Kaskus

Entertainment

kripikirAvatar border
TS
kripikir
Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku
Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

اَلسلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Selamat datang di thread ane
Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

Ketika kegabutan melanda tiga orang lelaki yang tak tahu arah hidup, hanya bisa nongkrong, ngumpul, dan gibah. Muncullah sebuah perbincangan antara aku, dan dua temanku, mereka Kris dan Iqbal. Minggu depan ada hari libur untuk kita bertiga, dan rasanya sudah lama kita tidak main jauh bareng. Aku sebagai orang yang sebenarnya malas keluar rumah, tidak punya ide untuk rencana jalan kemana. Sedangkan Iqbal entah kenapa dia ingin sekali main ke kota tetangga, menghabiskan waktu dari pagi sampai malam sembari nongkrong. Kris entah kenapa manusia ini punya ide untuk naik gunung.

Perdebatan pun terjadi, aku tidak tertarik dengan ide Iqbal, main ke kota tetangga tanpa tujuan yang jelas, jatuhnya cuma capek. Ide Kris menarik, tapi naik gunung itu pasti capek, jalan menanjak sampai puncak. Kris sendiri juga tidak tertarik dengan ide Iqbal, dia merasa buang-buang waktu kalau hanya jalan-jalan ke kota tetangga saja. Setelah mendengar pendapat aku dan Kris, Iqbal malah suka dengan idenya Kris untuk naik gunung, dan mau tidak mau aku harus menuruti rencana ini. Liburan minggu depan, kita bertiga akan naik gunung.

***

Hari libur yang di tunggu-tunggu dan menyenangkan pun tiba, seharusnya menyenangkan bagi ku, tapi karena ada rencana naik gunung ini jadi terasa agak menyebalkan. Bayangannya bisa malas-malasan di atas kasur, mainan hp, nonton film, intinya yang serba bermalas-malasan. Kemarin kita menyepakati untuk berkumpul di rumah ku, nanti berangkat menggunakan mobil Iqbal. Rencananya mau berangkat pagi, agar baliknya tidak kemalaman. Sampai sekarang sudah hampir jam 8, kedua manusia ini tidak kunjung datang juga. Padahal kita masih perlu melakukan perjalanan selama satu jam. Tepat pukul 8 pagi, akhirnya mobil Iqbal terlihat di depan rumah, dan ternyata sudah ada Kris di dalam. Iqbal sampainya lama, karena harus menjemput Kris. Sepeda motor Kris harus di service, jadi dia butuh tumpangan. Tanpa menunggu lama dan sudah jam delapan kita akhirnya memutuskan berangkat.

Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

Sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil, akhirnya kita sampai di titik awal pendakian. Kita semua turun dari mobil, dan aku bertanya "Kalian bawa persiapan apa saja?", dengan santainya Kris menjawab, "Aku tidak bawa apa-apa, hanya dompet dan hanphone", Iqbal pun juga menjawab "Aku sama seperti Kris, tidak bawa apa-apa". Jadi hari ini cuma aku saja yang bawa perbekalan minum dan sebungkus biskuit. Naik gunung kita memang bukan naik gunung kelas berat, gunungnya tidak terlalu tinggi cukup tracking 2-3 jam saja. Perjalanan kita dari tempat memarkirkan mobil, masih harus melewati perkampungan penduduk yang masih asri. Kita berjalan sambil menikmati pemandangan kebun serta sawah, dan melihat masyarakat disana beraktifitas. Namanya berada di lingkungan pedesaan, beberapa kali ketika bertemu warga kita menyapa. Walaupun ini jalan kampung, tapi jalannya sudah menanjak dan berliku. Sebuah pemanasan untuk naik gunung yang sempurna.

Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

Setelah berjalan kurang lebih 30-45 menit menyusuri jalan kampung, akhirnya sampai di perbatasan jalan kampung dan track gunung yang sesungguhnya. Di awal perjalanan ini, langsung di sambut dengan jalan yang sangat terjal. Jalan akses ke puncak ini sudah di aspal, karena gunung yang kita naiki ini tidak terlalu tinggi. Dari awal kita tidak bawa persiapan perbekalan sama sekali, hanya aku yang bawa sebotol air minum dan sebungkus biskuit. Perjalanan tracking ke puncak gunung di mulai, setelah di awal bertemu jalan menanjak. Setelahnya kita bertemu jalan menurun, lumayan bisa mengehmat tenaga. Tapi setelah belok ke kiri, jalannya mulai menanjak dan berkelok. Suasana saat mememasuki jalan gunung ini benar-benar beda, walaupun jam 10 pagi, rasanya disana sudah seperti agak menjelang sore. Rimbunnya pepohonan membuat suasananya jadi lebih teduh, selama perjalanan ini rasanya seperti di film-film Jepang, sama seperti scene menaiki bukit belakang sekolah.

Selama perjalanan naik ke puncak ini, aku, Kris, dan Iqbal, selalu berbincang, dan mengagumi setiap hal-hal baru yang kita temui. Seperti Kris suka sekali memainkan tumbuhan putri malu yang sangat mudah di jumpai disana, Iqbal kadang suka norak kalau melihat tumbuhan yang asing bagi dia. Namun aku dari jalan mulai masuk ke gunung, setelah belok kiri tadi. Mulai merasakan hal-hal aneh, dari tadi aku berjalan, entah kenapa aku selalu mencium aroma aneh. Aku sendiri tidak berani membicarakannya dengan Iqbal dan Kris, aku anggap ini bukan apa-apa. Setelah beberapa saat berjalan, melewati beberapa tanjakan dan kelokan, kita bertiga terkaget dengan suara di balik semak-semak di atas kita. Kanan kita saat itu berupa dinding tanah di tumbuhi rumput, yang atasnya banyak pohon dan semak-semak, kirinya berupa jurang tapi tidak terlalu dalam. Yang kita lihat ada bayangan hitam, seperti layaknya manusia menembus semak-semak. Kris dengan refleknya langsung berteriak "Siapa itu?", sedangkan aku dan Iqbal hanya bisa terdiam dan melihat ke arah semak-semak. Terdiam beberapa saat sambil saling melihat satu sama lain, Iqbal mencoba mencairkan suasana dia bilang, "Mungkin itu angin atau hewan saja, ayo lanjutkan perjalanan". Kris hanya bisa menjawab, "Ayo, nanti keburu sore sampai di puncak". Aku Sendiri merasa janggal, angin mana mungkin punya bayangan, kalau hewan itu besar sekali. Di situ memang terkenal banyak monyet, tapi tidak mungkin monyet sendiri dan berjalan di tanah.

Berjalan beberapa lama, setelah kejadian tadi, aku merasa lelah. Aku meminta kepada Kris dan Iqbal untuk beristirahat sebentar. Kita bertiga duduk di jalan beraspal di tengah gunung, sambil berbagi minuman kita berbincang. Dari tadi aroma aneh yang aku cium dari awal perjalanan tadi masih terus ada, tapi aku tetap tidak mau bilang ke Kris dan Iqbal, apalagi setelah ada kejadian tadi, di siang bolong di hutan tengah gunung. Setelah beristirahat sebentar, kita melanjutkan perjalanan. Di sini aku mulai mencoba membuka percakapan "Dari tadi tercium ya aroma-aroma ini", Kris menjawab "Iya aroma pepohonan, segar rasanya", kemudian Iqbal membalas "Kalau aku suka aroma tanahnya", iya dari tadi di kiri kita berupa dinding tanah membentang nan lembab. Aku hanya terdiam, setelah mendengar perkataan mereka, yang sama sekali tidak mencium aroma yang aku cium dari tadi. Dan setelah kita beristirahat sebentar tadi, entah kenapa aroma ini jadi lebih kuat. Aroma apa ini?.

Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

Hampir dua jam berjalan, akhirnya kita sampai di tempat peristirahatan satu-satunya. Berupa tempat datar beraspal yang cukup luas, dan disana ada warung. Ini adalah warung satu-satunya di gunung ini, penjaganya seorang wanita yang cukup berumur. Kita bertiga singgah di warung itu, Kris dan Iqbal membeli minum dan roti untuk mengganjal perut, aku sendiri hanya membeli minum, karena aku masih punya biskuit yang aku bawa dari rumah. Ibu penjaga warung, mengajak kita berbincang, beliau berkata "Kalau di sini tolong hati-hati" dan beliau menambahkan "Jika kalian memang belum tahu tempat sini, jangan lewat jalan itu", ibu penjaga warung menunjuk jalan setapak yang tak jauh dari warung. AKu, Iqbal, dan Kris hanya bisa mendengar dan mengangguk saja. Setelah menyantap minuman dan makanan yang di beli, akhirnya kita pamitan ke ibu penjaga warung untuk lanjut perjalanan ke puncak.

Kejanggalan Aroma Aneh di Pendakianku

Dari warung ke puncak tinggal sebentar lagi, mungkin hanya perlu jalan satu jam. Jalan yang kita lalui masih sama, menanjak dan berkelok. Menuju puncak ini pun, aku masih mencium aroma aneh, yang tercium lebih kuat, aroma ini tidak dirasakan oleh Kris dan Iqbal. Berjalan dan terus berjalan, kita akhirnya sampai di puncak. Perjalanan mendaki selama tiga jam lebih akhirnya tidak sia-sia, mulai berjalan dari sekitar pukul setengah sepuluh, sampai puncak jam 1 siang. Di puncak ini, kita menikmati pemandangan alam, berupa landscape perkebunan dan persawahan, serta rumah-rumah perkampungan yang hiruk pikuk. Di sana kita sembari berbincang mengenai kehidupan-kehidupan hampa kita, dengan alam sebagai saksi keluh kesah kita. Tidak terasa, tiba-tiba Iqbal berkata "Ayo kita turun, ini sudah jam 2. Nanti kita kesorean", aku dan Kris menjawab "Iya". Kita bertiga bergegas turun.

Walaupun masih jam dua, ketika sudah masuk ke jalan dalam gunung, ini rasanya seperti sudah sore. Perjalanan balik kita tidak akan lebih berat di banding waktu berangkat, karena di dominasi jalanan menurun. Jalan dan berjalan, akhirnya kita sampai di warung tadi, yang saat itu warungnya sudah tutup karena sudah mulai sore. Perjalanan balik ini memang terasa tidak melelahkan, bahkan Kris pun mencoba untuk lari, yang akhirnya hanya bisa berlari sebentar, dia berkata, lari menurun itu capek juga. Iqbal dan aku hanya bisa tertawa. Saat berada di puncak tadi, aroma yang terus mengikuti ku dari awal berangkat tadi hilang, tapi kenapa waktu memasuki jalan gunung ini aku mencium lagi, aromanya benar-benar semakin kuat. Karena ini sudah perjalanan balik, aku tidak mau memikirkannya. Akhirnya kita hampir sampai di jalan perbatasan antara jalan kampung dan jalan ke gunung, tapi di sini aku mulai merasa lelah. Aroma itu juga masih mengikuti aku, dengan rasa lelah yang menjadi-jadi, aku hanya bisa berjalan sambil merunduk. Kris dan Iqbal berjalan di depan ku, mereka berdua berjalan sambil bercanda.

Tinggal beberapa langkah sampai di jalan perbatasan antara jalan gunung dan kampung, aku terkejut, karena melihat penampakan berupa hitam-hitam, yang terlihat di atas jalanan aspal. Penampakannya berupa bulatan-bulatan hitam kecil, pipih karena terinjak dan memasuki celah-celah aspal. Dan itulah ternyata yang mengikuti ku dari tadi, kotoran kambing berceceran di sepanjang jalan, bahkan saat aku menoleh ke belakang, penampakannya terlihat jelas sepanjang jalan. Saat memasuki jalan kampung, tiba-tiba ada bapak-bapak yang menyapa kita, "Baru balik mas, bukannya sudah dari tadi pagi naiknya. Tadi bapak lihat mas-masnya waktu menggembala kambing". Kris menjawab "Iya pak, tadi naiknya lama, dan di puncak istirahat dulu". Akupun sadar, mungkin penampakan bayangan yang mengagetkan waktu berangkat tadi, si bapak ini. Tapi horrornya bukan di situ, tapi aroma kotoran kambing yang semakin kuat ini. Gimana tidak, tadi waktu kita beristirahat, duduk di jalan yang di penuhi kotoran kambing. Tidak sengaja tangan ku juga memegang jalan, sudah begitu tangan ini, beberapa kali aku buat untuk mengelap keringat, makanya makin dekat baunya, orang sudah rata di wajah. Tapi kenapa Iqbal dan Kris tidak mencium aroma ini selama perjalanan tadi?, setelah ini pun aku juga tidak mau membicarakannya dengan Kris dan iqbal, karena aku takut malah di olok-olok.

-THE END-
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 5 lainnya memberi reputasi
6
274
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan