Meskipun kompetisi game ini dimulai sejak tahun 1972 hingga sekarang,  penyebutan game  sebagai olahraga elektronik atau e-sportsmasih diperdebatkan. Setiap orang punya poin dan interpretasi sendiri ketika mendefinisikan apa itu olahraga, dan bagaimana game dianggap juga sebagai satu bidang olahraga.

Bagi yang mendukung, mereka akan mengacu pada definisi eSports pada kamus Oxford, yang mendefinisikan eSports sebagai suatu permainanan game yang bersifat kompetitif. Sedangkan kubu yang kontra, akan beracuan bahwa olahraga adalah suatu aktifitas fisik yang menyehatkan tubuh. 

Namun, tanpa mengindahkan perdebatan itu, penggunaan kata e-Sports semakin populer dewasa kini. Terutama ketika setiap perlombaannya menawarkan hadiah dengan nilai yang fantastis.

Begitu banyak permainan yang saat ini dikompetisikan, mulai dari gametembak-tembakan, strategi, battle royale, bahkan game seperti AyoDance pun ikut menggelar kompetisi. 

Pada hakikatnya, semua orang yang hobi bermain game, tentu boleh mengikuti kompetisi ini. Namun, faktanya, tidak semua orang bisa mendapatkan hadiah. Perlu diseriusi, hal inilah yang kemudian melahirkan seorang pemain yang dikatakan gamer professional. Menjadikan game sebagai profesi. Ajib!

Sesungguhnya ada begitu banyak e-Sports yang bisa dibahas. Namun karena TS adalah pemain dan penggemar dota 2. Maka contoh yang TS angkat adalah DOTA 2 ya.

Untuk kamu para dota player, pasti kenal kan dengan nama Miracle, Abed, InYourDream, dan banyak pemain lain. Yup, nama-nama ini adalah pemain yang begitu sering mengikuti Tournament International Dota 2.

Turnamen yang diikuti oleh banyak negara ini, tak pernah tanggung-tanggung setiap memberikan hadiah. Bahkan The International 2019 berhadiah sebesar USD$30 Million! Atau jika dirupiahkan adalah sekitar Rp 418 Miliar!

TS harus bekerja di berapa perusahaan hingga berapa tahun. baru dapat uang segitu!