Dia yang Telah Pergi



     Terasa sempurna kehidupan Nuray. Kedua orang tua yang selalu menyayangi. Kedua kakak yang selalu menjaganya. Dan ketiga sahabat yang selalu menemani. Seakan alunan musik kehidupan begitu riang terdengar. Tidak pernah terlintas sedikit pun jika segalanya akan berubah.
    Karena ternyata seperti itulah. Bukan Nuray tidak memahami. Ia hanya tidak mengerti mengapa kedukaan itu harus datang begitu cepat. Mungkin tidak juga, hanya saja Nuray memang sama sekali belum siap.






         Namun sang ayah tidak kembali dalam keadaan yang seperti diharapkan. Di hari itu ia pergi untuk selamanya. Membuat seluruh keluarga merasa begitu kehilangan tidak terkecuali Nuray. Mungkin di saat itu ia masih merasakan kesedihan yang biasa. Tapi dampak setelahnya sungguh mengubah diri Nuray sepenuhnya.

       Kepergian sang ayah menjadi kehilangan pertama bagi Nuray. Kehilangan yang begitu mempengaruhi pribadi Nuray. Tak ada lagi sosok yang menurutnya bisa menjadi tempat bersandar dan berlindung. Tempat bercerita dan mengungkapkan segala yang dirasa. Nuray merasa telah kehilangan sebagian jiwanya. Ada ruang yang tiba-tiba kosong.
      Jika Nuray sejak awal memang seseorang yang tertutup, maka setelah itu ia benar-benar menjadi sebuah rahasia. Ia membangun benteng pertahanannya sendiri, karena merasa tidak akan ada lagi yang bisa menjaganya. Maka ia harus melindungi dirinya sendiri.
      Keceriaan yang tulus tak lagi selalu dihadirkan oleh Nuray. Ia mungkin tetap menjadi sahabat yang baik dan menyenangkan. Tetapi setelah itu, ia akan diam dalam sendirinya. Ia tidak mau berinteraksi dengan terlalu banyak orang, karena menurut Nuray, tak banyak orang yang bisa ia percaya seperti Ayahnya. Nuray takut disakiti.

     Walaupun dengan berjalannya waktu, ternyata Nuray telah salah memaknai kehilangan yang ia alami tersebut. Ia benar-benar berubah menjadi seseorang yang lain.



Bersambung.....