monicameyAvatar border
TS
monicamey
Aku Dan Anak Kecil Di Lift
Mohon saran dan kritiknya





Anak kecil itu lucu, menggemaskan dan terkadang membuat kita tertawa dengan tingkahnya, bukan? Tetapi, bagaimana dengan anak kecil yang sudah tiada? Apakah mereka tetap lucu atau menakutkan?

Sebenarnya anak-anak kecil yang menjadi korban meninggal itu kasihan. Mereka tidak tahu jika sudah berbeda alam dengan kita dan sering menampakkan diri hanya untuk meminta bantuan apa saja termasuk pada diriku. Di tempat kerjaku yang sekarang ada penunggu lift lantai empat yang senantiasa menantikan pintu lift terbuka. Ada lima anak kecil yang selalu bermain di dalam lift. Jika ada orang yang mau masuk, mereka juga ikut turun dan naik. Begitu seterusnya hingga tidak terhitung lagi berapa kali mereka naik maupun turun. Namun, itu kalau ada orang yang masuk loh, ya. Kalau tidak ada, mereka harus menunggu.

Dan yang paling kena dampaknya pada diriku. Mereka lebih menyukai kedatanganku untuk membantu mereka masuk lift. Masalahnya aku tidak selalu menggunakan lift. Ruanganku berada di lantai tujuh. Jika aku keperluan di lantai dua, mereka siap menantikan diriku untuk membuka pintu lift.

"Ayo ... bukain pintunya," ujar salah satu dari mereka.

Kalian pasti paham jika ada anak kecil yang merajuk, bukan? Seperti itulah mereka yang selama ini meminta tolong padaku. Maklum mereka masih kecil dan usianya sekitar dua-tiga tahun. Bagaimana mungkin anak sekecil mereka bisa menggapai pintu lift? Dengan wajah yang dibuat sedih akhirnya aku tidak tega walau sebenarnya mereka makhluk tak kasat mata. Rasanya kasihan melihatnya yang terus bermain tanpa tahu apa yang terjadi pada diri mereka.

Saat aku berada di lantai dua, mereka menungguku untuk naik. Aku masuk, mereka berlima juga masuk. Jadi rasanya ramai di dalam dengan ocehan khas anak kecil. Ada yang malu-malu menatapku, ada yang melihat dengan bingung dan ada yang bicara dengan sesamanya.

"Hanya dia yang mau membantu kita untuk naik."

"Kalau yang lain tidak mau."

Oh, ya kalian pasti ingin tahu rupa mereka? Mereka anak-anak dari jaman Belanda yang memakai pakaian T-shirt dengan celana di atas lutut kalau yang anak lelaki sedangkan yang anak perempuan memakai rok dengan sepatu warna merah. Mereka akan heboh sendiri jika aku datang.

"Hana datang ..."

"Ayo ... kita bisa masuk."

Jika mereka bersamaku maka aku akan membuat lift berhenti di lantai empat tempat tinggal mereka dan membiarkannya berhamburan keluar layaknya anak kecil yang tergesa-gesa. Namun, perlu diingat jam mereka keluar itu hanya menjelang petang. Kalau pagi hingga siang mereka jarang keluar. Aku tidak tahu pasti penyebabnya hingga anak-anak itu meninggal. Mungkin karena penyakit karena tidak kutemukan luka-luka di tubuhnya.

Hingga detik ini dan aku masih kerja di sini sekarang, anak-anak itu senantiasa menunggu jika mereka 'tersesat' di lantai yang berbeda. Akulah yang selalu membantu mereka sampai tiba di tujuan.

*****

Selain cerita mengenai anak-anak di sana. Aku punya sedikit cerita yang membuat trenyuh dan takut juga. Waktu itu sepulang kerja, diriku dan rekan kerja yang namanya Dayu mau pulang dan menggunakan lift. Iseng-iseng Dayu bercerita mengenai kejadian beberapa tahun lalu.

"Bu, tahu tidak kalau dulu ada yang meninggal jatuh dari lift. Kasihan, Bu."

"Waktu itu dia lagi memperbaiki lift dan tidak tahunya jatuh hingga meninggal di sini," lanjutnya dengan sedikit takut.

Awal mulanya setelah ia bercerita seperti itu tidak terjadi apapun. Selang beberapa menit dan pintu lift tidak terbuka sama sekali baru kami merasakan hal yang aneh.

"Bu, cium bau bunga, tidak?" tanya Dayu sambil mepet di sampingku.

"Iya, Bu,"jawabku pelan.

"Bu, aku rasa dia ada di belakang kita, deh."

Dayu yang bisa merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata berbisik padaku jika ada seseorang yang berdiri di belakang kita padahal hanya kami berdua yang waktu itu.

"Aduh .. Bu. Kok rasanya badanku tidak enak, ya. Merinding dan keringat dingin."

Tanpa menunggu pintu lift terbuka, akhirnya kami kabur dari sana dan memilih turun menggunakan lift yang ada di lantai enam meski kita harus turun menggunakan tangga terlebih dulu. Memang pekerja itu ada di belakang waktu kita membicarakannya.

Aku melihat sosoknya di pintu lift yang. Darah terus mengucur di wajahnya, dia membawa peralatannya sambil memandang kami dengan kesedihan. Aku tidak bisa membantu dia. Kadang dia menunjukkan diri, tetapi tidak terlalu sering. Mungkin dia meratapi kematiannya mendadak. Entahlah aku juga tidak tahu.

=Bersambung=

Nanti akan saya sambung lagi dengan cerita yang lebih menarik.

0
384
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan