- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[Cerita Nuray] Masa-Masa Menguras Perasaan


TS
agityunita
[Cerita Nuray] Masa-Masa Menguras Perasaan
Mengetuk gerbang kehidupan baru. Sebuah gerbang pernikahan. Memasukinya dengan penuh keyakinan. Namun sayang, Nuray memiliki imajinasinya sendiri. Kehidupan pernikahan yang seperti apa yang ingin dan seharusnya ia jalankan. Dan ketika segalanya tak seperti yang ia bayangkan, ia merasa bahwa perikahan ini adalah sebuah kesalahan.
Di tahun pertamanya, Nuray secara tidak langsung dipaksa untuk keluar dari pekerjaannya. Namun sebagai istri, Nuray mencoba untuk mematuhi perintah suaminya tersebut. Dia berharap dengan berhenti bekerja, semua kebutuhan hidupnya bisa dipenuhi oleh sang suami. Karena ada sisi dalam diri Nuray yang selalu mendambakan kehidupan yang berkecukupan, ia tidak mau merasakan susah lagi apalagi soal materi. Tetapi lagi-lagi, kenyataan tak berjalan seperti dalam harapan indahnya.
Nuray yang harus tinggal di Surabaya dan menempati sepetak rumah kontrakan, merasakan rasa tak nyaman dan tertekan. Di tahun-tahun pertama, ia merasa tak berhasil beradaptasi dengan baik. Namun Adnan dengan sabar mengalah. Memenuhi setiap keinginan Nuray. Dan itu membuat Nuray mampu meredam seluruh emosinya. Dan Mereka mampu melewati tahun pertamanya dengan baik.
Tahun demi tahun pun berlalu. Sejak mereka melewati fase tahun pertama yang cukup mengkhawatirkan. Entah mengapa setiap akan memasuki ulang tahun pernikahan, selalu saja dihiasi pertengkaran yang menguji pernikahan mereka. Seperti sindrom anniversary, namun setelah itu semua terlewati maka mereka akan melalui hari-hari dengan lebih baik lagi.
Yogyakarta, 2014
Setelah menghabiskan waktu selama dua tahun untuk tinggal di Surabaya setelah menikah. Maka Adnan memuskan memboyong Nuray untuk tinggal di tempat kelahirannya. Sebuah kota yang dibayangan Nuray adala kota yang pasti istimewa seperti namanya.
Namun ternyata keistimewaan itu memudar seiring berjalannya waktu. Yang ada hanyalah bagaimana Nuray harus bisa bertahan hidup di tengah keluarga yang menurutnya tidak sehat. Keluarga yang lebih banyak diselimuti oleh amarah dan segala drama yang terjadi. Tetapi dari keluarga inilah, suaminya terlahir. Maka ia harus sebisa mungkin bertahan.
Nuray yang pendiam dan tak banyak bicara. lebih memilih tetap berada pada ketertutupannya daripada harus menghadapi celoteh-celoteh keras sang mertua. Atau kata-kata manis tetapi menjerumuskan dari saudara-saudara ipar. Nuray merasa tak cukup punya banyak nyawa untuk bisa bertahan.
Waktu pun terus berlalu, hingga Nuray mampu bertahan tinggal di desa ini selama hampir lima tahun. Tak terhitung sudah berapa kali hatinya terluka dan air matanya jatuh. Pada akhirnya Nuray tidak peduli lagi. Nuray berpikir, inil jalan hidup yang harus ia terima.
Saat dahulu ia terlalu banyak menanam pohon keburukan. Kini mungkin saatnya ia memanen buahnya. Meskipun rasanya pahit ia harus menelannya habis. Dan setelah itu, ia harus membiarkan pohon itu mati dan kembali menanam pohon yang baru. Tetapi kali ini, ia harus menanam pohon kebaikan. Agar kelak buah yang ia makan rasanya manis.
Di tengah segala perjalanan pernikahan yang hampir berusia delapan tahun, ada kejenuhan yang melanda Nuray. Bukan hanya karena buah hati yang tak kunjung datang. Tetapi rasa cinta yang semakin tak Nuray mengerti. Bagaimana perasaannya pada Adnan. Sudah mampukah ia membalas cinta suaminya itu.
Nyatanya Nuray kembali pada angan-angannya dahulu. Ia membandingkan kehidupannya sekarang tak jauh lebih baik dari kehidupannya dulu. Nuray mulai berontak. Sisi gelapnya yang telah cukup lama tertidur, merasa dibangunkan kembali. Dan Nuray kembali jatuh pada kepelikannya yang sama. Namun kini mungkin lebih menyedihkan, karena statusnya adalah seorang istri.
Bersambung......
Di tahun pertamanya, Nuray secara tidak langsung dipaksa untuk keluar dari pekerjaannya. Namun sebagai istri, Nuray mencoba untuk mematuhi perintah suaminya tersebut. Dia berharap dengan berhenti bekerja, semua kebutuhan hidupnya bisa dipenuhi oleh sang suami. Karena ada sisi dalam diri Nuray yang selalu mendambakan kehidupan yang berkecukupan, ia tidak mau merasakan susah lagi apalagi soal materi. Tetapi lagi-lagi, kenyataan tak berjalan seperti dalam harapan indahnya.
Nuray yang harus tinggal di Surabaya dan menempati sepetak rumah kontrakan, merasakan rasa tak nyaman dan tertekan. Di tahun-tahun pertama, ia merasa tak berhasil beradaptasi dengan baik. Namun Adnan dengan sabar mengalah. Memenuhi setiap keinginan Nuray. Dan itu membuat Nuray mampu meredam seluruh emosinya. Dan Mereka mampu melewati tahun pertamanya dengan baik.
Tahun demi tahun pun berlalu. Sejak mereka melewati fase tahun pertama yang cukup mengkhawatirkan. Entah mengapa setiap akan memasuki ulang tahun pernikahan, selalu saja dihiasi pertengkaran yang menguji pernikahan mereka. Seperti sindrom anniversary, namun setelah itu semua terlewati maka mereka akan melalui hari-hari dengan lebih baik lagi.
Yogyakarta, 2014
Setelah menghabiskan waktu selama dua tahun untuk tinggal di Surabaya setelah menikah. Maka Adnan memuskan memboyong Nuray untuk tinggal di tempat kelahirannya. Sebuah kota yang dibayangan Nuray adala kota yang pasti istimewa seperti namanya.
Namun ternyata keistimewaan itu memudar seiring berjalannya waktu. Yang ada hanyalah bagaimana Nuray harus bisa bertahan hidup di tengah keluarga yang menurutnya tidak sehat. Keluarga yang lebih banyak diselimuti oleh amarah dan segala drama yang terjadi. Tetapi dari keluarga inilah, suaminya terlahir. Maka ia harus sebisa mungkin bertahan.
Nuray yang pendiam dan tak banyak bicara. lebih memilih tetap berada pada ketertutupannya daripada harus menghadapi celoteh-celoteh keras sang mertua. Atau kata-kata manis tetapi menjerumuskan dari saudara-saudara ipar. Nuray merasa tak cukup punya banyak nyawa untuk bisa bertahan.
Waktu pun terus berlalu, hingga Nuray mampu bertahan tinggal di desa ini selama hampir lima tahun. Tak terhitung sudah berapa kali hatinya terluka dan air matanya jatuh. Pada akhirnya Nuray tidak peduli lagi. Nuray berpikir, inil jalan hidup yang harus ia terima.
Saat dahulu ia terlalu banyak menanam pohon keburukan. Kini mungkin saatnya ia memanen buahnya. Meskipun rasanya pahit ia harus menelannya habis. Dan setelah itu, ia harus membiarkan pohon itu mati dan kembali menanam pohon yang baru. Tetapi kali ini, ia harus menanam pohon kebaikan. Agar kelak buah yang ia makan rasanya manis.
Di tengah segala perjalanan pernikahan yang hampir berusia delapan tahun, ada kejenuhan yang melanda Nuray. Bukan hanya karena buah hati yang tak kunjung datang. Tetapi rasa cinta yang semakin tak Nuray mengerti. Bagaimana perasaannya pada Adnan. Sudah mampukah ia membalas cinta suaminya itu.
Nyatanya Nuray kembali pada angan-angannya dahulu. Ia membandingkan kehidupannya sekarang tak jauh lebih baik dari kehidupannya dulu. Nuray mulai berontak. Sisi gelapnya yang telah cukup lama tertidur, merasa dibangunkan kembali. Dan Nuray kembali jatuh pada kepelikannya yang sama. Namun kini mungkin lebih menyedihkan, karena statusnya adalah seorang istri.
Bersambung......
Bantul, 12 Oktober 2019




anasabila dan Bolangtelmi memberi reputasi
2
350
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan