Harga minyak turun pada perdagangan Senin waktu setempat, di tengah kekhawatiran terhadap kekurangan pasokan dan konflik di Timur Tengah, seperti serangan 14 September di Arab Saudi mereda.
Minyak mentah Brent berjangka berakhir di level USD60,78 atau turun 1,8% sebesar USD1,13. Minyak mentah West Texas Intermediate berjangka turun USD1,84, atau 3,3% menjadi USD54,07.
Kepala Eksekutif Saudi Aramco Ibrahim Al-Buainain mengatakan, Saudi Aramco pekan lalu sudah mengembalikan kapasitas produksi ke tingkat sebelum serangan terhadap fasilitas minyaknya. Demikian dikutip dari Reuters, Selasa (1/10/2019).
Kapasitas produksi minyak Aramco dipulihkan menjadi 11,3 juta barel per hari (bph) atau lebih banyak dibanding saat diserang dan kehilangan 5,7 juta bph. Para pejabat Saudi mengatakan, kapasitas Aramco malah akan meningkat hingga 12 juta barel per hari pada November.
Setelah serangan itu, produksi minyak OPEC turun ke level terendah dari delapan tahun pada September. Outputnya 29,8 juta barel per hari di September, turun 750.000 barel per hari dari Agustus.
Kekhawatiran pasar tentang meningkatnya ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat menyalahkan serangan terhadap Iran, juga mereda. Hal ini juga mengurangi tekanan pada harga minyak.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan bahwa ia akan lebih memilih solusi politik daripada militer dalam menanggapi serangan pada fasilitas minyak Saudi Aramco. Namun dia memperingatkan harga minyak bisa melonjak ke angka yang sangat tinggi jika dunia tidak bersama-sama menghalangi sikap Iran.
Manajer uang memangkas net long AS mentah dan posisi opsi pada minggu ini hingga 24 September, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada hari Jumat.
"Selama perdamaian meletus di Timur Tengah, kita akan melihat minyak terus diperdagangkan lebih rendah," kata Robert Yawger, direktur masa depan energi di New York.
Sumber