat pantulan diri di cermin, wajah nampak kusut tak terurus, rambut hanya dicepol asal, dan baju kemarin. Tak sempat mandi, tak sempat mengurus diri hanya karena cinta mengubah kondisi. Biarlah hujan terus mengguyur bumi, menenangkan orang yang senasib denganku. Biarkan mereka tenang bersama turunnya biar hujan, karena hujan bisa menyamarkan orang yang sedang menangis. Tak ada perbedaan yang terlalu kentara jika menangis di bawah hujan, tangisan tak akan terdengar dan air mata akan luruh bersama jatuhnya air hujan.

Hatiku sudah mulai tak sabaran, ingin segera memastikan apa hubungan kita ini? Sungguh pengecutnya kau, tak berani mengatakan kepastian. Saling diam tak menyelesaikan masalah dengan cepat. Lihat! Ini bukan perangaimu yang sebenarnya, aku sangat mengenalmu detail. Bahkan sifatmu aku tahu sangat. Kau tidak suka membuat seseorang menunggu. Nampaknya dia yang baru telah mengubah semuanya. Otakmu diubah dengan sekejap, sungguh tega sekali dia. Aku saja tak pernah mengubahmu. Ah, kok jadi membeda-bedakan dengannya yang tak kukenali. Cih!
Malam ini aku putuskan untuk pergi ke kosmu. Tak peduli dinginnya kota, malam ini. Aku hidupkan motor, tanpa menunggu lama aku langsung menarik gas. Selama perjalanan, otakku berusaha mencari topik malam ini yang akan kita bicarakan. Aku bersiap akan memarahimu, memakimu dengan keras, dan memukulmu kalau bisa. Amarahku semakin memburu, laju sepedaku semakin liar. Tak peduli klakson protes dari pengemudi lain. Emosiku sudah memuncak membayangkan wajahnya. Napasku memburu.

Tak butuh waktu lama aku sampai di depan kosmu. Tak sabaran aku menggedor pintu tanpa henti, membuat penghuni keluar. Kau keluar dengan wajah bahagia, memakai kaos pemberianku saat ulang tahunmu. Lidahku kelu melihat wajahmu, semua kata yang sudah aku rancang untuk memakimu hilang. Umpatan yang ingin aku lontarkan, mendadak tertahan.
Dadaku terasa sesak, tanpa sadar air mata lolos turun. Hatiku bahagia bisa bertemu denganmu, dan kecewa tak bisa mengeluarkan umpatan yang sudah kusiapkan untukmu. Kakiku luruh, aku terduduk menunduk menangis sejadi-jadinya. Kau dengan sialnya memelukku tanpa permisi. Aku dengan bodohnya menerima hal itu. Pelukanmu masih terasa nyaman seperti dulu. Tidak saatnya aku mengingat masa itu, semua sudah berubah.
Tiba-tiba seorang wanita datang dan berhenti di tempat melihatku berpelukan dengan gebetannya? Pacarnya? Ah, sudahlah bodo amat, tujuanku ke sini bukan itu. Aku segera mendorong dadanya dan berdiri sembari mengelap sisa air mata dengan punggung tangan. Tangan kuusap ke jaket dan menjulurkan tangan kepada wanita itu. Dia hanya diam. Uluran tanganku dibalas oleh sapuan angin malam yang amat kencang. Tangan kutarik dan memasukkan ke dalam saku jaket.
Baiklah, dia nampak tak mau akrab denganku. “Selamat ya, selamat tinggal, semoga kita tak berjumpa lagi.” Setelah mengucapkan itu aku lari dan melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aku tahu dia ingin berbicara, sudahlah aku tak mau mendengarnya lagi.

Pertemuan singkat itu sebagai pertanda bahwa aku kehidupanku seperti semula. Mentari sepertinya salah memberi orang yang tepat untukku. Nyatanya dia tega membuat hatiku sakit. Dia dengan tega meninggalkanku tanpa ucapan perpisahan. Dasar cowok pengecut!
Aksara membantuku menyalurkan kepedihan. Benar kata orang, orang galau akan lebih puitis dari seorang penyair. Itu terjadi padaku saat ini. buku usang yang tak pernah terjamah, kini penuh kalimat dengan beragam makna. Tak genap seminggu, buku itu sudah penuh dengan kalimat. Kesedihan perlahan surut dengan sendirinya. Banyangnya pun sudah tidak menggangguku lagi. Itu pertanda jika diriku sudah mengikhlaskan dirinya. Definisi ikhlasku tak muluk-muluk, cukup merelakan orang yang aku sayang bersama yang lain.

Hidup ini memang seperti roda berputar, ada saatnya di atas dan ada saatnya di bawah. Ada saaatnya merasakan kebahagiaan dan ada saatnya merasakan kesakitan. Dan sekarang mentari nampaknya akan selalu menepati janjinya untuk selalu menghangatkanku di pagi hari. Dia tak ingin memberiku seseorang lagi. Buktinya dia terus terbit ketika pagi, dan tenggelam di sore hari.

Kehidupan penuh dengan cinta sudah aku lewati dengan baik. Kini aku harus merasakan pahitnya kehidupan yang harus dinikmati sendiri, dan dirasakan sendiri. Tak ada rengekan meminta martabak pertigaan kampus, dan tak lagi terdengar deru motor di sertai teriakan. Semuanya lenyap seketika, aku butuh pembiasaan selama berbulan-bulan dan semuanya hilang dalam sekejep? Sungguh kejam kisah romansa cintaku. Apakah akan selalu seperti ini sampai aku bertemu dengan jodoh yang sebenarnya? Entah aku tak tahu pula. Sebagai hamba yang taat, aku hanya bisa berdo’a dan berusaha biar Tuhan yang menentukan hasilnya.

Bertemu agar berpisah.
Lirik lagu itu ada benarnya, buktinya sekarang? Aku bertemu dengannya agar berpisah bukan untuk selamanya. Pun begitu pula kelak, jika aku sudah bertemu dengan jodohku. Pasti raga kita akan berpisah jika maut sudah datang, tapi tidak dengan cinta.
Raganya tak ada, cintanya masih membekas. Apa-apaan ini?! Tak adil sekali! Seharusnya hilang semua, tak ada kenangan, tak ada cinta yang tertinggal, dan tak ada jejak yang tertinggal. Agar aku tak begitu merasa sakit hati yang amat dalam.

Jika memang cintaku tak baik untukmu, lantas mengapa kau memaksa membuka hatiku? Kau dobrak sekencang-kencangnya dan kau obrak-abrik tanpa berniat membereskan. Terbuat dari apa hatimu itu? Sehingga dengan tega kau seperti ini padaku. Oh, sekarang aku tau. Kau berbuat seperti ini karena dia bukan? Feelingku menangkap itu.

Apakah salah jika berpikiran seperti itu? Tak perlu dijelaskan lagi dengan rinci, semuanya telah jelas malam itu. Kehadirannya dihadapanku, membuatku sadar jika dia lebih baik dariku. Kecantikannya bak bidadari surga, dibandingkan aku upik abu. Jelas kau memilih bidadari. Hati ini tak terima kau perlakukan seperti ini, namun nampaknya kau terlihat bahagia dengannya. Aku ikhlas. Jika itu membuatmu bahagia kembali.

Sisa kenangan perlahan menyusut di memori, kehidupan demi kehidupan aku jalani penuh arti. Hidupku berjalan seperti sedia kala, berjalan mulus tanpa aja guncangan akibat pertengkaran perihal asmara hanya sedikit sambatan lelah bekerja. Pekerjaanku mulai padat dan sengaja aku menyibukkan diri agar lupa dengan semua hal masa lalu.

Otakku benar-benar tentangmu, semuanya. Bahkan, hal kecil tentangmu aku sudah lupa. Sengaja memang. Saat tengah menikmati kesendirian, kau datang buru-buru berlinang air mata. Ada apa denganmu? Kau memelukku erat, terisak dan sesegukan. Mati-matian aku ingin melupakanmu, kau dengan mudahnya datang menghancurkan itu semua. Oh, tidak ini bukan salahmu. Semua salahku yang terlalu keras berusaha melupakanmu.

Pelukan hangatmu masih seperti dulu, bedanya kau saat ini menangis. Air matamu membasahi bajuku. Ingusmu pun turut tertempel dibajuku. Memarahimu rasannya tak tega menatap wajah sayumu. Perlahan kau bercerita yang terjadi, sesekali kau mengumpat setelah menyebutkan nama wanita itu. Ya, wanita yang dulu membuat hubunganku retak. Umpatan demi umpatan kau lontarkan dengan penuh kebencian. Wajahmu penuh amarah, napas terengah-engah. Tangan lembutku mengusap punggungmu, menenangkan agar umpatan itu tak lagi terlontar.
Melunak kau dalam pelukku, kuusap rambut hitammu. Kau bercerita semuanya tanpa ditutup-tutupi. Telingaku menyimak ucapanmu. Otakku mencerna masalah yang kau hadapi. Pertanyaan terlontar dari mulutku, apakah kau mecintai dia? Kau jawab iya tapi sebelum tahu kelakuan sebenarnya. Kau berkata, dia berlindung di balik parasnya yang cantik. Menutupi keburukan demi eksistensi meskipun sudah menjadi rahasia umum.
Kejadian di sore itu awal mula rekatnya hubungan kita, tak mudah menerimamu lagi. Hatiku masih takut untuk cinta kepada orang yang sama. Jika sebagai teman aku bisa menerima, jika lebih dari itu? Akan aku pikirkan lagi. Setidaknya kini kau telah tenang bersamaku. Air matamu mengering tepat setelah aku nasehati. Dengan janji yang seperti dulu, kau ingin bangkit dari kepedihan itu. Alasanmu mencariku pun tak begitu aku hiraukan. Biarlah kau berkata semaumu, aku diam saja. Menerimamu kembali seperti menabur garam di atas luka. Perihnya sulit diungkapkan dan hanya bisa dirasakan.

Pulang kerja, kau menjemputku. Berbincang di atas motor menceritakan hari yang tak begitu menarik untuk dierbincang. Hambar. Itulah definisi yang tepat dengan perasaan yang kualami saat ini. Semua cinta, sayang, dan perhatian tertutup oleh kesalahanmu kala itu. Tak bisa dilupakan dengan mudah. Sesuatu yang membekas memang tak mudah untuk dilupakan.
Sempat aku bertanya-tanya kenapa kenangan pahit tak mudah dilupakan? Tapi tak hanya kenangan pahit saja, kenangan manis pun tak mudah dilupakan. Bahkan mungkin sulitnya sama halnya dengan melupakan kenangan pahit. Namanya juga kenangan, KBBI aja bilang kalo kenangan itu sesuatu yang membekas dalam ingatan.

Kehadiranmu masih sulit untuk diterima lagi. Dan aku hanya ingin mengucapkan terimakasih sudah pernah menjadi mentari hidupku.


👣👣


Jangan lupa cendol segar, rate dan bagikan. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih
Diubah oleh raaaaud20 09-07-2020 09:15
anasabilaAvatar border
embunsuciAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.3K
12
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan