Apakah agan dan sista merasa jengah dengan olahraga di Indonesia pada saat ini?. Entah itu terhadap birokrasi yang mengaturnya, supporter yang terlalu fanatik, menurunya kualitas serta permasalahan lainnya?. Tenang, agan dan sista tidak sendiri. Banyak kita merasa malu dengan praktik-praktik kotor di dunia olahraga Indonesia.

Kementrian Pemuda dan Olahraga, yang seharusnya menjadi badan perpanjangan tangan pemerintah dalam bidang pemuda dan olahraga, dua kali pemimpinya terjerat kasus korupsi. Syair lagu yang hits di tiktok yang penggalannya berbunyi “entah apa yang merasuki mu, sehingga kau tega mengkhianati ku” sangatlah cocok dengan kondisi ini. Mereka, yang seharusnya menjadi pemimpin dan pengayom dalam bidang kepemudaan dan olahraga malah terjerat dengan kasus korupsi. Tentu saja ini mencoreng ruh dan asas olahraga yang “jujur dan fairplay”

Belum lagi adanya perseteruan lembaga pemerintah dengan PB Djarum, terkait peempatan merk dagan di jersey pertandingan yang disponsori oleh PB Djarum, yang berakhir dengan PB Djarum melakukan pembekuan pencarian tunas muda calon atlet bulu tangkis Indonesia untuk tahun 2020.

Dibidang sepak bola, PSSI yang seharusnya menjadi lembaga inti sepak bola nasional sudah lama diterpa isu miring terkait pengaturan skor, konflik kepentingan dalam organisasi dan hal lainnya.

Masih dalam dunia sepak bola, kita sering mendengar tawuran antar supporter, bahkan menyebabkan kematian. Terbaru, supporter tim nasional Indonesia membuat ricuh dalam pertandingan antara Indonesia vs Malaysia. Tentu ini akan makin mencoreng citra sepak bola Indonesia.

Bisakah kita kembali kemasa kejayaan kita dalam bidang olahraga?
BISA.

Kita bisa kembali ke masa kejayaan kita apabila kita mau berbenah bersama sama. Dari segi birokrasi pemerintahan, hilangkan kepentingan politik dari kementrian terkait. Pilihlah orang yang sangan berkompeten dan concern dalam bidang olahraga untuk menahkodai lebaga kepemudaan dan olahraga, agar kapal tidak oleng, Kapten!!!

Bersihkan lembaga terting persatuan, badan Pembina cabang olahraga dari konflik kepentingan. Jangan menggunakan lembaga sebagai lahan mendulang rupiah.
Melakukan pembinaan potensi calon atlet dari seluruh Indonesia.

Memecahkan masalah ini tentu tidak akan bisa dalam waktu semalam, seperti Bondowoso yang menyelesaikan 999 candi dalam waktu semalam.
Waktu memang menjadi peanut jarak
Namun, integritas dan tekad memperbaiki kualitas atlet olahraga kita secara nasional dan internasional juga merupakan kunci.
Semoga peringkat, kualitas atlet kita makin membaik dari waktu-kewaktu kedepannya.
Begitupun dengan kualitas birokrasi badan yang menaunginya.
Karena, tanpa kualitas bisokrasi baik di badan yang menaungi setiap cabang olahraga, mustahil kita bisa meningkatkan kualitas atlet dan peringkat kita dalam dunia olahraga.