- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dilempar Batu Oleh Penunggu Gunung Lawu


TS
ahsinda
Dilempar Batu Oleh Penunggu Gunung Lawu


Dua bulan sudah aku dan teman-teman PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) tinggal di Magetan. Satu bulan lagi kegiatan wajib mahasiswa jurusan pendidikan ini selesai. Namun sebelum kegiatan ini selesai kami berlima Aku, Anton, Dika, Yusuf dan Hamdan ingin menikmati liburan. Disepakati lah tujuannya yaitu bermalam dan menikmati sunrise di Puncak Gunung Lawu.
Berangkat jam 4 sore menuju Cemara Sewu, jalur pendakian yang kami pilih. Diantara kami hanya Hamdan yang sudah pernah mendaki gunung ini, oleh karenanya kami tidak khawatir tersesat. Segala perlengkapan sudah disiapkan untuk memulai petualangan pendakian ini. Sesuai rencana Hamdan kami akan berangkat sekitar jam 8 malam.
---
Waktu yang ditentukan tiba, jam 8 malam kami berdoa bersama sebelum berangkat…
“Ingat ya kawan, jaga omongan kita selama perjalanan. Kita juga harus jaga kekompakan agar pulang dengan selamat, aaminn..” Ucapkan Hamdan memberi arahan
“Oke siap pak bos” Jawabku dan teman-teman yang lain kompak
Perjalanan menuju pos 1 dan pos 2 kami lalui tanpa ada masalah, jalur yang tidak terlalu curam juga tidak menguras stamina kami. Barulah pada jalur menuju pos 3 stamina kami mulai diuji, medan yang terjal dan hawa dingin yang mulai menusuk tulang menjadi tantangan saat itu. Yusuf yang memiliki tubuh paling kurus diantara rombongan ini memelas untuk beristirahat
“Dan.. kita istirahat dulu ya, kakiku kayak mau kram nih” Ucap Yusuf memelas
“Ya sudah.. tapi jangan terlalu lama ya, nanti malah ketiduran dan malas melanjutkan perjalanan” Tegas Hamdan
Disela waktu istirahat kami tersebut hanya Dika yang tidak duduk ataupun tiduran. Dia berdiri sambil memainkan lampu senternya, sesekali juga berjalan disekitar tempat kami istirahat. Tiba-tiba dia memanggil…
“Hei Dan.. ini kayak bekas tempat sesajen ya?” Panggil Dika pada Hamdan
Hamdan yang rada males untuk bangkit dari duduknya hanya menjawab sekenanya. “Udah biarin aja Dik, gak usah diapa-apakan”
Tanpa sepengetahuan yang lain, Dika mengambil sebuah batu berbentuk oval dan sedikit pipih yang ada diatas nampan tempat sesajen yang dia katakana pada kami. Pikirnya batu tersebut unik dan bagus kalau dijadikan batu hiasan cincin.
Perjalanan kami lanjutkan hingga menuju pos 3. Di pos ini Hamdan nampak gelisah, dia terlihat mengarahkan senternya kearah sekeliling seolah mencari sesuatu.
“Cari apa kamu Dan?” Tanyaku
“Eh.. Nggak, gak lagi cari apa-apa kok” Jawabnya
“Kamu kayak bingung gitu ada apa sih” Tanya Anton
“Ngg.. Anu.. Saya kayak melihat sesuatu tadi” Jawab Hamdan gugup
“Jangan bercanda Dan.. Ah gak lucu ditempat ginian malah nakut-nakuti” Kata Yusuf
“Beneran.. saya gak bercanda. Tapi sudahlah, mungkin halusinasi saya karena kecapekan” ucap Hamdan lesu
“Iya ayok lanjut biar cepat sampai dan cepat pagi” Jawab Yusuf kembali dengan ekspresi ketakutan
Perjalanan menuju pos 4 juga semakin aneh saja tingkah Hamdan. Sekarang ia tak lagi berada di baris paling depan, dia memilih berada paling belakang. Tiba-tiba dia meminta untuk berhenti.
“Kawan, kita berhenti dulu” Ucap Hamdan tegas
“Ada apa sih Dan, katanya pos 4 masih cukup jauh” Tanya Yusuf
“Perasaan saya tidak enak, dari tadi seolah ada yang mengikuti kita” Jawab Hamdan kembali
Kami melihat mimik keseriusan dari Hamdan. Dia tidak sedang bercanda.
“Kita baca doa-doa dulu sebelum melanjutkan perjalanan” Pinta Hamdan
Saat kita berdoa tiba-tiba ada yang melempar batu dari arah pohon pinus. Kami semua kaget karena tidak mungkin ada pendaki lain yang sengaja usil menakut-nakuti kami. Hamdan meminta kami untuk segera melanjutkan perjalanan dan acuh pada keanehan yang baru saja terjadi.
“Hei apa itu” Ucap Anton sesaat setelah kami melanjutkan perjalanan
“Iya barusan aku juga lihat” Kataku
Ya, saya melihat ada sekelebat bayangan putih yang bergerak sangat cepat diantara pohon pinus. Tanpa sengaja saya melihatnya setelah mengarahkan senter karena mendengar suara seperti ada orang lewat, saya khawatir itu binatang buas tapi ternyata bukan.
“Ada yang tidak beres. Ada yang mengikuti kita” Kata Hamdan
Kami kompak menghentikan langkah dan mengarahkan cahaya senter ke sekeliling mencari sosok yang Hamdan maksud.
Tiba-tiba…
“Bruggghh”
Ada batu yang dilempar kearah kami.
“Astaghfirullah..” Seru kami serempak
“Assalamualaikum.. Mohon maaf, kami tidak bermaksud mengganggu kalian. Kami kesini hanya untuk liburan” Ucap Hamdan kearah pepohonan sumber batu tersebut dilemparkan
Tiba-tiba pula dari arah pepohonan tersebut muncul seekor kucing yang anehnya warna matanya merah menyala. Kucing tersebut bergerak cepat kearah Dika dan berusaha menyerangnya. Dengan gerakan cepat pula Dika menghindar dan berusaha mengusir kucing tersebut. Tidak menyerah! Kucing itu terus saja menyerang hingga pada akhirnya Hamdan yang mengusirnya sambil membaca sesuatu.
“Kucing itu bukan kucing biasa” ucap Hamdan sambil tetap mengarahkan senternya kearah kucing itu lari
“Bruggghhh..”
Kembali ada yang melempar batu. Namun kali ini tepat mengarah ke Dika.
Seketika Hamdan menatap Dika dengan tatapan serius
“Dika.. Jangan bilang kalau kamu melakukan hal-hal aneh” Ucap Hamdan serius
“Maaf Dan.. Maaf” Jawab Dika dengan nada menyesal
“Apa yang kamu lakukan Dik” Tanyaku
Dika mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan berkata. “Maaf.. tadi di pos 3 waktu kalian istirahat dan saya menemukan wadah bekas sesajen, saya mengambil batu ini. Bentuknya unik makanya saya bawa tanpa bilang ke kalian”
“Astaghfirullah Dika.. Sudah saya bilang tadi untuk tidak usah ngapa-ngapain malah ambil batu” Ucap Hamdan sambil gelengkan kepalanya tanda kecewa
“Iya maaf Dan” Jawab Dika
“Sekarang kita harus mengembalikannya, sebelum terjadi hal yang lebih parah dari sekarang” Ucap Hamdan tegas sambil bersiap untuk berjalan kembali k epos 3
“Waduh Dan.. Apa tidak dikembalikan nanti saja setelah kita dari puncak” Pintaku
“Jangan! Saya tidak ingin ambil resiko” Tegas Hamdan kembali
Kami pun tidak bisa berontak lagi, karena yang pernah kesini dan tahu lokasi ini hanya Hamdan.
Setibanya di pos 3 Hamdan langsung menyuruh Dika mengembalikan batu yang dia ambil ke tempat semula. Hamdan juga menyuruh untuk mengucapkan permintaan maaf atas kelancangannya, karena Hamdan percaya penunggu disana marah akibat ulah Dika dan mungkin akan memaafkan apabila ada itikad baik dari kita sebagai manusia.
Dan benar saja, setelah Dika mengembalikan batu yang dia ambil tersebut tidak ada lagi gangguan dilempar batu atau diikuti sosok misterius lagi selama perjalanan kami menuju Hargo Dumilah puncak tertinggi Gunung Lawu hingga kembali ke Cemoro Sewu. Kami bersyukur karena mengetahui sumber masalahnya lebih awal sehingga bisa menyelesaikannya lebih awal juga tanpa ada resiko yang lebih parah dari kejadian yang sudah kami alami.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran buat kita semua bahwa ketika pergi ke tempat-tempat yang belum kita kenal dan yang dimungkinkan ada banyak makhluk astral disana, kita harus menjaga etika. Bukan hanya ucapan dan perbuatan, kita juga harus menjaga sikap kita untuk saling menghargai. Mengutip dari kata-kata bijak petualang, “Jangan Ambil Apapun Kecuali Foto”
Quote:
Berangkat jam 4 sore menuju Cemara Sewu, jalur pendakian yang kami pilih. Diantara kami hanya Hamdan yang sudah pernah mendaki gunung ini, oleh karenanya kami tidak khawatir tersesat. Segala perlengkapan sudah disiapkan untuk memulai petualangan pendakian ini. Sesuai rencana Hamdan kami akan berangkat sekitar jam 8 malam.
---
Waktu yang ditentukan tiba, jam 8 malam kami berdoa bersama sebelum berangkat…
“Ingat ya kawan, jaga omongan kita selama perjalanan. Kita juga harus jaga kekompakan agar pulang dengan selamat, aaminn..” Ucapkan Hamdan memberi arahan
“Oke siap pak bos” Jawabku dan teman-teman yang lain kompak
Perjalanan menuju pos 1 dan pos 2 kami lalui tanpa ada masalah, jalur yang tidak terlalu curam juga tidak menguras stamina kami. Barulah pada jalur menuju pos 3 stamina kami mulai diuji, medan yang terjal dan hawa dingin yang mulai menusuk tulang menjadi tantangan saat itu. Yusuf yang memiliki tubuh paling kurus diantara rombongan ini memelas untuk beristirahat
“Dan.. kita istirahat dulu ya, kakiku kayak mau kram nih” Ucap Yusuf memelas
“Ya sudah.. tapi jangan terlalu lama ya, nanti malah ketiduran dan malas melanjutkan perjalanan” Tegas Hamdan
Disela waktu istirahat kami tersebut hanya Dika yang tidak duduk ataupun tiduran. Dia berdiri sambil memainkan lampu senternya, sesekali juga berjalan disekitar tempat kami istirahat. Tiba-tiba dia memanggil…
“Hei Dan.. ini kayak bekas tempat sesajen ya?” Panggil Dika pada Hamdan
Hamdan yang rada males untuk bangkit dari duduknya hanya menjawab sekenanya. “Udah biarin aja Dik, gak usah diapa-apakan”
Tanpa sepengetahuan yang lain, Dika mengambil sebuah batu berbentuk oval dan sedikit pipih yang ada diatas nampan tempat sesajen yang dia katakana pada kami. Pikirnya batu tersebut unik dan bagus kalau dijadikan batu hiasan cincin.
Perjalanan kami lanjutkan hingga menuju pos 3. Di pos ini Hamdan nampak gelisah, dia terlihat mengarahkan senternya kearah sekeliling seolah mencari sesuatu.
“Cari apa kamu Dan?” Tanyaku
“Eh.. Nggak, gak lagi cari apa-apa kok” Jawabnya
“Kamu kayak bingung gitu ada apa sih” Tanya Anton
“Ngg.. Anu.. Saya kayak melihat sesuatu tadi” Jawab Hamdan gugup
“Jangan bercanda Dan.. Ah gak lucu ditempat ginian malah nakut-nakuti” Kata Yusuf
“Beneran.. saya gak bercanda. Tapi sudahlah, mungkin halusinasi saya karena kecapekan” ucap Hamdan lesu
“Iya ayok lanjut biar cepat sampai dan cepat pagi” Jawab Yusuf kembali dengan ekspresi ketakutan
Perjalanan menuju pos 4 juga semakin aneh saja tingkah Hamdan. Sekarang ia tak lagi berada di baris paling depan, dia memilih berada paling belakang. Tiba-tiba dia meminta untuk berhenti.
“Kawan, kita berhenti dulu” Ucap Hamdan tegas
“Ada apa sih Dan, katanya pos 4 masih cukup jauh” Tanya Yusuf
“Perasaan saya tidak enak, dari tadi seolah ada yang mengikuti kita” Jawab Hamdan kembali
Kami melihat mimik keseriusan dari Hamdan. Dia tidak sedang bercanda.
“Kita baca doa-doa dulu sebelum melanjutkan perjalanan” Pinta Hamdan
Saat kita berdoa tiba-tiba ada yang melempar batu dari arah pohon pinus. Kami semua kaget karena tidak mungkin ada pendaki lain yang sengaja usil menakut-nakuti kami. Hamdan meminta kami untuk segera melanjutkan perjalanan dan acuh pada keanehan yang baru saja terjadi.
“Hei apa itu” Ucap Anton sesaat setelah kami melanjutkan perjalanan
“Iya barusan aku juga lihat” Kataku
Ya, saya melihat ada sekelebat bayangan putih yang bergerak sangat cepat diantara pohon pinus. Tanpa sengaja saya melihatnya setelah mengarahkan senter karena mendengar suara seperti ada orang lewat, saya khawatir itu binatang buas tapi ternyata bukan.
“Ada yang tidak beres. Ada yang mengikuti kita” Kata Hamdan
Kami kompak menghentikan langkah dan mengarahkan cahaya senter ke sekeliling mencari sosok yang Hamdan maksud.
Tiba-tiba…
“Bruggghh”
Ada batu yang dilempar kearah kami.
“Astaghfirullah..” Seru kami serempak
“Assalamualaikum.. Mohon maaf, kami tidak bermaksud mengganggu kalian. Kami kesini hanya untuk liburan” Ucap Hamdan kearah pepohonan sumber batu tersebut dilemparkan
Tiba-tiba pula dari arah pepohonan tersebut muncul seekor kucing yang anehnya warna matanya merah menyala. Kucing tersebut bergerak cepat kearah Dika dan berusaha menyerangnya. Dengan gerakan cepat pula Dika menghindar dan berusaha mengusir kucing tersebut. Tidak menyerah! Kucing itu terus saja menyerang hingga pada akhirnya Hamdan yang mengusirnya sambil membaca sesuatu.
“Kucing itu bukan kucing biasa” ucap Hamdan sambil tetap mengarahkan senternya kearah kucing itu lari
“Bruggghhh..”
Kembali ada yang melempar batu. Namun kali ini tepat mengarah ke Dika.
Seketika Hamdan menatap Dika dengan tatapan serius
“Dika.. Jangan bilang kalau kamu melakukan hal-hal aneh” Ucap Hamdan serius
“Maaf Dan.. Maaf” Jawab Dika dengan nada menyesal
“Apa yang kamu lakukan Dik” Tanyaku
Dika mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan berkata. “Maaf.. tadi di pos 3 waktu kalian istirahat dan saya menemukan wadah bekas sesajen, saya mengambil batu ini. Bentuknya unik makanya saya bawa tanpa bilang ke kalian”
“Astaghfirullah Dika.. Sudah saya bilang tadi untuk tidak usah ngapa-ngapain malah ambil batu” Ucap Hamdan sambil gelengkan kepalanya tanda kecewa
“Iya maaf Dan” Jawab Dika
“Sekarang kita harus mengembalikannya, sebelum terjadi hal yang lebih parah dari sekarang” Ucap Hamdan tegas sambil bersiap untuk berjalan kembali k epos 3
“Waduh Dan.. Apa tidak dikembalikan nanti saja setelah kita dari puncak” Pintaku
“Jangan! Saya tidak ingin ambil resiko” Tegas Hamdan kembali
Kami pun tidak bisa berontak lagi, karena yang pernah kesini dan tahu lokasi ini hanya Hamdan.
Setibanya di pos 3 Hamdan langsung menyuruh Dika mengembalikan batu yang dia ambil ke tempat semula. Hamdan juga menyuruh untuk mengucapkan permintaan maaf atas kelancangannya, karena Hamdan percaya penunggu disana marah akibat ulah Dika dan mungkin akan memaafkan apabila ada itikad baik dari kita sebagai manusia.
Dan benar saja, setelah Dika mengembalikan batu yang dia ambil tersebut tidak ada lagi gangguan dilempar batu atau diikuti sosok misterius lagi selama perjalanan kami menuju Hargo Dumilah puncak tertinggi Gunung Lawu hingga kembali ke Cemoro Sewu. Kami bersyukur karena mengetahui sumber masalahnya lebih awal sehingga bisa menyelesaikannya lebih awal juga tanpa ada resiko yang lebih parah dari kejadian yang sudah kami alami.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran buat kita semua bahwa ketika pergi ke tempat-tempat yang belum kita kenal dan yang dimungkinkan ada banyak makhluk astral disana, kita harus menjaga etika. Bukan hanya ucapan dan perbuatan, kita juga harus menjaga sikap kita untuk saling menghargai. Mengutip dari kata-kata bijak petualang, “Jangan Ambil Apapun Kecuali Foto”
~ Sekian ~
Quote:






zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.6K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan