- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengalaman Horor di Gunung Semeru, Nyawa Taruhannya!


TS
Spiritualis
Pengalaman Horor di Gunung Semeru, Nyawa Taruhannya!


Ini kisah dari gunung tertinggi di pulau Jawa, gunung yang tengah tercemar karena ulah para manusia yang haus popularitas, padahal tak ada yang peduli .. gunung yang kapan saja bisa marah dan menghancurkan segalanya dengan lavanya, gunung yang terlalu indah untuk didaki..
Entah bagaimana aku mendaki hanya dengan satu temanku ini, memang dia orang sini, jadi aku tak terlalu khawatir, Romi namanya. Romi sudah berkali-kali mendaki gunung Semeru dan aku, baru pertama kalinya. Romi membawa ransel dengan bawaan sederhana, beda denganku yang mencari info sana sini terlebih dahulu dan akhirnya membawa perlengkapan yang beraneka macam.
Di hari sabtu pagi aku pergi ke rumah Romi, aku beristirahat sebentar sebelum melakukan pendakian.
Romi: "Heru, lu kepagian kesininya".
Ane: "Lah kaga tau apa perjuangan gw ke sini dari kemarin sore berangkat dari Semarang".
Romi: 'Ahahaha, sorry Her, yaudah tak buatin kopi dulu"
Ane pun selonjoran di ruang tamu rumah Romi, sambil menunggu Romi bersiap dan membuatkan kopi akupun melihat handphone yang masih jadul kala itu.
Romi mengajak berangkat ke gunung Semeru pada pukul 9 pagi sembari menikmati perjalanan yang tak terlalu jauh, hanya menggunakan angkot, kamipun sampai di Ranu Pani. Tempat dimana kita akan mendaftar.
Pendakian di akhir pekan lumayan ramai, di perjalanan Romi menceritakan berbagai hal mengenai Semeru. Dari Ranu Pani ini kita berjalan menuju Landengan Dowo, sebenarnya ada juga satu jalan lagi namun trek yang dilalui lebih banyak batu dan debunya, jadi kami memilih melalui Landengan Dowo yang katanya pemandangannya sangat indah.
Jalur di sini masih landai, hanya menyusuri jalan yang sudah terbuka kurang lebih selama 1,5jam saja dengan jarak 3km. Setelah melalui Landengan Dowo kitapun menyusuri jalan menuju Watu Rejeng dengan estimasi waktu yang sama yakni 1,5 jam.. jadi kami sudah menempuh 3 jam dan sekarang telah memasuki waktu dhuhur, kami pun istirahat sebentar di pos 2 ini.

Awal-awal mendaki ini sangatlah mudah untuk melangkah, karena aku juga suka berolahraga jadi tak terlalu capek. Saat sudah sampai di Ranu Kumbolo setelah beberapa jam mendaki, kamipun melihat sebentar untuk langsung melanjutkan naik lagi. Hari mulai sore namun kami lebih memilih bermalam di Arcopodo.
Hawa yang kian dingin dan malam yang kian datang membuat pandangan semakin terasa gelap nan pekat, sedikit menciutkan nyaliku karena GA ADA YANG BERMALAM SELAIN KAMI DISINI!
Aku tak terbiasa melewati malam dengan kegelapan yang sangat seperti ini. Sekelilingku hanya hutan dan air panas yang sudah dimasak tak terlalu panas untuk dirasakan. Romi beranjak tidur terlebih dahulu, aku yang masih berkutat dengan kopi masih terjaga.
Rasa takutku muncul dan itu tak bisa terelakkan, takut jika tiba-tiba ada sesuatu yang janggal. Sedari tadi suara-suara hewan tak terdengar, hal ini janggal untuk kehidupan malam di sebuah gunung terbesar sepulau Jawa!
"Sreekk", dari sisi kananku aku mendengar suara daun yang terinjak, namun hanya satu kali saja dan tak ada kelanjutannya. Jika orang atau hewan berjalan, harusnya masih ada langkah selanjutnya!
Aku yang terjaga mencoba tidur dan mungkin butuh beberapa menit untuk terlelap. Hawa tak enak menyeruak saat aku terbaring, seperti rasa sepi yang sangat tajam dan aku seperti dalam kesendirian di hutan yang sangat lebat ini.
" Rom, Romi", kucoba membangunkan Romi namun ia masih saja tertidur sambil mendengkur, akupun lebih mendekat ke badan Romi untuk mengurangi rasa tak nyaman ini.
Sepertinya tak lama setelah itu aku juga tertidur karena Romi membangunkanku dengan wajah datar dan menunjuk ke arah atas, mungkin maksudnya ke puncak. Tanpa basa basi kami pun membereskan tenda dan beranjak pergi meninggalkan Arcopodo untuk menuju puncak Mahameru yang bisa ditempuh dalam waktu 3-4jam an. Diperjalanan menuju puncak ini, Romi cenderung diam, mungkin ia masih ngantuk sehingga keheningan meliputi kami, setapak demi setapak kami lalui..
"Rom, masih lama nih?" tanyaku.
Tak ada jawaban dari Romi, akupun tidak melanjutkan pertanyaan karena untuk menghemat tenaga juga.
Aku tak tahu sekarang jam berapa, yang jelas masih gelap karena kami memburu matahari terbit di Mahameru. Sudah lama kami berjalan namun tak sampai-sampai, aku masih teringat cerita Romi tadi sore kalau dari Arcopodo ke Mahameru sekitar 4 jam, namun kami belum istirahat juga hingga aku tumbang dan lebih memilih duduk di bebatuan yang kami lewati.
"Udah Rom, cape nih..lu duluan aja deh", kataku yang sedang terengah-engah sembari meluruskan kaki.
" Gila ini kayanya 3 jam kaga istirahat", Romipun melanjutkan perjalanannya, aku memilih untuk tiduran di sini menggunakan selimut tebal yang kubawa, karena terlalu capai akupun melewatkan sunrise hingga terdengar suara burung-burung bercuit-cuitan.

Saat itu aku tak tahu dimana tepatnya berada, dari Arcopodo berjalan terus dan saat terbangun ini aku sudah berada didekat jurang yang curam dengan pemandangan luas disekelilingku tanpa terlihat pepohonan.
"Ha?", aku hanya kaget dan bingung dengan keadaan ini, jadilah aku diam hingga berjam-jam seperti orang bego, hingga ada rombongan yang akan lewat menuju ke bawah.
"Mas, mas.. ", akupun mencoba bertanya pada mereka tentang temanku, Romi di puncak sana. Dan mereka mengaku tidak tahu tentang Romi yang ciri-cirinya sudah kusebutkan.
" Masnya ngapain di sini?, bahaya itu ada jurang dalem puluhan meter, langsung ke surga nanti mas kalau jatuh", kata salah satu dari mereka. Aku pun menawarkan diri untuk ikut turun ke bawah bersama-sama dan mereka mengiyakan.
Di perjalanan panjang ini aku mengenal beberapa orang dari Surabaya dan mereka memang pecinta alam, semalam mereka juga bermalam di Arcopodo katanya.
"Lho mas, semalam saya juga di Arcopodo, tapi cuma aku sama temenku yang tadi ke puncak. Ga ada tenda lain mas", sanggahku pada mereka.
" Kebalik kali mas, orang kami di sana sampai berjam-jam kok, tanya aja sama rombongan, kami sama-sama terus", pungkasnya.
Akupun terheran-heran dan mereka menyarankan untuk fokus turun terlebih dahulu agar bisa sampai ke bawah dan mencari Romi di sana.
Sesampainya kami di bawah akupun langsung ke pusat informasi dan menanyakan tentang Romi yang berangkat bersamaku.
"Mas Romi sudah pulang dari kemarin sendirian, Mas Romi melaporkan temennya hilang, ini masnya siapa kok tergesa-gesa", tanya pak penjaga
" Saya temennya pak, saya Heru yang sama Romi", kata ku dengan nada yang setengah terkejut karena mendengar Romi sudah sampai bawah sejak kemarin.
Sambil menunggu Romi yang tengah berada di rumah warga akupun ingin mengucapkan terimakasih pada rombongan asal Surabaya tadi, aku mencari kesana kemari namun tak bertemu juga. Setelah Romi melihatku dia hanya bisa merangkulku dengan wajah yang tertunduk di dadaku.
"Untung selamat kamu Her.." ucapnya sambil mengajakku duduk di kursi panjang.
"Kemarin aku selalu sama kamu Her, tapi pas sore hari saat kita lihat-lihat danau, kamu ninggalin aku Her ke atas, aku teriakin nggak nengok, aku kejar terus sampai malem Her, lu kayak naik motor aja, cepet banget jalannya. Lalu aku kehilangan jejakmu. Akupun turun lagi Her. Sudah hari kedua ini pada nyariin kamu, tim SAR udah naik. Untung selamet", kata Romi dengan tubuh yang seolah sangat kecapean.
"Saat malam kita nenda di Arcopodo, tadi pagi sudah sampai di deket jurang lalu dianterin rombongan dari sana turun kesini, temenin cari mereka Rom mau ngucapin terimakasih", sambil tengok-tengok mencari rombongan mereka namun masih tak nampak.
" Rombongan apaan Her, kemarin pendakian dihentikan karena lu ilaaang", kata Romi dengan sangat yakin.
"Ha?, tadi aku beneran sama mereka turun kesini", sanggahku.
" Yaudah Her ga usah dicari, nanti aja sambil jalan", balas Romi dan kamipun mencari angkot untuk kembali ke rumah Romi.
"Jadi semalem sempet tidur di deket jurang Her?, tanya Romi yang masih penasaran.
" Iya katanya jurangnya dalem Rom, ga jadi kepuncak karena kamu katanya ga ada di sana, akhirnya aku ikut turun sama mereka" ucapku lirih.
"Itu jurang sudah memakan banyak korban, ada 75 meter itu dalemnya, gampang matinya di sono tuh. Zona bahaya lah. Untung selamat Her", akhirnya kami pun tetap duduk di dalam angkot dengan memandang gunung dan perbukitan yang terhampar didepan kami. Alam memang memiliki misterinya sendiri..

Spoiler for sumber gambar:
Diubah oleh Spiritualis 30-09-2019 22:25






zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.4K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan