Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sukiverAvatar border
TS
sukiver
Indonesia Darurat Komentator Perempuan


Quote:

Kutipan ini berasal dari laga Bulu Tangkis beregu Putri Asian Gamesantara Indonesia dan Jepang. Komentar macam ini sering dilontarkan para komentator dalam ajang olahraga putri, termasuk di Indonesia.


Nozomi Okuhara, dokumentasi Times India

Perkataan komentator semacam ini mungkin jarang terdengar ketika menyaksikan acara olahraga putra. Biasanya, topik bahasan mereka tidak jauh-jauh dari ulasan dan percobaan menghadirkan perspektif terhadap pertandingan. Perlakuan berbeda ini nampak hanya dalam mengulas olahraga putri.

Para komentator pertandingan olahraga memiliki peran sentral dalam pembentukan stigma terutama terhadap atlet perempuan. Pembentukan stigma ini dapat terjadi terutama dari pemilihan kata/istilah yang digunakan ketika mengomentari jalannya pertandingan. Sebab, pemilihan kata itu secara kolektif dapat menciptakan diskriminasi gender.

Dengan maraknya penggunaan kata seperti itu, mustahil tidak terjadi terbentuknya stigma tertentu tehadap perempuan. Hal ini seolah-olah membenarkan bahwa perempuan memang hanya dilihat dari penampilan luarnya saja. Perempuan tidak bisa berkompetisi secara keras dan ketat dalam dunia olahraga.

Padahal atlet perempuan juga telah berlatih tidak kalah keras dari atlet laki-laki. Olivia Zalianty misalnya, artis yang juga atlet wushu ini menuturkan. "Wushu gerakannya cukup extraordinary, latihan fisiknya juga harus ekstra ya, banyak latihan fisik yang mungkin kalau perempuan ngapain angkat-angkat ban truk bolak-balik, lari dengan tambahan berat 75 kilogram kan nggak biasa."

Tak hanya itu, dia juga menambahkan sit-up, push-up dan beberapa olahraga lainnya untuk menguatkan ototnya agar gerakan wushu yang dipraktekkan semakin halus dan bagus.


Olivia Zalianty, dokumentasi wolipop

***
Sebenarnya hal ini bisa dicegah agar tidak merugikan pihak tertentu. Para komentator hendaknya melakukan background research terhadap sang atlet dan bidang olahraga itu sendiri. Penggunaan kata dan istilah juga hendaknya diiringi dengan tanggung jawab untuk memajukan olahraga itu sendiri.

Selain itu, solusi lain yang perlu dicoba adalah mendorong munculnya para komentator perempuan. Sebab komentator perempuan lebih berpotensi untuk melakukan penyampaian yang lengkap dan manusiawi, bukan hanya sekedar objek pemuas mata.

Olahraga perempuan tidak kalah seru dan ketat dari laki-laki. Bukalah mata dan coba perhatikan. Jika penjabaran diatas dirasa belum memuaskan, silakan baca paper penelitian ini. Dari situ agan mengerti bahwa olahraga laki-laki lebih kompetitif dari perempuan hanyalah bias.

Quote:
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 5 lainnya memberi reputasi
6
520
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan