- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- Otomotif
Kelemahan Jika Menggunakan Jalan Tol? Ada Dong..


TS
onee643
Kelemahan Jika Menggunakan Jalan Tol? Ada Dong..
Saking seringnya menggunakan fasilitas jalan tol ketika hendak kemana-mana, saya jadi merasakan, ternyata ada plus minus yang dapat kita rasakan ketika banyak menggunakan fasilitas ini.
Benefit alias manfaat yang bisa diambil ketika menggunakan jalan tol pasti sudah banyak artikel yang membahas. Termasuk artikel saya yang sebelumnya. Cuman ternyata setelah saya rasakan, ternyata ada beberapa poin kekurangan kalau kita melewati jalan tol.
Penasaran ya apa saja?
° Hanya satu arah, minim persimpangan
Artinya, jika kita berkendara ke tujuan tertentu, kemudian sayangnya di beberapa kilometer ke depan ada kecelakaan, dan tanpa sengaja menutupi jalan, yang ada kemacetan luar biasa panjang, dan mau gak mau kita terjebak kemacetan tidak bisa kemana-mana.
Di kondisi ini kita hanya bisa berdoa, dan berharap penuh kepada provider jalan tol agar melakukan evakuasi kecelakaan secepat-cepatnya. Karena jalan tol itu banyak orang yang berkendara dengan berbagai tujuan dan kebutuhan. Kasihan banget kalau misalkan ada orang yang menggunakan fasilitas jalan tol untuk mengejar pesawat yang beberapa puluh menit ke depan mau take off.
° E-toll
Untuk menggunakan jasa jalan tol, tentu kita harus bayar kan? Dan memang semakin meningkat intensitas kita per hari menggunakan fasilitas ini, itu artinya kita harus mengalokasikan dana khusus hanya untuk menjaga saldo kartu e-toll kita, mengingat fasilitas jalan tol sekarang segala pembayaran sudah memakai saldo elektrik bukan memakai cash.
Contohnya saya, ketika memang sekali trip bisa habis 48K sekali jalan, dan pulang pergi setiap 2 hari sekali keluar kota, itu artinya ada perhitungan (48K * 2 * 15 = 1.440.000) per bulan. Belum lagi keseharian saya yang selalu lewat tol dengan biaya 8K per hari pulang pergi untuk menuju kota (8K * 30 * 2 = 480.000). Jadi total per bulan saya harus siap saldo kartu e-toll minimal 2 juta. Tentu diluar biaya bensin, dan biaya jajan 😂.
Sebenarnya memang sudah konsekuensi kalau ingin menggunakan fasilitas tol harus bayar, cuma masih dalam kode etik kalau saya memasukkan poin ini dalam kelemahan menggunakan jalan tol. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, pada pasal 1 ayat 2 disebutkan, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jadi mau nggak mau saya lempar jauh-jauh fantasi saya menggunakan jalan tol secara gratis. Hahaha.

Sumber pict: DK | Engineering and constructing
° Cabang jalan
Sesuatu yang normal bila dalam rute tol ada belokan atau persimpangan. Misalnya jika mau ke kota A kita tetap lurus, kalau mau menuju daerah B kita harus persimpangan depan belok kanan.
Seperti yang kita tahu jalan tol merupakan jalan yang satu arah. Kita dituntut fokus melihat rute. Coba bayangkan ketika memang kita sudah melewati persimpangan, harusnya beberapa ratus meter lalu, di persimpangan yang kita sudah lalui, itu kita harus belok, tapi sekarang sudah terlewat. Bingung kan?
Mau jalan mundur sudah kejauhan, plus bukan keputusan yang baik mengingat faktor safety. Mau tetap lurus malah menuju daerah lain. Siap-siap nangis di dalam kabin mobil. Hihihi. Tapi bakal ketolong kok, kalau misalkan di beberapa ratus atau beberapa kilo ke depan ada persimpangan jalan keluar tol, jadi bisa keluar tol, lalu masuk kembali ke gate tol untuk menuju ke arah sebaliknya, jadi bisa menuju ke persimpangan jalan tol yang seharusnya tadi kita belok tapi kelupaan.
° Penerangan
Untuk menghemat biaya listrik, provider jalan tol tidak memasang tiap meter sepanjang jalan tol lampu jalan. Terdapat sisi sisi kilometer tertentu dalam jalan yang dipasang lampu jalan karena dirasa penting dan riskan, terutama yang berada di sekitaran persimpangan, atau karena kondisi khusus, atas pertimbangan safety dan kenyamanan pengguna jalan tol.
Tol lebih didominasi dengan kilometer yang tidak ada lampu penerangan nya tapi hanya alat safety berupa guardrail reflector (alat bantu safety pengendara kendaraan berupa alat pendengar lampu cahaya kendaraan yang biasanya ditempel di rail alias pembatas jalan).
Dengan adanya kebijakan demikian, kita dituntut untuk selalu fokus dalam berkendara.
° Skill berkendara stagnan
Kenapa saya sebut demikian, salah satu faktor karena jalan tol didominasi dengan jalan yang lurus, lebar, dan musuh di lingkupan jalan terkait masih relatif sama, yaitu sama-sama minimal kendaraan beroda 4.
Sebagai pembanding, coba kita bahasakan seperti ini, si A sebagai pengendara, mulai bisa mengemudi (dari 0) selalu menggunakan jalan tol, dan sesekali menggunakan jalan raya. Kemudian tetangganya, si B, mulai mampu berkendara dari nol selalu menggunakan jalan raya, dan kesehariannya selalu melewati gang-gang sempit, serta jalan tikus yang ada ada di perkotaan, dan beberapa kali menggunakan jalan tol.
Kira-kira dari sini apa bisa temen-temen dapat gambaran, skill mengemudi siapa yang lebih "lincah"?
Kira-kira dari si A dan si B pastinya mempunyai skill mengemudi dasar yang sama, yaitu fokus, mampu berhati-hati, aware membiasakan diri menggunakan triple spion (spion samping dan tengah), dan mengenali dengan baik blindspot mobil (titik titik yang tidak dijangkau pandangan meski sudah menggunakan spion).
Tapi saya jamin, si B lebih lincah dalam berkendara, karena dalam kesehariannya selalu menggunakan gang gang sempit, di mana dia harus ekstra fokus, terhadap sisi-sisi mobil, agar tidak terjadi insiden selama berkendara. Musuh dia saat berkendara ada pejalan kaki, pengguna motor, jalanan yang sempit, pengendara sepeda kayuh, hiruk pikuk masyarakat yang kadang ada di pinggir jalan atau menyebrang, dan lain sebagainya.
Make a sense?
° Dominan kecepatan tinggi
Jalan tol mempunyai minimal kecepatan yang harus ditempuh, rata-rata 80 km per jam. Secara logika saja, mobil berkecepatan tinggi ketika mengalami accident, akan menimbulkan destruktif yang lebih besar daripada kendaraan yang melaju dengan kecepatan pelan. Misalnya dalam kecepatan 100 km per jam kemudian tanpa sengaja membanting setir ke samping, alhasil mobil akan terbalik, dan berguling-guling bebas seperti lumba-lumba yang dilatih untuk berguling saat konser sirkus. Jika memahami hukum gaya milik Isaac Newton tentang aksi reaksi, pasti bakal mengerti sama yang saya maksud.
° Biaya konsumsi urusan perut meningkat daripada sebelumnya
Logika yang bisa diambil simple kok. Kalau kita berurusan dengan jalan tol, tidak akan pernah bisa kita temui toko-toko di pinggir jalan tol, jadi buang jauh-jauh ketika kita membutuhkan minum atau jajanan ringan, kita mudah membeli seperti kita berada di jalan raya, yang di pinggir jalan kadang ada toko kecil, warung, pengamen, bahkan para pedagang kecil yang menjual makanan ringan saat kita ada di lampu lalu lintas.
Adanya beberapa kebutuhan konsumsi untuk perut bisa kita temui di rest area jalan tol yang ada di kilometer tertentu.
Sayangnya, karena faktor topografi geografis, jajanan minuman dan lain-lain yang dijual di rest area harganya lebih tinggi daripada di tempat lainnya. Dan ini merupakan hal yang wajar. Ya tidak papa, namanya juga konsekuensi. Kalau di kesempatan lain, kita lapar kemudian makan di warung habis beberapa puluh ribu, mungkin di rest area jalan tol, menu yang sama, rasa yang sedikit berbeda, tapi akumulasi rupiah yang dikeluarkan lebih besar.

Sumber pict: mobilmo.
°Tidak bisa seenaknya memberhentikan kendaraan
Karena di dalam jalan tol ada tempat-tempat khusus yang disiapkan untuk kendaraan berhenti. Seringnya, di bahu jalan tol dilarang berhenti, kecuali kondisi darurat. Berhenti pun masih tergolong riskan, kadang mobil yang membandel karena kemacetan di jalan tol, menggunakan bahu jalan untuk menyalip kendaraan di depannya (padahal jelas-jelas bahu jalan tidak boleh digunakan untuk menyalip kendaraan).
Kebalikannya, jika kita melalui jalan raya kita bisa berhenti sewaktu-waktu dimanapun kita mau, selama tidak ada rambu-rambu atau memang bukan posisi yang riskan untuk berhenti, misalnya seperti berhenti padahal posisi di depan kita ada tikungan. Atau berhenti, tapi di depan rumah orang yang ada ada peraturan khusus sepihak dari pemilik rumah agar tidak memarkir kendaraan di depan rumahnya. Tapi sekiranya nggak masalah kalau memang berhenti cuman sebentar, sekedar angkat telepon atau membetulkan resleting celana.
Sepertinya baru beberapa poin tersebut yang saya temukan sebagai kelemahan ketika melewati jalan tol. Itupun menurut kacamata pribadi saya. Kalau ada yang mau menambahkan saya persilahkan.
Selamat beraktifitas, dan keep safety, dimanapun kapanpun bersama siapapun. Keep pray guys.
FURQON643
Benefit alias manfaat yang bisa diambil ketika menggunakan jalan tol pasti sudah banyak artikel yang membahas. Termasuk artikel saya yang sebelumnya. Cuman ternyata setelah saya rasakan, ternyata ada beberapa poin kekurangan kalau kita melewati jalan tol.
Penasaran ya apa saja?
° Hanya satu arah, minim persimpangan
Artinya, jika kita berkendara ke tujuan tertentu, kemudian sayangnya di beberapa kilometer ke depan ada kecelakaan, dan tanpa sengaja menutupi jalan, yang ada kemacetan luar biasa panjang, dan mau gak mau kita terjebak kemacetan tidak bisa kemana-mana.
Di kondisi ini kita hanya bisa berdoa, dan berharap penuh kepada provider jalan tol agar melakukan evakuasi kecelakaan secepat-cepatnya. Karena jalan tol itu banyak orang yang berkendara dengan berbagai tujuan dan kebutuhan. Kasihan banget kalau misalkan ada orang yang menggunakan fasilitas jalan tol untuk mengejar pesawat yang beberapa puluh menit ke depan mau take off.
° E-toll
Untuk menggunakan jasa jalan tol, tentu kita harus bayar kan? Dan memang semakin meningkat intensitas kita per hari menggunakan fasilitas ini, itu artinya kita harus mengalokasikan dana khusus hanya untuk menjaga saldo kartu e-toll kita, mengingat fasilitas jalan tol sekarang segala pembayaran sudah memakai saldo elektrik bukan memakai cash.
Contohnya saya, ketika memang sekali trip bisa habis 48K sekali jalan, dan pulang pergi setiap 2 hari sekali keluar kota, itu artinya ada perhitungan (48K * 2 * 15 = 1.440.000) per bulan. Belum lagi keseharian saya yang selalu lewat tol dengan biaya 8K per hari pulang pergi untuk menuju kota (8K * 30 * 2 = 480.000). Jadi total per bulan saya harus siap saldo kartu e-toll minimal 2 juta. Tentu diluar biaya bensin, dan biaya jajan 😂.
Sebenarnya memang sudah konsekuensi kalau ingin menggunakan fasilitas tol harus bayar, cuma masih dalam kode etik kalau saya memasukkan poin ini dalam kelemahan menggunakan jalan tol. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, pada pasal 1 ayat 2 disebutkan, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jadi mau nggak mau saya lempar jauh-jauh fantasi saya menggunakan jalan tol secara gratis. Hahaha.

Sumber pict: DK | Engineering and constructing
° Cabang jalan
Sesuatu yang normal bila dalam rute tol ada belokan atau persimpangan. Misalnya jika mau ke kota A kita tetap lurus, kalau mau menuju daerah B kita harus persimpangan depan belok kanan.
Seperti yang kita tahu jalan tol merupakan jalan yang satu arah. Kita dituntut fokus melihat rute. Coba bayangkan ketika memang kita sudah melewati persimpangan, harusnya beberapa ratus meter lalu, di persimpangan yang kita sudah lalui, itu kita harus belok, tapi sekarang sudah terlewat. Bingung kan?
Mau jalan mundur sudah kejauhan, plus bukan keputusan yang baik mengingat faktor safety. Mau tetap lurus malah menuju daerah lain. Siap-siap nangis di dalam kabin mobil. Hihihi. Tapi bakal ketolong kok, kalau misalkan di beberapa ratus atau beberapa kilo ke depan ada persimpangan jalan keluar tol, jadi bisa keluar tol, lalu masuk kembali ke gate tol untuk menuju ke arah sebaliknya, jadi bisa menuju ke persimpangan jalan tol yang seharusnya tadi kita belok tapi kelupaan.
° Penerangan
Untuk menghemat biaya listrik, provider jalan tol tidak memasang tiap meter sepanjang jalan tol lampu jalan. Terdapat sisi sisi kilometer tertentu dalam jalan yang dipasang lampu jalan karena dirasa penting dan riskan, terutama yang berada di sekitaran persimpangan, atau karena kondisi khusus, atas pertimbangan safety dan kenyamanan pengguna jalan tol.
Tol lebih didominasi dengan kilometer yang tidak ada lampu penerangan nya tapi hanya alat safety berupa guardrail reflector (alat bantu safety pengendara kendaraan berupa alat pendengar lampu cahaya kendaraan yang biasanya ditempel di rail alias pembatas jalan).
Dengan adanya kebijakan demikian, kita dituntut untuk selalu fokus dalam berkendara.
° Skill berkendara stagnan
Kenapa saya sebut demikian, salah satu faktor karena jalan tol didominasi dengan jalan yang lurus, lebar, dan musuh di lingkupan jalan terkait masih relatif sama, yaitu sama-sama minimal kendaraan beroda 4.
Sebagai pembanding, coba kita bahasakan seperti ini, si A sebagai pengendara, mulai bisa mengemudi (dari 0) selalu menggunakan jalan tol, dan sesekali menggunakan jalan raya. Kemudian tetangganya, si B, mulai mampu berkendara dari nol selalu menggunakan jalan raya, dan kesehariannya selalu melewati gang-gang sempit, serta jalan tikus yang ada ada di perkotaan, dan beberapa kali menggunakan jalan tol.
Kira-kira dari sini apa bisa temen-temen dapat gambaran, skill mengemudi siapa yang lebih "lincah"?
Kira-kira dari si A dan si B pastinya mempunyai skill mengemudi dasar yang sama, yaitu fokus, mampu berhati-hati, aware membiasakan diri menggunakan triple spion (spion samping dan tengah), dan mengenali dengan baik blindspot mobil (titik titik yang tidak dijangkau pandangan meski sudah menggunakan spion).
Tapi saya jamin, si B lebih lincah dalam berkendara, karena dalam kesehariannya selalu menggunakan gang gang sempit, di mana dia harus ekstra fokus, terhadap sisi-sisi mobil, agar tidak terjadi insiden selama berkendara. Musuh dia saat berkendara ada pejalan kaki, pengguna motor, jalanan yang sempit, pengendara sepeda kayuh, hiruk pikuk masyarakat yang kadang ada di pinggir jalan atau menyebrang, dan lain sebagainya.
Make a sense?
° Dominan kecepatan tinggi
Jalan tol mempunyai minimal kecepatan yang harus ditempuh, rata-rata 80 km per jam. Secara logika saja, mobil berkecepatan tinggi ketika mengalami accident, akan menimbulkan destruktif yang lebih besar daripada kendaraan yang melaju dengan kecepatan pelan. Misalnya dalam kecepatan 100 km per jam kemudian tanpa sengaja membanting setir ke samping, alhasil mobil akan terbalik, dan berguling-guling bebas seperti lumba-lumba yang dilatih untuk berguling saat konser sirkus. Jika memahami hukum gaya milik Isaac Newton tentang aksi reaksi, pasti bakal mengerti sama yang saya maksud.
° Biaya konsumsi urusan perut meningkat daripada sebelumnya
Logika yang bisa diambil simple kok. Kalau kita berurusan dengan jalan tol, tidak akan pernah bisa kita temui toko-toko di pinggir jalan tol, jadi buang jauh-jauh ketika kita membutuhkan minum atau jajanan ringan, kita mudah membeli seperti kita berada di jalan raya, yang di pinggir jalan kadang ada toko kecil, warung, pengamen, bahkan para pedagang kecil yang menjual makanan ringan saat kita ada di lampu lalu lintas.
Adanya beberapa kebutuhan konsumsi untuk perut bisa kita temui di rest area jalan tol yang ada di kilometer tertentu.
Sayangnya, karena faktor topografi geografis, jajanan minuman dan lain-lain yang dijual di rest area harganya lebih tinggi daripada di tempat lainnya. Dan ini merupakan hal yang wajar. Ya tidak papa, namanya juga konsekuensi. Kalau di kesempatan lain, kita lapar kemudian makan di warung habis beberapa puluh ribu, mungkin di rest area jalan tol, menu yang sama, rasa yang sedikit berbeda, tapi akumulasi rupiah yang dikeluarkan lebih besar.

Sumber pict: mobilmo.
°Tidak bisa seenaknya memberhentikan kendaraan
Karena di dalam jalan tol ada tempat-tempat khusus yang disiapkan untuk kendaraan berhenti. Seringnya, di bahu jalan tol dilarang berhenti, kecuali kondisi darurat. Berhenti pun masih tergolong riskan, kadang mobil yang membandel karena kemacetan di jalan tol, menggunakan bahu jalan untuk menyalip kendaraan di depannya (padahal jelas-jelas bahu jalan tidak boleh digunakan untuk menyalip kendaraan).
Kebalikannya, jika kita melalui jalan raya kita bisa berhenti sewaktu-waktu dimanapun kita mau, selama tidak ada rambu-rambu atau memang bukan posisi yang riskan untuk berhenti, misalnya seperti berhenti padahal posisi di depan kita ada tikungan. Atau berhenti, tapi di depan rumah orang yang ada ada peraturan khusus sepihak dari pemilik rumah agar tidak memarkir kendaraan di depan rumahnya. Tapi sekiranya nggak masalah kalau memang berhenti cuman sebentar, sekedar angkat telepon atau membetulkan resleting celana.
Sepertinya baru beberapa poin tersebut yang saya temukan sebagai kelemahan ketika melewati jalan tol. Itupun menurut kacamata pribadi saya. Kalau ada yang mau menambahkan saya persilahkan.
Selamat beraktifitas, dan keep safety, dimanapun kapanpun bersama siapapun. Keep pray guys.
FURQON643
Diubah oleh onee643 04-10-2019 05:52
0
365
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan