- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengkudu, Salah Satu Tanaman Penyumbang Warna Batik Tulis Indonesia


TS
lenoisainnar
Mengkudu, Salah Satu Tanaman Penyumbang Warna Batik Tulis Indonesia
Tahu mengkudu? Tanaman yang sering disebut pace di daerah Jawa ini, selain banyak dicari karena diyakini memiliki segudang manfaat untuk kesehatan, ternyata si noni juga memiliki peran dalam pembuatan batik tulis Indonesia lho, Guys!
Seperti kita tahu, batik merupakan warisan budaya leluhur yang perlu kita lestarikan. Ada nilai-nilai filosofi yang terkandung dari proses pembuatan bahkan corak ragam batik itu sendiri. Maka tidak heran jika dulu batik hanya dikenakan oleh kaum bangsawan atau anggota kerajaan saja.
Proses pembuatan batik jaman dulu dikerjakan serba manual dan membutuhkan waktu yang panjang. Satu kain batik bisa selesai dengan kurun waktu 3 bulan, bahkan lebih. Ada juga satu kain batik penyelesaiannya membutuhkan waktu hingga satu tahunan karena tingkat keruwetan pola.
Para pengrajin batik tulis juga menggunakan bahan alami sebagai pewarna untuk batik-batik mereka. Salah satunya ya pace atau mengkudu ini Guys!
Setelah kain atau mori mengalami beberapa proses awal pembuatan batik seperti pencucian, penggambaran pola atau lebih dikenal dengan istilah ngeblat. Kemudian nyanting, yaitu proses menorehkan malam (lilin batik) menurut pola yang sudah dibuat. Proses selanjutnya adalah medel atau pewarnaan. Di sini inilah tanaman mengkudu berperan, yang paling utama dibutuhkan ada pada bagian akarnya.

Akar tanaman bernama latin Morinda Citrifolia itu dipilih yang sudah cukup umur, lalu dipotong menjadi beberapa bagian. Selanjutnya para pembatik merebusnya dengan air sekitar 6 literan dengan kurun waktu selama 2 jam dan suhu 100 derajat celcius.
Setelah proses perebusan tersebut, nantinya air akan menyusut dan berubah warna menjadi merah. Dari situlah penyumbang warna merah tua atau merah bata pada kain berasal. Untuk mendapatkan warna yang lebih tua, air rebusan akar mengkudu ini dikombinasi dengan kayu manis dan jelawe. Jelawe sendiri adalah tanaman yang jika buahnya direbus dapat menghasilkan warna kuning.
Para pembatik lantas melakukan penclupan kain batik mereka. Untuk mendapatkan warna kalem yang pas dan tidak mudah luntur, pengeclupan bisa dilakukan 12 sampai 14 kali. Bisa kebayang kan Guys? Betapa ketelatenan dan kesabaran sangat dibutuhkan untuk membuat batik tulis ini.
Tidak seperti penggunaan pewarna buatan, penggunaan pewarna alami dari akar mengkudu ini juga ramah lingkungan. Bahkan limbahnyapun dapat dijadikan pupuk kompos. Dari segi kualitas, batik dengan pewarna alami lebih unggul. Warnanya unik, tidak bisa ditiru satu sama lain. Bahkan untuk corak sekalipun, meski motif bisa mirip, namun ukurannya belum tentu sama persis. Jadi tidak heran jika pengoleksi batik masih saja bergairah untuk memburu batik tulis Indonesia yang kini juga sudah terkenal di mata dunia. Bahkan, UNESCO yang merupakan badan PBB untuk kebudayaan menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009. Tidak hanya itu, kota Yogyakarta yang merupakan salah satu kota penghasil batik tulis di Indonesia juga mendapat predikat kota batik dunia oleh World Craft Council (WCC) tahun 2014 lalu.
Jadi bagaimana? Tertarik untuk mengoleksi batik tulis Indonesia? Mengoleksi batik tulis Indonesia dengan pewarna alami berarti juga turut menjaga kelestarian lingkungan lho Guys!
Berbagai sumber :
-wikipedia
-Duniapewarnaalami.blogspot.com
-foto : pixabay
Seperti kita tahu, batik merupakan warisan budaya leluhur yang perlu kita lestarikan. Ada nilai-nilai filosofi yang terkandung dari proses pembuatan bahkan corak ragam batik itu sendiri. Maka tidak heran jika dulu batik hanya dikenakan oleh kaum bangsawan atau anggota kerajaan saja.
Proses pembuatan batik jaman dulu dikerjakan serba manual dan membutuhkan waktu yang panjang. Satu kain batik bisa selesai dengan kurun waktu 3 bulan, bahkan lebih. Ada juga satu kain batik penyelesaiannya membutuhkan waktu hingga satu tahunan karena tingkat keruwetan pola.
Para pengrajin batik tulis juga menggunakan bahan alami sebagai pewarna untuk batik-batik mereka. Salah satunya ya pace atau mengkudu ini Guys!
Setelah kain atau mori mengalami beberapa proses awal pembuatan batik seperti pencucian, penggambaran pola atau lebih dikenal dengan istilah ngeblat. Kemudian nyanting, yaitu proses menorehkan malam (lilin batik) menurut pola yang sudah dibuat. Proses selanjutnya adalah medel atau pewarnaan. Di sini inilah tanaman mengkudu berperan, yang paling utama dibutuhkan ada pada bagian akarnya.

Akar tanaman bernama latin Morinda Citrifolia itu dipilih yang sudah cukup umur, lalu dipotong menjadi beberapa bagian. Selanjutnya para pembatik merebusnya dengan air sekitar 6 literan dengan kurun waktu selama 2 jam dan suhu 100 derajat celcius.
Setelah proses perebusan tersebut, nantinya air akan menyusut dan berubah warna menjadi merah. Dari situlah penyumbang warna merah tua atau merah bata pada kain berasal. Untuk mendapatkan warna yang lebih tua, air rebusan akar mengkudu ini dikombinasi dengan kayu manis dan jelawe. Jelawe sendiri adalah tanaman yang jika buahnya direbus dapat menghasilkan warna kuning.
Para pembatik lantas melakukan penclupan kain batik mereka. Untuk mendapatkan warna kalem yang pas dan tidak mudah luntur, pengeclupan bisa dilakukan 12 sampai 14 kali. Bisa kebayang kan Guys? Betapa ketelatenan dan kesabaran sangat dibutuhkan untuk membuat batik tulis ini.
Tidak seperti penggunaan pewarna buatan, penggunaan pewarna alami dari akar mengkudu ini juga ramah lingkungan. Bahkan limbahnyapun dapat dijadikan pupuk kompos. Dari segi kualitas, batik dengan pewarna alami lebih unggul. Warnanya unik, tidak bisa ditiru satu sama lain. Bahkan untuk corak sekalipun, meski motif bisa mirip, namun ukurannya belum tentu sama persis. Jadi tidak heran jika pengoleksi batik masih saja bergairah untuk memburu batik tulis Indonesia yang kini juga sudah terkenal di mata dunia. Bahkan, UNESCO yang merupakan badan PBB untuk kebudayaan menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009. Tidak hanya itu, kota Yogyakarta yang merupakan salah satu kota penghasil batik tulis di Indonesia juga mendapat predikat kota batik dunia oleh World Craft Council (WCC) tahun 2014 lalu.
Jadi bagaimana? Tertarik untuk mengoleksi batik tulis Indonesia? Mengoleksi batik tulis Indonesia dengan pewarna alami berarti juga turut menjaga kelestarian lingkungan lho Guys!
Berbagai sumber :
-wikipedia
-Duniapewarnaalami.blogspot.com
-foto : pixabay
Diubah oleh lenoisainnar 05-10-2019 13:29






zafinsyurga dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan