- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Belanja Hallowen di Amerika Fantastis, Bagaimana dengan Indonesia?


TS
Kokonata
Belanja Hallowen di Amerika Fantastis, Bagaimana dengan Indonesia?

Nuansa horor mudah kita temukan pada bulan Oktober. Khususnya di pusat-pusat perbelanjaan. Sebagian mal memajang hiasan horor semisal lentera labu atau jack-o'-lantern, kuali sihir, dan lainnya. Film-film horor pun naik layar. Semua itu terkait perayaan Halloween setiap malam tanggal 31 Oktober.

Tradisi yang butuh dana
Halloween merupakan tradisi yang berasal dari Irlandia namun perayaannya kini meriah di Amerika serikat. Pada malam akhir Oktober itu, anak-anak menggunakan kostum seram atau kotum unik lainnya. Mereka berkeliling mengetuk pintu-pintu rumah. Tujuan mereka meminta permen atau cokelat dengan teriakan “Trick or treat!” beri permen atau dijahili.
Apabila anak-anak tidak mendapat permen, mereka akan menjahili si penghuni rumah. Misalnya menghiasi pohon si penghuni rumah dengan tisu toilet. Namun ada juga anak-anak yang berlalu begitu saja jika tidak mendapat apa pun.

Nah, untuk perayaan Halloween itu anak-anak butuh kostum menarik. Penghuni rumah yang terkesan bisa memberi permen spesial untuk si anak. Ada kebutuhan kostum, cokelat, dan permen untuk malam Halloween. Tidak heran bisa sebagian besar warga Amerika menyiapkan dana khusus untuk Halloween.
Belanja Miliaran Dolar
Dikutip dari Recordonline, National Retail Federation membeberkan data. Warga Amerika menyiapkan dana rata-rata $ 86,27 untuk keperluan Halloween. Pengeluaran untuk kostum diprediksi paling tinggi pada 2019, sekitar $ 31,05. Selanjutnya untuk dekorasi ($ 26,03), permen ($ 25,37) dan kartu ucapan ($ 3,82). Dapat dipastikan 7 dari 10 konsumen Amerika akan berpartisipasi dalam Halloween menurut survei tersebut.
Keseluruhan pengeluaran untuk keperluan Halloween 2019 diproyeksikan sekitar $ 8,8 miliar (setara Rp 124,4 trilyun) turun dari perkiraan total tahun 2018 yang mencapai $ 9 miliar. Pada 2017, pengeluaran untuk Halloween mencapairekor di angka $ 9,1 miliar.

Konsumen Amerika bernama Shane Van Keuren yang diwawancarai Recordonline pada (4/10/2019) mengatakan “Kami menekan biaya Halloween dengan hanya membawa $ 30 hingga $ 40," ujarnya dengan nada bercanda.
Shane dan suaminya yang tinggal Kota Crawford, Nebraska, Amerika, menganggarkan dana untuk mendandani anak-anaknya dan membeli permen.
Warga Amerika lainnya Carol Vaccaro dan tunangannya, Tom Gilger, menghabiskan sekitar $ 515 hanya untuk kostum bertema vampir. Semua itu dilakukan Carol Vaccaro karena menyukai Halloween."Saya bisa menjadi orang lain, dan saya menjadi tidak bertanggung jawab," katanya.
Halloween di Indonesia
Besarnya belanja untuk keperluan Halloween di Amerika mungkin menginspirasi pebisnis Indonesia untuk melakukan hal yang sama. Ratusan trilyun rupiah diraup pebisnis negeri Paman Sam, mau dong kecipratan juga. Namun perbedaan budaya dan agama menjadi kendalanya.

Perayaan Halloween dengan trick or treatmerupakan budaya Pagan masyarakat Eropa dan Amerika Serikat sejak abad ke-18. Awalnya, mereka memakai pakaian seram dengan tujuan mengecoh para para hantu. Makanan dan minuman ditaruh di luar rumah juga persembahan bagi para hantu.
Latar belakang perayaan terkait agama tentu akan ditolak masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam. Maka dari itu perayaan Halloween hanya marak di kawasan tertentu saja. Misalnya di mal atau hotel. Perayaan di perumahan tentu akan mendapat pertentangan dan penolakan.
Segala hal yang ujung-ujungnya duit memang menarik, seringkali ditiru. Namun untuk Halloween sepertinya sulit untuk diterima masyarakat Indonesia. Satu hal yang cukup berhasil adalah peredaran film-film Horror pada akhir tahun. Peminatnya tetap banyak, meskipun tidak dikaitkan secara langsung dengan Halloween.
Sumber
Artikel 1
Artikel 2
Foto
hai.grid.id
thesun.co.uk
freep.com
eljabar.com
Terima Kasih










zafinsyurga dan 3 lainnya memberi reputasi
4
752
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan