Kaskus

News

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Artis Ramai-ramai Undang Jokowi ke Konser, Jansen: Aduh Apalagi Ini Bos?
Artis Ramai-ramai Undang Jokowi ke Konser, Jansen: Aduh Apalagi Ini Bos?

Artis Ramai-ramai Undang Jokowi ke Konser, Jansen: Aduh Apalagi Ini Bos?

Musisi lintas generasi melapor ke istana tentang konser "Musik untuk Republik" yang digelar dalam waktu dekat.

Artis Ramai-ramai Undang Jokowi ke Konser, Jansen: Aduh Apalagi Ini Bos?

Suara.com - Politikus Partai Demokarat buka suara terkait undangan sejumlah musikus untuk Presiden Jokowi.

Jansen menganggap undangan tersebut diberikan dalam situasi yang tidak tepat. Hal itu disampaikan melalui jejaring Twitter pribadinya.

Menurut Jansen Sitindaon, konser yang dicetuskan oleh sejumlah musikus tidak membuat kondisi negara membaik.

Ia berkaca pada berbagai gejolak yang terjadi di Tanah Air, seperti penolakan RUU bermasalah oleh kalangan mahasiswa dan elemen masyarakat serta konflik di Papua.

"Aduhh...apalagi ini bosss?? Teriakan mahasiswa demo dan tangisan kemanusiaan di Papua Maluku sudah cukup jadi musik yang memedihkan bagi republik ini. Dan solusinya bukan dengan konser ini," kata Jansen Sitindaon.

Lebih lanjut, Jansen menyarankan Jokowi tidak datang ke konser musik yang hendak digelar dalam waktu dekat, mengingat kondisi bangsa sedang tidak kondusif.

"Ke PBB aja bapak tunda. Harusnya musik-musik beginian juga bapak tunda. Karena situasinya lagi tidak tepat," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan akun resmi Sekretaris Kabinet, sejumlah musikus yang berasal dari lintas generasi dan lintas genre mendatangi Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).

Mereka melaporkan rencana terkait konser "Musik untuk Republik" yang digelar di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakara, 18-20 Oktober mendatang.

Kedatangan mereka ke istana pun mendapat sambutan yang baik dari Presiden Jokowi.

Sejumlah musikus tersebut di antaranya Ahmad Albar, Kikan Namara, Sandy Pas Band, Sandhy Sandoro dan Lilo Kla Project.
sumber

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Setiap orang bebas mengekspresikan kecintaannya terhadap Republik ini. Bebas bertanggungjawab, artinya di negara hukum ini, silakan berekspresi sesukamu, asal bisa bertanggungjawab.

Yang suka menulis, silakan buat tulisan opini mengkritisi negeri atau memberi motivasi pada anak negeri.

Yang suka berakting, silakan berakting sepuasnya untuk menyindir atau mendukung para pemimpin bangsa ini.

Yang suka menyanyi, silakan ekspresikan kedalam sebuah lagu indah penuh nada sumbang tentang negeri yang indah namun gundah.

Tapi tidak semua isi kepala sama dengan keinginan kita. Jika ada kritikan, ada hinaan, ada harapan, maka dengarkan, bukan dengan menutup mata dan telinga. Sebab bisa jadi disana ada kebenaran.

Meskipun mungkin niatnya adalah merayakan keberhasilan Jokowi menjabat sebagai Presiden untuk yang kedua kalinya, tapi cobanya sedikit berempati. Cukup sudah membuat blunder-blunder yang bisa diisi oleh narasi kebencian. Tutup rapat-rapat semua celah, dan pandang kedepan, kiri, kanan, dan belakang, bahwa tak semua hati itu seragam.

Dan sebagai salah satu anak negeri, yang lahir dan besar dengan air, tanah, dan udara negeri ini, kami meminta, hentikan dulu kesenangan ini barang sesaat.

Papua tengah berduka.
Mahasiswa tengah berduka.
Kalimantan tengah berduka.

Sementara di jalan panas sana.
Ada yang tergilas tubuhnya.
Ada yang remuk tengkoraknya.
Ada yang berlubang dadanya.
Ada yang patah tulangnya.

Sementara di dataran gambut sana.
Ada yang tengah menangis darah.
Ada yang nafasnya keluar asap sisa kebakaran.

Sementara disudut rumah sana.
Ada anak yang mati sia-sia karena nafsu.
Ada anak yang bertaruh nyawa membela orangtuanya.

Lalu buat apa seorang pemimpin negeri justru tertawa menikmati buaian nada?
Tegaslah tolak mereka.
Bicaralah kepada mereka :
"Irama musik tengah berkumandang dari seluruh negeri. Musik kegetiran akan korupsi yang menggila, musik ketidakberdayaan akan anggota dewan yang tak punya etika, musik kesedihan dari para mahasiswa yang terluka, musik kesedihan dari polisi dan tentara yang gamang dihadang hak asasi manusia di Papua, musik kepiluan karena pengusaha yang membakar lahan tak peduli satu negeri menderita, musik ketakutan akan negeri yang sebagian rakyatnya ingin mencampakan Pancasila."

"Aku ingin, seluruh pemuda berdiri disana. Mengepalkan tangan, membusungkan dada, menegakan kepala, dan berkata bersama-sama, kami cinta negeri ini, tumpah darah ini, bangsa ini, tanah air ini, dan menghargai para pahlawan kami, tanpa memandang agama dan keturunan mereka. Tak perlu hingar bingar musik Cumiakan telinga. Cukup hati yang bicara."

Jika tak bisa, jagalah sikap dan tampilkan wibawa. Keraskan suara dan keluarkan amarah. 5 tahun kami menunggu, jangan pinta kami harus menunggu 5 tahun lagi.

Betul, wibawa itu bukan gebrak-gebrak meja.
Betul, wibawa itu bukan balik tanya, hak apa tanya-tanya saya.
Betul, wibawa itu bukan pandai merangkai kata.
Diam pun bisa. Tapi diam yang berwibawa.
Senyum pun bisa. Tapi senyum yang berwibawa.
Marah pun bisa. Tapi marah yang berwibawa.
Tertawa pun bisa. Tapi tawa yang berwibawa.

Berbuatlah sesuatu Presiden!
Tak perlu kuatir kami tak membela, jika ada yang menikam dari belakang, meskipun itu kolega.
Tapi, berhentilah terlena.
Sebab kedukaan itu masih ada.
Hingga detik ini.
Masih ada.
Jangan sampai dukungan itu jadi sia-sia.

Diubah oleh i.am.legend. 01-10-2019 09:51
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
1.4K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan