Kaskus

Entertainment

prasetyanddyAvatar border
TS
prasetyanddy
Pasar Ghoib Lereng Gunung Arjuno. [BASED ON TRUE STORY]



Pasar Ghoib Lereng Gunung Arjuno. [BASED ON TRUE STORY]


Kurang beruntungnya mereka, ditengah perjalanan macet yang melanda menyapa mereka dengan akrab. Perjalanan yg harusnya bisa ditempuh 2-3 jam saja, tak ayal kemacetan ini memaksa mereka untuk berjalan merambat. Perjalanan mereka memakan waktu hingga 4 jam. Sesampainya disana, mereka berunding.

"skrg jam 19.45, kalo kita submit skrg apa gak kemaleman?" tanya setyo kepada teman-temanya.

"ya, bener iku cuk. Gimana kalo kita nginep dulu aja.
Ojo aneh2 lah, Gunung arjuno iki angker cuk!" Budimencoba mengingatkan teman-temanya.

"Aneh-Aneh opo to? Kok lecek(penakut) kowe iki. Yowes lah. Kita nyari penginapan aja yang deket, kalo gak ada yo terpaksa pakai tenda"  Rahman membalas 

Setelah melewati pos pertama, mereka tak kunjung menemukan penginapan terdekat, yang pada akhirnya memaksa mereka untuk melaksanakan opsi kedua, mendirikan tenda.

Singkat cerita mereka berhasil mendirikan tenda, mereka tidak kunjung tidur karena tidak merasakan kantuk.  Padahal saat itu jam menunjukan pukul 10 malam.

"ayo mlaku-mlaku" (ayo jalan-jalan) ajak rahman kepada teman-temanya. Yang saat itu hanya tersisa 4 orang yang masih terjaga.

"Gak ah, aku gak wani, budalo dewe(berangkatlah sendiri)" Budi menjawab ajakan Rahman

"mau kemana sih?" jawab setyo menimpali.

"mlaku-mlaku, sopo ngerti nemu pasar setan" jawab rahman sambil bercanda

"eh cangkem mu cuk, ati-ati"(hati-hati perkataan mu)
Jawab budi menegaskan.

"Halah yowes nek gak gelem, Awakmu melok gak set?" ( yasudah kalo ga mau, kalo kamu ikut ga set?)
tanya rahman dengan cuek.

"yowes ayo, gak suwe-suwe yo tapi." (yaudah ayo, gak lama-lama ya tapi). Jawab setyo memberi syarat.

Rahman tidak menjawab, dia hanya berjalan berlawanan arah tenda kemudian Setyo mengikuti dari dibelakangnya. 

"awas ilang, ojo suwe-suwe ndang balik " ( jangan sampai tersesat, cepat kembali) budi kembali mengingatkan kedua temanya. 

Setyo menjawab dengan isyarat acungan jempolnya, sementara Rahman tetap cuek dan terus berjalan.
Suasana begitu gelap, beberapa sudut hutan itu hanya diterangi dengan lampu cempluk. Mereka berdua menuju pos pertama yang tidak jauh dari tenda mereka. Tidak lama sekitar 15 menit mereka berdua berjalan, Rahman melihat beberapa titik cahaya kecil dan sayup sayup suara gerombolan orang mengerumuni satu titik.

"Lho, iki kan bukan pos satu. Tapi kok rame-rame ono opo yo set?" Rahman bingung dengan apa yang ditemukanya.

"Loh, iya ya. Padahal jalananya bener kan lewat sini?" Setyo memastikan.

"Iyo bener, kok koyok pasar yo teko kene? ono wong nggelar dagangan" (bener, sepertinya itu pasar? ada yang sedang menggelar dagangan) Rahman masih bertanya-tanya.

Untuk apa orang-orang berjualan disini? ini kan di lereng gunung. Tapi bisa saja sih, ini kan tempat wisata. Pergolakan batin itu berkecamuk dalam hati setyo. Setelah berjalan mendekati pusat keramaian itu, mereka pun menemukan pasar kecil, yang tidak terlalu banyak penjualnya. 
Namun, ada hal aneh yang mengganjal di pikiran setyo. Orang-orang yang berada disitu tidak terlalu banyak, namun suara dirasakan oleh kedua anak ini seperti memenuhi telinga mereka.
Tidak sampai disitu, Rahman dan Setyo mencium bau anyir yang tercampur dengan bunga yang wangi namun menyengat. 

Pasar Ghoib Lereng Gunung Arjuno. [BASED ON TRUE STORY]

Lamunan setyo pecah, ketika ia menyadari Rahman tidak lagi ada didepanya. Ia tetap tenang dan tolah toleh mencari dimana keberadaan temanya itu.  Fokusnya teralihkan ada segerombolan anak kecil yang berlarian kejar-kejaran, beberapa diantaranya   dengan Dan ia terpaku pada sebuah gerai pakaian bekas yang menjual jaket gunung, rahman sedang memilah milah jaket yang digantung pada besi yang bengkok digerai itu. Melihat itu, Setyo menghampiri Rahman dengan kesal.

"O gendeng, aku ojo ditinggal cuk"(gila, jangan ditinggal aku) Setyo menegur Rahman. 
 
"Jaket e apik-apik cuk, aku pingin tuku" (jaketnya bagus-bagus, aku ingin beli) Rahman menjawab.

"Kon gak mambu anyir a cuk, nemen iki" (bau anyir ngga? parah nih baunya) Setyo penasaran, padahal disekitar itu baunya semakin terasa.  

Rahman nampak tidak merespon pertanyaan Setyo, ia terus sibuk memilah milah gantungan jaket yang ada didepanya. Tidak lama, pilihanya jatuh pada sebuah jaket gunung berwarna hitam. Ia pun membayarnya dengan 2 pecahan uang 100rb dan mendapatkan uang kembalian.

"lanjut opo balik?" tanya rahman.

"ayo balik ae."(ayo balik saja) setyo menjawab dengan munutup hidungnya menggunakan kaosnya.

Selang 20 menitan mereka mendekat ke tenda, Rahman bertanya.

"Lapo kok irungmu ditutupi?"(kenapa hidungmu km tutup) tanya rahman penasaran.

"Mambu anyir, mosok awakmu ora mambu?(bau anyir, masa km ngga bau?) Setyo heran.

"Ora i, awakmu ae paling gak sehat"(ga tuh. Mungkin km lagi gak sehat) jawab rahman cuek.

Mereka pun kembali ke tenda, dan teman-teman yang lain sudah terlelap. Mereka pun memutuskan untuk menyusul mereka. Rahman meletakkan jaket tersebut dan menyusunya menjadi bantal.

Beberapa jam kemudian, budi membangunkan rahman. Waktu menunjukan hampir pukul 3. Sebentar lagi mereka memutuskan melanjutkan perjalanan.

"man, man, tangi woi. Arek gendeng, turu kok bantalan godong"(man, bangun. Anak gila, tidur kok bantalan daun) budi mencoba membangunkan rahman.

"hmm, iyoo sek 5 menit"(iya sebentar, 5 menit)

"he, ayo wes jam 3. Kon lapo bantalan godong" (ayo, sudah jam 3. Kamu ngapain pake bantal godong.)

Mendengar itu, Rahman bingung. Dia teringat semalam ia menggunakan jaket yg ia beli untuk bantal tidur. Namun mengapa budi mengatakan itu daun?

Rahman bangun, ia sontak terkejut. Namun ia mengira jaketnya ada yang mengambil.
"lho jaketku endi? Aku turu bantalan jaket"(mana jaketku, aku tidur dgn bantal jaket) rahman bingung.

"jaket opo? Gak ngerti aku sektas tangi"(jaket apa? Gatau aku baru bangun) budi menjawab cuek.

Rahman mulai panik, dia merasa ada yang tidak beres. Ia teringat atas kisah pasar setan yang memang terkenal disana. Rahman mencoba membangunkan setyo.

"set, woy. Tangi set. Setyo"(bangun set.) Rahman mengguncang-guncang badan setyo.

"hmmmm opo cuk. Ganggu wong turu ae" setyo terbangun dengan kesal.

"kon iling jaket seng aku tuku wingi?"(ingat jaket yang kubeli semalam) tanya Rahman.

"hm? Opo o?"(hm, kenapa) tanya setyo bingung.

"jaket e dadi godong cuk!" (jaketnya berubah jadi daun)
Jawab rahman.

"mosok sih, gak ah. Rutuh paling. Cobak cek dompetmu. Kan wingi oleh duek susuk" sebenarnya setyo sudah merasakan ada yang tidak beres.

Rahman pun membuka dompet nya dan seketika bau anyir yang semalam tercium dengan pekat oleh setyo, kini memenuhi tenda itu.

"wih, cuk ambune opo iki" (sialan bau apa ini)
Budi memaki.

Rahman termenung, melihat uang kembalian yang ia simpan dalam dompet, berubah menjadi lembaran daun yang menjadi sumber dari bau anyir tersebut.

"wah, cuk gak beres iki, aku tak moleh ae. Ngeri cuk." Rahman membereskan barang dengan gemetaran.

Karena Rahman merasa pasar dan jaket yang ia beli adalah nyata, terasa benar-benar nyata. Melihat Rahman batal untuk mendaki, kendati sudah berada di lereng mereka memutuskan membatalkan pendakian ini.



Quote:
GrestaAvatar border
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan 3 lainnya memberi reputasi
4
380
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan