- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Mengenal Kasih Ibu melalui Kisah Haru Bu Winih


TS
babygani86
Mengenal Kasih Ibu melalui Kisah Haru Bu Winih
Pertengahan Maret lalu, sosok Winih Utami tiba—tiba Viral. Fotonya yang menggendong anaknya, Fauzan Akmal Maulana (14) ke sekolah, menyebar ke berbagai media. Mengapa perempuan berusia 49 tahun itu sampai menggendong Fauzan sampai ke kelas. karena dia ingin anak laki—lakinya itu tetap bersekolah. Sementara, jangankan berjalan—berdiri saja sang anak sudah tak mampu.
Sejak Selasa, 26 Maret lalu, kondisi Fauzan memang memburuk. Winih segera melarikannya ke rumah sakit. Sebelumnya dia dirawat di RS Premiere Bintaro, tapi sekarang Fauzan dirawat di RS Fatmawati. Kata dokter, anak Winih itu mengalami penumpukan dahak pada paru—parunya, karena otot paru—paru Fauzan makin melemah. Makanya dia harus pakai alat bantu pernafasan agar bisa tetap hidup

Fauzan memang pernah kena TBC waktu umur 9 bulan, karena tertular suami. Tapi sembuh setelah diobatin rutin selama dua tahun. Entah kenapa, tiba—tiba dia batuk—batuk lagi. Dokter bilang, akibat dia tak bisa mengeluarkan dahak, maka infeksi. Kondisi itu mungkin juga dipengaruhi oleh penyakit yang diderita. Terus—terang Winih sangat sedih dan ingin selalu ada di sampingnya.
Kalau ingat Fauzan, Winih sering terkenang pas dia lahir. Hari itu, 31 Mei 2003 Fauzan lahir. Dia anak kedua, Anak pertama, Nisrina saat itu sudah berumur 6 tahun. Biar keluarga Winih hidupnya pas—pasan. Winih dan suami sangat senang dengan adanya Fauzan. Apalagi kemudian dia tumbuh jadi anak yang sehat, cerdas, dan soleh. Winih selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepada keluarga mereka. Sampai kemudian, ujian itu datang.
Saat itu Fauzan sudah kelas 4 SD. usianya masih 10 tahun. Entah kenapa, pagi itu dia berteriak panik. Dia bilang kaiau dia tak bisa berdiri pas mau bangun dari tidurnya. Winih kaget dan berusaha mengangkat Fauzan biar dia bias berdiri. Pikirnya, mungkin karena baru bangun, dia masih lemas. Sambil berdoa semoga tak terjadi apa apa pada Fauzan.
Tapi begitu mau berdiri, dia jatuh lagi. BerkaIi—kali Winih coba bangunkan Fauzan, berkali—kali pula dia terjatuh. Kakinya seolah lunglai, lemas, dan tidak bisa menyangga tubuhnya.
Seketika Winih pun ikut panik dan langsung menggendong Fauzan, lantas Winih ceritakan kondisi tersebut pada suami, yang kemudian langsung berinisiatif untuk segera membawa anak itu ke rumah sakit. Saat itu Winih membawa Fauzan ke RS Fatmawati. Setelah diperiksa, dokter menyarankan agar Fauzan dibawa ke dokter spesialis syaraf untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Begitu diperiksa, dokter memanggil, Winih kaget mendengar diagnosa dokter terhadap Fauzan. Dia divonis menderita penyakit Dystrophy Muscuiar Progressive (DMP). Penyakit itu menghancurkan otot. Penyakit ini disebabkan oleh gen atau kelainan bawaan yang melibatkan kelemahan otot dan hilangnya jaringan otot, memburuk secara progresif dari waktu ke waktu.
Vonis dokter itu benar—benar bikin syok. Apalagi dokter juga bilang kalua Fauzan hanya bisa bertahan sampai umur 20 tahun. Orang tua mana yang sanggup kehilangan anaknya? Winih makin teriris begitu dengar bahwa belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang diderita Fauzan, dia hanya menyarankan agar mengikuti terapi dan minum vitamin, agar kerusakan otot tak cepat menjalar.
Sampai di rumah, Winih hanya bisa memeluk Fauzan. Bingung harus bilang apa padanya. Winih hanya bisa menangis saat Fauzan bertanya, kenapa dia tidak bisa jalan? Dia ingin main bola dan naik sepeda kesayangannya. Winih hanya bisa memeluk dan membisikinya bahwa Fauzan sedang sakit, nanti kalau sudah sembuh bisa main lagi.
Meski lumpuh, Fauzan punya semangat besar untuk sekolah dan mengaji. Fauzan pun tetap sekolah, dengan cara digendong hingga ke dalam kelas Beruntung dia masih kuat menulis, sensorik dan motoriknya pun sangat baik.
Selain Fauzan, Winih juga sempat merawat ayah Fauzan yang menderita gagal ginjal beberapa waktu lalu. Dia bahkan harus menjalani cuci darah secara rutin. Namun, cobaan berat itu datang akhir tahun lalu, ketika suami Winih akhirnya meninggal dunia akibat penyakitnya itu. Kini Winih harus terus berjuang demi Fauzan. Karena suami tak punya pensiun, Winih mencari nafkah dengan berjualan gorengan, dibantu anak perempuannya.
Ternyata meski menderita lemah otot, Fauzan termasuk anak yang Jarang sakit. Dia doyan makanan apa saja, seperti bakso. mi ayam, dan rujak. Prestasi Fauzan di sekolah Juga cukup bagus, dia lulus SD dengan nilai yang baik. lalu melanjutkan pendidikan di tingkat SMP

Di SMP pun Fauzan harus digendong untuk sampai ke dalam kelas. Dia tidak malu, padahal sejak SD hingga SMP, dia harus menggunakan pampers agar tak bolak—balik ke kamar mandi. Fauzan juga dikenal sebagai anak yang cerdas. Dia sering membantu Winih misalnya memesankan ojek online untuk kakaknya kuliah atau mencari kata kata yang tidak dimengerti Winih lewat Google. Fauzan sangat suka bermain gim di handphone dan ingin sekali punya PS 4, sampai kadang terbawa mimpi.
Fauzan Akmal Maulana kemudian akhirnya meninggal dunia pada tanggal 27 April 2019 usai hampir satu bulan dirawat di ruang ICU Rumah Sakit.
Sejak Selasa, 26 Maret lalu, kondisi Fauzan memang memburuk. Winih segera melarikannya ke rumah sakit. Sebelumnya dia dirawat di RS Premiere Bintaro, tapi sekarang Fauzan dirawat di RS Fatmawati. Kata dokter, anak Winih itu mengalami penumpukan dahak pada paru—parunya, karena otot paru—paru Fauzan makin melemah. Makanya dia harus pakai alat bantu pernafasan agar bisa tetap hidup

Fauzan memang pernah kena TBC waktu umur 9 bulan, karena tertular suami. Tapi sembuh setelah diobatin rutin selama dua tahun. Entah kenapa, tiba—tiba dia batuk—batuk lagi. Dokter bilang, akibat dia tak bisa mengeluarkan dahak, maka infeksi. Kondisi itu mungkin juga dipengaruhi oleh penyakit yang diderita. Terus—terang Winih sangat sedih dan ingin selalu ada di sampingnya.
Kalau ingat Fauzan, Winih sering terkenang pas dia lahir. Hari itu, 31 Mei 2003 Fauzan lahir. Dia anak kedua, Anak pertama, Nisrina saat itu sudah berumur 6 tahun. Biar keluarga Winih hidupnya pas—pasan. Winih dan suami sangat senang dengan adanya Fauzan. Apalagi kemudian dia tumbuh jadi anak yang sehat, cerdas, dan soleh. Winih selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepada keluarga mereka. Sampai kemudian, ujian itu datang.
Saat itu Fauzan sudah kelas 4 SD. usianya masih 10 tahun. Entah kenapa, pagi itu dia berteriak panik. Dia bilang kaiau dia tak bisa berdiri pas mau bangun dari tidurnya. Winih kaget dan berusaha mengangkat Fauzan biar dia bias berdiri. Pikirnya, mungkin karena baru bangun, dia masih lemas. Sambil berdoa semoga tak terjadi apa apa pada Fauzan.
Tapi begitu mau berdiri, dia jatuh lagi. BerkaIi—kali Winih coba bangunkan Fauzan, berkali—kali pula dia terjatuh. Kakinya seolah lunglai, lemas, dan tidak bisa menyangga tubuhnya.
Seketika Winih pun ikut panik dan langsung menggendong Fauzan, lantas Winih ceritakan kondisi tersebut pada suami, yang kemudian langsung berinisiatif untuk segera membawa anak itu ke rumah sakit. Saat itu Winih membawa Fauzan ke RS Fatmawati. Setelah diperiksa, dokter menyarankan agar Fauzan dibawa ke dokter spesialis syaraf untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Begitu diperiksa, dokter memanggil, Winih kaget mendengar diagnosa dokter terhadap Fauzan. Dia divonis menderita penyakit Dystrophy Muscuiar Progressive (DMP). Penyakit itu menghancurkan otot. Penyakit ini disebabkan oleh gen atau kelainan bawaan yang melibatkan kelemahan otot dan hilangnya jaringan otot, memburuk secara progresif dari waktu ke waktu.
Vonis dokter itu benar—benar bikin syok. Apalagi dokter juga bilang kalua Fauzan hanya bisa bertahan sampai umur 20 tahun. Orang tua mana yang sanggup kehilangan anaknya? Winih makin teriris begitu dengar bahwa belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang diderita Fauzan, dia hanya menyarankan agar mengikuti terapi dan minum vitamin, agar kerusakan otot tak cepat menjalar.
Sampai di rumah, Winih hanya bisa memeluk Fauzan. Bingung harus bilang apa padanya. Winih hanya bisa menangis saat Fauzan bertanya, kenapa dia tidak bisa jalan? Dia ingin main bola dan naik sepeda kesayangannya. Winih hanya bisa memeluk dan membisikinya bahwa Fauzan sedang sakit, nanti kalau sudah sembuh bisa main lagi.
Meski lumpuh, Fauzan punya semangat besar untuk sekolah dan mengaji. Fauzan pun tetap sekolah, dengan cara digendong hingga ke dalam kelas Beruntung dia masih kuat menulis, sensorik dan motoriknya pun sangat baik.
Selain Fauzan, Winih juga sempat merawat ayah Fauzan yang menderita gagal ginjal beberapa waktu lalu. Dia bahkan harus menjalani cuci darah secara rutin. Namun, cobaan berat itu datang akhir tahun lalu, ketika suami Winih akhirnya meninggal dunia akibat penyakitnya itu. Kini Winih harus terus berjuang demi Fauzan. Karena suami tak punya pensiun, Winih mencari nafkah dengan berjualan gorengan, dibantu anak perempuannya.
Ternyata meski menderita lemah otot, Fauzan termasuk anak yang Jarang sakit. Dia doyan makanan apa saja, seperti bakso. mi ayam, dan rujak. Prestasi Fauzan di sekolah Juga cukup bagus, dia lulus SD dengan nilai yang baik. lalu melanjutkan pendidikan di tingkat SMP

Di SMP pun Fauzan harus digendong untuk sampai ke dalam kelas. Dia tidak malu, padahal sejak SD hingga SMP, dia harus menggunakan pampers agar tak bolak—balik ke kamar mandi. Fauzan juga dikenal sebagai anak yang cerdas. Dia sering membantu Winih misalnya memesankan ojek online untuk kakaknya kuliah atau mencari kata kata yang tidak dimengerti Winih lewat Google. Fauzan sangat suka bermain gim di handphone dan ingin sekali punya PS 4, sampai kadang terbawa mimpi.
Fauzan Akmal Maulana kemudian akhirnya meninggal dunia pada tanggal 27 April 2019 usai hampir satu bulan dirawat di ruang ICU Rumah Sakit.
Spoiler for Referensi:
Diubah oleh babygani86 08-10-2019 19:32
0
569
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan