- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Pria Manis (PROLOG)
TS
djrahayu
Pria Manis (PROLOG)
Seorang gadis berkerudung merah dengan niqab yang menutup rapat wajahnya memegang sebuah pistol. Tangannya gemetar, saat memegang pistol itu.
“Apa yang salah denganmu? Tidakkah kamu membenciku?” Seorang laki-laki yang berdiri tepat di depan arah pistol berkata. Entah kenapa, ia hanya diam saja. Seharusnya ia bisa lari. Bahkan, menyerang wanita yang tengah tersudutkan itu.
“Bunuh aku!! Kill me!!” teriaknya dengan wajah penuh kesedihan.
Setelah menunggu belasan menit. Laki-laki itu melangkah menuju pintu dan anehnya, ia hanya menutup dan mengunci dari dalam.
“Kamu mau teh?” tanyanya sambil menuang teh dari teko ke cangkir. “Hm … sambil menunggumu siap, aku akan menghabiskan secangkir teh dan menyelesaikan puisiku.”
Laki-laki itu berjalan santai menuju sofa di ruang kerja. Mendaratkan bokong di sofa dan menaruh teh di atas meja kaca. Ia pun sama sekali tidak melirik ke arah gadia yang tengah gemetar hebat.
“Hm ... enak!” serunya sambil tersenyum.
“Kau adalah wanita yang kupuja.
Melupakanmu adalah hal yang tersulit bagiku.
Aku ingin selalu bersamamu.
Namun, apa daya.
Kita tak bisa memaksa takdir.
Oh … rembulan yang menerangi gelap hatiku.”
Perempuan itu masih menodongkan pistol. Tangannya masih gemetar hebat.
“Gitar, mana gitarku ya?” Laki-laki itu kembali melangkah. Ia mendekati gadis itu, hanya sekedar mengambil gitar yang berada tepat di belakang rembulannya.
“A …! I …! U …! E …! O …!” Dia mengecek suaranya, sesaat setelah duduk di sofa.
🎵 “Kau adalah wanita yang kupuja.
Melupakanmu adalah hal yang tersulit bagiku.
Aku ingin selalu bersamamu.
Namun, apa daya.
Kita tak bisa memaksa takdir.
Oh … rembulan yang menerangi gelap hatiku.”🎵
“A … aku.” Gadis itu berkata, menghentikan petikan gitar yang berbunyi merdu.
“Kamu sudah siap?” Laki-laki itu tertunduk. Mimik wajahnya berubah serius. Ia kembali berdiri dan melangkah ke depan pistol. Bahkan, tangannya menggerakkan tangan si perempuan agar mengeker tepat di kepala.
“Sebelum pelatuk ini kamu tarik. Ku ingin bilang. Perasaanku itu tulus. Jujur, aku benar-benar mencintaimu dan tidak bisa melupakanmu.”
“Aku juga ingin melihat senyummu untuk terakhir kalinya. Jadi, akan kulepasi ini. Karena, aku ingin melihat senyummu sebelum pergi dari dunia ini.” Laki-laki itu memegang kancing niqab sang perempuan yang tampak gemetar. “Beri aku senyum termanismu, wahai bulan yang menerangi gelap hatiku.”
Tak lama, terdengar bunyi tembakan. Burung gagak yang berada di sekitar rumah beterbangan. Lalu, suara tangisan histeris seorang perempuan terdengar hingga ke luar rumah. Siapapun yang mendengar turut merasakan kesedihan.
bayutriadmojo memberi reputasi
1
616
4
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan